Ryo Seorang Idola Boy Band yang merupakan pewaris utama Rumah sakit terbesar di negara yang sedang menikmati masa puncak karirnya sebagai Idola. Ia yang dikagumi kaum hawa bak seorang pangeran pujaan selalu bermain dengan gadis manapun yang mau menyodorkan tubuhnya untuk ia nikmati.
Ciuman dengan seorang gadis biasa yang ia temui saat menari balet, membuatnya merasakan hal yang berbeda. Menemukan adanya seorang gadis yang tak mengidolakan bahkan membencinya, membuat Ryo seakan tertantang.
Penasaran dengan gadis yang menolaknya membuat Ryo justru larut dalam perasaan yang membuatnya merasakan namanya kerinduan.
Namun dihati sang gadis, justru terpatri nama Bams yang merupakan sahabat Ryo. Bams yang justru tak menyadari perasaan sang gadis justru hanya merasa kasihan pada gadis malang itu.
Novel vol.1 telah tamat. Sekarang berlanjut pada vol.2 dimana banyak terungkap hal mengejutkan!
Menguji kembali cara Ryo, Aira, Bams & Kiky mencintai pasangan mereka masing masing
CARAKU MENCINTAIM
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafila Asda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Syukurlah kau kesal
Ryo membantu Aira saat yang sibuk membersihkan Ruangan itu sebelum pulang. sejenak Aira merasa heran melihat Ryo yang tiba tiba seperti itu. Setahu dia Ryo tidak pernah membantu siapapun disana. Jangankan untuk membantu membersihkan ruangan seperti itu. mengangkat telpon berdering saja dia tidak pernah mau. Ryo menunggu di ujung koridor tempat Aira akan keluar dari tempatnya.
“yuk!” ajaknya
“serius.. aku bisa pulang sendiri” tolak Aira
“sepeda kamu bisa kamu titipin di security atau bisa kita masukin di mobil” paksa Ryo
Aira tidak mengerti, kenapa Ryo bisa mengetahui ia menggunakan sepeda
“ayo!” Ryo memaksa
Aira berjalan menuju parkiran sepeda ditemani Ryo
“aku beneran gakpapa pulang sendiri” tolaknya lagi
Dia tahu seperti apa sifat Ryo. Ia tidak akan pernah bisa menerima yang namanya penolakan. Dia hidup seperti pangeran yang semua keinginannya selalu dituruti. Dan jika tidak, dia akan tetap memaksa.
“Oke kalo kamu bersikeras naik sepeda, aku bisa ngikutin kamu dari belakang” paksanya lagi
Ni orang maksa banget sih... aku gak sudi banget satu mobil ma dia batin Aira terus meronta
Aira menghela nafas berat. Ia heran melihat makhluk yang satu ini. Lagian kenapa juga aku harus berurusan dengan Ryo yang dikenal sebagai Playboy kelas kakap (hahaha).
Malam itu Ryo mengantar Aira pulang. Aira hanya melamun selama perjalanan. ia diam tanpa satu katapun terucap. Ia pernah merasakan seperti apa dibenci orang lain, kini ia melakukan itu pada Ryo. Dia baru menyadari saat Ryo mengatakan itu
“kamu bahkan gak sudi melihat ku”
Beberapa kali Ryo menoleh melihat Aira yang hanya diam. Pandangannya lurus ke depan tapi dia seperti tidak berada disana.
“ai..!” panggilnya lembut, takut mengejutkan Aira.
Aira masih diam. Dia asyik dengan lamunannya sendiri
“ai? Ai?” panggilnya berkali kali, Aira baru merespon.
Aira baru sadar dia sudah berada di depan gang arah rumahnya. Ia langsung melihat ke Ryo dengan tatapan kaget, bagaimana Ryo bisa tahu?.
“kita dah nyampe!” Ryo tersenyum melihat Aira dan mengeluarkan topi dari dashboard di depan Aira.
Ryo turun dan ingin membukakan pintu untuk Aira, tapi ia bergegas turun. Ryo tetap mendekat dan menutup pintu mobil.
“Sepedaku” ucap Aira
“oh iya!” Ryo baru mengingat di belakang ada sepeda Aira.
Ia mengeluarkan sepeda Aira dan menutup pintu. Ia mengunci mobil dengan remote dan Ia membawa sepeda Aira.
Aira ingin mengambil sepedanya. Tapi ..
“biar aku yang bawa” jawab Ryo
Aira tambah heran
“kayanya sepi banget, aku antar sampai rumah” lanjut Ryo
“gak usah, aku biasa sendiri kok” Aira berusaha merebut sepedanya, tapi Ryo tetap memegang kuat.
“ayo!” ajaknya
Ryo dan Aira berjalan kaki. Sepeda dibawa oleh Ryo. Aira merasa sangat tidak nyaman disana. Beruntungnya gang di tempat dia sangat sepi. Jadi dia tidak perlu malu atau takut ada orang yang mengikuti atau mengetahui.
“disini sepi ya?” Ryo memecah kesunyian antara mereka
“iya” jawab Aira singkat
“ini bekas gudang apa?” tanyanya lagi
“katanya dulu dipakai buat gudang kayu” jelas Aira
“katanya? Lho.. kamu dulu gak tinggal di daerah sini?” tanyanya lagi
Heeeeh.. tolong.. ni orang kerasukan apa ya sekarang.. gak punya kerjan apa ya dia pake ngikutin aku segala, pake tanya tanya lagi
“gak” jawabnya singkat lagi
“lewat sini” Aira menunjukan jalannya
Mereka berjalan pelan malam itu. Ryo sambil melihat lihat daerah itu
“jalan ini gelap banget! Kamu gak takut?” tanyanya lagi melihat ke Aira
Aira hanya menggeleng. Memang jalanan itu sangat gelap, bahkan hanya ada satu lampu jalan di ujung gang.
“jalan itu sepertinya ramai, kenapa kamu gak lewat jalan itu aja?” tunjuknya pada ujung gang satunya
“kalau lewat sana .. harus muter” beritahu Aira
“oo...”
Mereka berhenti di sebuah gedung tua bertingkat empat, sepertinya tempat itu dulu digunakan sebagai rumah susun. Ada beberapa tempat tinggal disana, tapi sekarang hanya dihuni oleh empat keluarga saja. Aira salah satunya.
“kamu tinggal disini?” Ryo tidak percaya ada tempat setua itu dan masih dihuni.
“makasih udah ngantar” ucap Aira lagi ingin mengambil sepedanya
“aku antar kamu sampai depan” Ryo berjalan menuju gedung itu. Aira memasuki gedung itu. sangat sepi. Hanya ada satu lampu yang menerangi tangga.
“ok,
kamu dah bisa pulang” usir Aira
“hhmm.. kamu tinggal disini?” tunjuknya pada sebuah ruangan gelap yang tidak ada cahaya sama sekali
“bukan, aku dilantai dua” Aira sebenarnya malas banget menanggapi Ryo, tapi dia terus saja ngerocos.
“Biar aku yang bawa sepedanya” Ryo masih membawa sepeda itu dan mengangkatnya menaiki tangga itu
“Sepedanya ku taruh disini” ucap Aira menunjukan tempat seperti gudang.
Ryo menunggu Aira memasukan sepeda dan kembali mengunci pintu gudang itu
“kamu bisa pulang sekarang, Thanks ya!” Aira kembali mengusir Ryo
“aku antar kamu sampai pintu!” Lanjut Ryo lagi
Ampun dah ni orang, bikin emosi aja, suka maksa banget sih
Aira menjadi tidak nyaman, ia mulai kesal dengan sikap Ryo yang memaksa terus
“mau kamu sebenarnya apa sih?” akhirnya kata kata itu keluar dari mulutnya
“ngantar kamu sampai depan pintu” Ryo menjawab dengan senyum santai dan menggoda
Aira menghela nafas ‘sabar’
Sabar aira .. sabar .. sabar.. ingat kada bams, dia pemegang saham ME
Ryo melihat sangat jelas, Aira yang sangat tidak senang dengan bantuannya.
Aira menaiki anak tangga dengan malas. Ada Ryo yang naik bersamanya saat itu. saat memasuki lantai dua, tempat itu terasa sangat nyaman. Memang tidak terlalu terang, tapi terasa bersih. Mungkin Aira selama ini merawat tempatnya dengan baik.
“ada berapa orang disini?” Ryo bertanya lagi saat melihat keadaan disana
“dua” jawab Aira singkat
“dua?” Ryo merasa jawaban Aira tidak memuaskan
“iya, DUA!” Aira menjawabnya kesal
“kamu kesal ya?” godanya lagi
Aira memejamkan mata menahan kekesalannya.
“Diujung sana ada keluarga bapak pensiunan tentara, Di lantai tiga ada dua keluarga” jelas Aira kesal
Ryo tersenyum melihat Aira yang kesal.
“kamu kesal?” Ryo masih menanyakan lagi
“iya!” jawab Aira tegas dengan kekesalannya
Jelas aja aku kesal berhadapan dengan orang gila kaya kamu!! teriak benaknya
“Syukurlah” jawab Ryo
“heh?” Aira bingung mendengar jawaban Ryo
“kamu masuk, udah malam!” Ryo menyuruh Aira masuk
Aira membuka pintunya.
“Makasih” ia langsung masuk dan menutup pintu tanpa mempedulikan Ryo yang masih berdiri disana. Ryo tidak menyangka Aira melakukan. ia hanya tertawa kecil diperlakukan Aira seperti itu.
Ia berjalan melewati gang gelap itu. Saking gelapnya membuat ia sendiri merasa takut. Tapi ia juga merasa beruntung karena dengan sepinya tempat itu, ia bisa bebas melewati tempat itu tanpa ada orang lain yang mengenalinya sebagai Ryo.
Ia melihat denah tempat itu sejenak pada GPS ponselnya. Benar kata Aira, jika ia melewati jalan besar dekat gedung itu, ia harus memutar jauh, tapi jika melewati gang itu maka akan sangat dekat menuju tempatnya.
Ryo kembali ke apartemennya dengan senang, entah senang karena apa? Ia sendiri tidak tahu. Ada yang menggelitik dari dalam dadanya. Mengingat kembali obrolan dan wajah kesal Aira. ia pun terlelap dalam senyuman.
“kamu bahkan gak sudi melihat ku”
Aira mengingat kembali ketika Ryo mengatakan itu. Ia berpikir kembali kenapa dulu keluarganya sangat dibenci oleh orang orang. Ia tidak menyukai Ryo karena sikapnya. Mungkin dulu orang orang tidak menyukai orang tuanya yang selalu congkak terhadap kemampuan finansial mereka. Aira baru menyadari hal itu sekarang. Akhirnya ia menjadi orang yang dibully oleh mereka disaat mereka bangkrut. Di tambah lagi ia harus menghadapi nasabah yang mengatakan ayahnya telah menggelapkan uang mereka. Aira dan adiknya terpaksa harus pindah dari lingkungan itu. sejak itulah ia sangat trauma dengan lingkungan. Ia lebih memilih kehidupan yang sepi dan menyendiri.
\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~
Untuk yang baca.. sempatkan menyentuh tombol jempolnya ya..
makasih..