Asyh, gadis belia yang pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Baru saja sampai ke Negara Paman Sam itu. Asyh sudah menyaksikan kejadian yang membuat hatinya begitu terluka yakni dang kekasih berselingkuh dengan wanita lain.
Lari dari pria 'jahat' itu adalah pilihan Asyh satu-satunya. Dengan segala kekecewaannya, Asyh berlari hingga ke basement apartemen sang kekasih dan malah tidak sengaja menyaksikan sebuah adegan pembunuhan keji.
Asyh dilepaskan oleh dua orang pria yang melakukan pembunuhan itu. Sayangnya, tanpa ia sadari semua itu adalah awal 'kehidupan barunya'.
WARNING!!!
Terdapat Unsur Dewasa dan Adegan Kekerasan di Beberapa Bab!
Harap Bijak Memilih Bacaan dan Bacalah Sesuai Dengan Usia Anda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Psikopat Mesum
"Aku menginginkanmu!" Arlen memeluk erat tubuh mungil Asyh dan membenamkan wajahnya pada ceruk leher Asyh.
"Wangimu menenangkan." Arlen menghirup dalam wangi tubuh Asyh yang selalu membuatnya merasakan gejolak dan getaran aneh yang sudah tidak ia rasakan lima tahun terakhir ini.
Tangan Asyh terulur mengusap punggung kekar yang sepertinya menanggung banyak luka itu.
"Aku ada untukmu. Jangan pernah merasa kau sendirian." Asyh dengan suara lembut yang sangat menenangkan bagi Arlen.
Amarah Arlen yang sedari tadi memuncak rasanya runtuh begitu saja setelah mendekap gadis kecil itu.
Lama memeluk Asyh hingga ia merasa tenang.
"Ayo, kita harus istirahat. Aku tidak ingin kau jadi sakit karena banyak bergadang." Arlen menarik lembut Asyh ke arah ranjang.
"Babe, aku ganti pakaian dulu." Asyh sedikit merengek.
"Tidak perlu! Aku janji tidak akan menyentuhmu melewati batas." Arlen langsung menggendong Asyh dan membaringkan Asyh di atas ranjang kemudian ia juga naik dan berbaring di samping Asyh.
"Kau sungguh sangat indah!" Arlen menelusuri setiap inci wajah Asyh membuat Asyh memejamkan matanya merasakan sentuhan Arlen.
"Jangan pernah pergi dariku!" Arlen menarik Asyh dalam pelukannya.
Keduanya saling memberikan kehangatan hingga perlahan akhirnya terlelap.
••••••••••••••
Malam yang panjang begitu cepat berlalu membuat dua insan yang masih terlelap terpaksa harus mengakhiri tidur nyenyak mereka.
"Hoam.." Asyh menguap lebar dan membuka perlahan matanya.
"Wooo.." Asyh kaget karena Arlen ternyata sedang menatapnya penuh minat.
Tangan Asyh reflek menarik selimut menutupi dadanya yang hampir terekspos penuh.
Arlen tersenyum jahil.
"Untuk apa kau tutupi darling? Saat kau tidak sadar, aku sudah mencicipi nya, makanya dia bisa seperti itu." Arlen menggoda gadis kecilnya.
"Kau..bajingan mesum!" Asyh ingin memukul Arlen, namun tangannya setia menggenggam selimut yang melindungi dadanya.
"Kenapa harus marah? Bukankah seorang Tuan berhak menyentuh yang menjadi miliknya sesuka hati?" Arlen sengaja memasang tampang mesumnya.
"Psikopat mesum!" Asyh tanpa berpikir lagi langsung turun dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi setelah melepas kasar selimut yang ia genggam.
"Salahkan dirimu berpakaian terbuka seperti itu!" Arlen berteriak masih dengan niat menggoda Asyh.
Arlen menggeleng gemas dengan tingkah gadis polos itu.
Arlen sebenarnya hanya menggoda Asyh karena saat ia tersadar dari tidurnya, pakaian Asyh memang sudah terbuka seperti itu.
Ia memilih membersihkan diri di kamar mandi di luar kamarnya agar tidak lama menunggu Asyh.
Tiga puluh menit kemudian, Asyh selesai dan keluar dari kamar mandi dengan hanya berlilitkan handuk menutupi tubuh kecilnya.
Melihat Arlen tidak di kamar, Asyh segera mengambil pakaiannya dan secepat kilat mengenakannya.
Selesai berpakaian, Asyh berinisiatif memilihkan pakaian untuk Arlen.
Selesai memilihkan pakaian Arlen, Asyh duduk di kursi meja rias kemudian merias tipis wajahnya.
Arlen masuk setelah Asyh selesai merias wajahnya.
"Kau memilih pakaian untukku?" Arlen bertanya bahagia melihat pakaian yang tersimpan rapi di atas ujung ranjang.
Asyh mengangguk sebagai jawaban sambil menata buku-buku dan perlengkapan kuliahnya.
Arlen merasa terharu dan segera mengenakan pakaian yang Asyh pilihkan.
Setelah rapi, Arlen menghampiri Asyh dan memeluknya erat.
"Terima kasih." Arlen dengan suara sendu.
"Ada apa? Apa kekasihmu sebelumnya tidak pernah melakukan hal ini?" Asyh bertanya bingung.
Arlen hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Itu hanya hal sederhana Arlen. Aku tidak bisa memberimu hal besar, jadi aku lakukan saja yang sederhana yang mampu aku lakukan." Asyh kembali melanjutkan kegiatannya meski Arlen masih memeluknya.
"Itu sangat berarti untukku." Arlen dengan suara yang masih sendu.
"Em..kalau begitu, aku akan lakukan banyak hal sederhana untukmu jika kau menyukainya." Asyh telah selesai mengemas perlengkapan kuliahnya ke dalam tas.
"Em..dan aku akan melakukan hal besar untukmu." Arlen membalikkan Asyh dan mengecup lembut bibir ranum itu.
"Terima kasih." Arlen kembali memeluk Asyh.
"Sebenarnya apa saja yang kau lalui bersama masa lalumu? Apa tidak ingin bercerita sedikit saja kepadaku?" Asyh bertanya lembut dan penasaran.
"Aku akan menceritakan semuanya jika waktunya tepat." Arlen melepaskan pelukannya.
"Ya sudah. Ayo, rapikan rambutmu! Kita bisa terlambat jika berpelukan terus-menerus." Asyh menarik tangan Arlen dan menuntun Arlen duduk di kursi meja rias.
Dengan telaten Asyh membantu Arlen merapikan rambutnya dan hal itu sukses membuat Arlen kembali terharu dan menitikkan air mata.
"Hei pak dosen, jangan seperti anak kecil!" Asyh menangkup wajah Arlen dan menghapus air matanya kemudian mengecup kening Arlen penuh sayang.
"Sudah, ayo kita segera turun dan sarapan." Asyh menarik Arlen dan membawa tas kuliahnya.
Mereka pun segera turun menuju ke ruang makan.
Asyh terkejut dan seketika merasa takut karena Xello pagi ini mendadak sarapan bahkan lebih dulu dari mereka.
"Pagi Tuan, Nona." Xello dengan nada yang dibuat mencekam.
Asyh bersembunyi di belakang Arlen dan menggenggam erat tangan Arlen.
"Jangan takut! Ada aku." Arlen membawa Asyh untuk duduk di tempat mereka, berhadapan dengan Xello.
Asyh menunduk tidak berani menatap Xello, bahkan menyentuh makanan di depannya
Arlen berinisiatif mengambilkan beberapa potong sandwich untuk Asyh.
"Makanlah! Jangan takut!" Arlen dengan suara lembut.
Asyh memberanikan diri menyantap sandwich yang Arlen simpan di piringnya namun tetap menunduk.
Arlen menatap adiknya dengan tatapan siap membunuh sedangkan Xello tersenyum mengejek kakaknya.
"Aku sudah selesai." Asyh kemudian meneguk segelas susunya hingga tandas.
"Xello ... "
"Tidak! Aku tidak mau berangkat dengannya!" Asyh memotong perkataan Arlen.
"Mulai hari ini, Asyh akan pergi dan pulang bersamaku!" Arlen langsung bangkit dari duduknya dan menarik Asyh ikut dengannya.
"Memang begitu seharusnya Kakak. Jika kau tidak tegas, aku tidak ragu merebutnya darimu meski kau adalah kakakku. Dia berbeda dengan Erica, sungguh aku jijik dengan Erica, tapi gadis kecil itu mampu membuat gejolak dalam tubuhku bergemuruh." Xello membatin setelah Arlen dan Asyh pergi.
••••••••••••••
"Darling, katakan sesuatu!" Arlen mencoba membuka topik karena sedar tadi mereka hanya diam.
"Aku tidak ingin berbicara apapun." Asyh mengarahkan wajahnya menatap keluar kaca jendela mobil Arlen.
"Darling, jangan takut! Aku akan menjagamu! Yang boleh menyakiti dan mencintaimu, hanya aku!" Arlen mengusap lembut kepala Asyh.
"Sebaiknya begitu. Aku lebih baik kau sakiti daripada harus menjadi korban nafsu adik dari pria yang ... " Asyh langsung membekap mulutnya.
"Yang apa, darling?" Arlen bertanya penasaran sekaligus memancing.
"Yang memilihku. Iya, pria yang sudah memilihku." Asyh menjawab dengan salah tingkah.
Arlen mengulum senyum..
Mereka akhirnya sampai di kampus.
Arlen tanpa ragu langsung menyetir mobilnya masuk ke dalam area parkiran kampus.
"Kenapa langsung masuk?" Asyh bertanya sedikit kesal.
Asyh belum siap jika harus mempublikasikan hubungan mereka sekarang.
"Tidak apa jika kau belum siap. Aku yakin kau pintar mencari alasan." Arlen tersenyum kemudian mengecup kening Asyh.
"Ya sudah, aku turun dulu." Asyh keluar dari mobil Arlen dengan wajah bersemu merah.
Arlen turun dari mobil setelah Asyh melangkah menjauh.
"Asyh.." Vasya menyapa Asyh dengan girang.
Asyh tersenyum kaku mengingat video Vasya bersama Azlan.
"Kau datang bersama Sir Arlen? Bagaimana bisa?" Vasya bertanya menyelidik.
"Tadi ban mobil sopir keluargaku tiba-tiba bocor di jalan, jadi aku akhirnya berjalan kaki dan berpapasan dengan Sir Arlen dan dia menawarkan tumpangan kepadaku." Asyh membuat alasan.
Vasya mengangguk mengerti.
"Asyh, bantu aku untuk mendekati Sir Arlen." Vasya mengenggam kedua tangan Asyh dan memasang tampang polosnya.
"Baiklah." Asyh menjawab santai.
......~ TO BE CONTINUE ~......
pelakor dilaknat dan dibinasakan
sedangkan
pebinor bebas berbuat semuanya dan diperlakukan lembut, kesalahan beres begitu saja, bahkan pebinor diperlakukan sangat lembut melebih sang suami
ini pemikiran menjijikan dari wanita jablay dan munafik yang dibawa kedalam novel