NovelToon NovelToon
RACUN

RACUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami / Kisah cinta masa kecil
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Girl_Rain

Apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan kelabu yang menyelimuti rumah tangga selama lima tahun?

Khalisah meminta suaminya untuk menikah lagi dengan perempuan yang dipilih mertuanya.

Sosok ceria, lugu, dan bertingkah apa adanya adalah Hara yang merupakan teman masa kecil Abizar yang menjadi adik madu Khalisah, dapat mengkuningkan suasana serta merta hati yang mengikuti. Namun mengabu-abukan hati Khalisah yang biru.

Bagaimana dengan kombinasi ini? Apa akan menjadi masalah bila ditambahkan oranye ke dalamnya?

Instagram: @girl_rain67

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Girl_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

E. 2~Tepat

Ketika sinar matahari tetap menembus gorden sehingga menyinari kamar, Hara tak bisa jika tak membuka matanya. Hara berkedip untuk menyesuaikan cahaya padanya, dan mulai bangkit bersandar pada ranjangnya.

Pandangannya langsung jatuh pada sofa yang berhadapan dengan ranjang. Di sana, ada Abizar yang tidur diselimuti selimut lainnya.

Hara menghela napas untuk menekan rasa sesak di dadanya. "Setidaknya Abi nggak pergi dari kamar ini."

Lekas Hara menyiapkan diri dan segera turun ke bawah. Dia mengikat rambut sambil menuruni tangga. Hidungnya terasa menggelitik ketika ada aroma mengenakkan tercium.

Khalisah menuangkan sup ayam keempat porsi mangkuk.

"Selamat pagi, mbak Lisah!"

Hara yang tiba-tiba nongol di samping, tak membuat Khalisah terkejut karena sudah menangkap suara kaki yang menuruni tangga.

"Pagi."

Hanya sebatas itu, dan Khalisah mengangkat nampan ke meja makan tapi Hara mengikuti.

"Mbak, masaknya udah selesai?"

Khalisah mengerling saat menata mangkuknya di meja makan. Ia menghirup napas dalam-dalam dan melepasnya. "Oke. Kalau ada yang mau kamu masak, masaklah."

Hara jadi kegirangan. "Makasih, Mbak."

Segera Hara melakukan keinginannya, dan Khalisah melanjutkan tugas menata makanan yang telah dimasaknya.

Suara sepatu yang kuat beradu lantai membuat Khalisah menggigit bibir dibalik cadarnya.

"Pagi, Sayang!" Mama Laili datang. Beliau menghampiri Hara yang sedang membersihkan udang di wastafel dan cipika-cipiki dengannya.

"Pagi, Ma," jawab Hara.

"Pagi, Ma," jawab Khalisah mengikuti ucapan Hara.

Sontak keduanya berpaling pada Khalisah.

"Saya nggak ngucapin ke kamu ya." Mama Laili memutar bola mata.

Saya? Khalisah tersenyum miris. "Khalisah Ma, yang ngucapin pagi ke Mama."

"O-oke." Mama Laili linglung.

Abizar menuruni tangga sambil mencoba memasang dasi.

Hampir saja Khalisah ingin menghampiri sang suami, namun keduluan Hara.

"Sini, Bi. Aku yang pasang."

Khalisah memegang erat sandaran kursi. Matanya berusaha fokus ke arah lain.

Jangan, Khalisah. Tujuh hari ke depan mas Abi milik Hara.

"Ck!"

Terlalu keras untuk kekesalan yang ingin dipendam. "Biar kulakukan sendiri saja."

Akhirnya Abizar memasang dasinya sendiri, dan Hara mundur selangkah membiarkan Abizar melewatinya.

Khalisah membungkam mulutnya, berusaha agar bibirnya tak tertarik ke atas.

Nggak-nggak, Khalisah. Jangan begini....

Ayo, استغفر الله. استغفر الله العظيم.

"Abizar, kamu nggak boleh gitu sama istri kamu," tegur mama Laili.

"Nggak, Abizar nggak pernah gitu sama istri Abizar. Benar 'kan, Lisah." Sang suami merangkul Khalisah dan mendekatkan hidung ke pipinya.

"Abizar!" pekik mama Laili.

"Mas...." Khalisah jadi enak sama Hara melihat gadis itu semakin menunduk, tapi melakukan gerakan penolakan pada suami juga perbuatan dosa.

"Ayo, makan." Abizar menarik kursi dan mendudukkan Khalisah, dirinya pun ikut duduk di sebelah.

Hara pun perlahan bergabung dengan mereka diikuti mama Laili yang menarik kursi untuk Hara duduk di sampingnya.

Hanya terdengar dentingan sendok, kecuali pada piring Khalisah karena ia makan menggunakan tangan. Tidak ada pembicaraan sampai waktu keberangkatan.

Khalisah mencium punggung tangan Abizar sambil berucap, "اللهم صل على سيدنا محمد."

Abizar membalas mencium kening istrinya. Baru sebentar, tapi Khalisah mundur dan menarik Hara di sampingnya ke hadapan Abizar.

"Giliran Hara," kata Khalisah sampai matanya ikut menyipit.

Hara ingin meraih tangan Abizar, namun kepalanya malah di dorong menubruk bibir sang suami.

Hanya sesaat, dan Abizar langsung berbalik setelahnya.

"السلام عليكم !" pekik Khalisah pada Abizar yang menggapai pintu.

"وعليكم السلام," balas Abizar.

Khalisah melambai tangan sampai suaminya hilang dari pandangan. Ia berbalik walau sempat melihat Hara membuka mulut.

Akhirnya Hara diam di tempat.

.

.

.

.

Khalisah menuruni tangga. Wajahnya berpaling mendengar bisik-bisik di dapur samping bawah tangga, dan berakhir menghentikan langkahnya.

Dilihatnya sang ibu mertua yang membantu mengemas rantang makanan dan memberikan pada menantu kedua. Hara kegirangan dan mencium pipi mama Laili, lalu pergi ke arah pintu keluar.

Mata Khalisah tak berkedip, ia lantas memutar raga dan melangkah menaiki tangga. Meninggalkan mama Laili yang mengetahui keberadaannya.

Butuh waktu dua puluh menit untuk sampai ke perusahaan Abizar. Hara serta senyum cerahnya menyertai perjalanan sambil menatap jalanan kota lewat jendela mobil, sampai akhirnya mobil memasuki pekarangan perusahaan.

"Pak Angga tungguin Hara ya," ucap Hara pada lelaki paruh baya di kursi pengemudi.

"Baik, Nona."

Hara menyempatkan senyum pada pak Angga sebelum keluar mobil. Rasanya rahangnya mau jatuh memandangi gedung megah di depannya, namun Hara menahannya agar tidak terlihat memalukan.

Ayok, Hara. Seperti yang diajarkan mama.

Hara mulai melangkahkan kakinya memasuki perusahaan. Mula-mula ia menghadap meja yang diberitahukan mama Laili sebagai meja yang ditempati orang untuk ditanyai.

"Permisi." Seruannya menarik atensi wanita yang tadinya sibuk dengan laptopnya, langsung mendongak dan berdiri.

"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya resepsionis wanita itu sopan.

"Abizar-nya ada?"

"Pak Abi ada di ruangannya, Mbak. Kalau boleh tahu, Mbak siapa? Biar saya hubungi pak Abi kalau ada tamu yang ingin bertemu."

"Saya istrinya," jawab Hara dengan senyum simpul.

Wanita resepsionis itu terkejut sampai menutup mulutnya. "Ya ampun, Nyonya Khalisah ya? Nggak nyangka setelah lama menikah, akhirnya Nyonya datang ke mari juga."

Hara mengernyit dan berpikir; Memangnya mbak Lisah nggak pernah ke perusahaan Abi ya?

Hara menggeleng.

Bukan saatnya berpikir tentang itu.

"Nama saya Hara, Kak."

Wanita resepsionis itu terkejut kembali. "Benarkah? Tapi seingat saya pak Abi pernah bilang nama istri beliau Khalisah."

Dengan penuh percaya diri Hara berucap, "Saya istri keduanya."

Bruk!

Hara menoleh pada asal suara dan mendapati Abizar tidak jauh dari posisinya. Suaminya itu tampak terkejut, begitu juga dengan yang berlalu lalang akibat reaksi sang bos.

"Hara Arani!"

Hara tersentak dan gemetar takut, apalagi Abizar yang melangkah tajam ke arahnya. Begitu suaminya itu tiba, tangannya ditarik kuat hingga dirinya berjalan seakan diseret ke tempat yang diketahuinya.

Abizar menyentak tangan Hara. "Apa maksudnya semua ini? Kenapa kau datang ke perusahaan?"

Tubuh Hara gemetar, takut pada Abizar yang meninggikan suara.

Abizar meraup wajahnya, ia tersadar ada orang di pantry yang menonton mereka. "Keluar!"

Segera para OB keluar dari ruangan yang sedang berlangsung perkara.

Hara mengangkat wajahnya pada Abizar yang menatapnya marah. "A-aku mau mengantar bekal makan siang untuk kamu."

"Apa mama yang memberimu saran?" tanya Abizar menekan suara, berusaha meredam amarah. Karena bagaimana pun ia mengenal Hara, dan tahu jalan pikiran perempuan di hadapannya ini.

Anggukan yang di dapat Abizar membuat Abizar menghirup napas dalam-dalam.

"Dengar baik-baik, Hara Arani."

Hara memberikan tanggapannya.

"Pulang, dan jangan pernah datang ke sini lagi."

"Kenapa?" Hara memiringkan kepalanya.

"Ya, karena kamu mempermalukanku!"

Hara tersentak dengan nada tinggi Abizar dan hentakan kelakuan kekesalannya.

Abizar mengusap rambutnya. "Istri kedua? Konyol!"

Hara sontak memandang Abizar.

"Kamu mempermalukanku. Istri kedua? Orang-orang pasti berpikir aku ini gila wanita sampai melakukan poligami pada istriku yang seperti berlian itu."

Mata Hara mulai berkaca-kaca.

Abizar melirik Hara, dia jadi memandangi Hara dari atas sampai bawah. Bibirnya menyunggingkan senyum remeh.

Gaun krem selutut dengan sepatu high heels senada. Rambut tergerai dan dibuat agak bergelombang disertai makeup tipis.

"Benar, berlian. Orang-orang pasti berpikir aku sudah kehilangan akal hingga menjadikan batu kerikil sebagai madunya."

...☠️...

...☠️...

...☠️ ...

Rain: 🕕

1
Aminin azaaa
bingung Thor Edgar kan seorang polisi, tp bertahun tahun jd bodyguard khalisah, gimana cara bagi waktu nya🙏🙏
Masitoh Masitoh
jujur aku heran dgn sikap Khalisah terlalu baik ya Thor walau mertua SDH hadirin madu bahkan suaminya mafia
@Girl_Rain67: Jujur, Rain pun pengen jadi Khalisah. Tapi tak sanggup 😢
total 1 replies
Dinda Putri
up
Dinda Putri
Lanjut Thor jangan kelama an upnya jadi penasaran
@Girl_Rain67: Siap, kak
total 1 replies
Dinda Putri
luar biasa
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
@Girl_Rain67: Insyaallah
total 1 replies
Anto D Cotto
menarik
Aminin azaaa
lanjutkan
@Girl_Rain67: Siap, kak. /Smile/
total 1 replies
Aminin azaaa
lanjut
Gadiscantik27
Malam, kak. Boleh minta support balik, kak?
@Girl_Rain67: Boleh, kak 🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!