Menikah adalah hal yang membahagiakan. Tapi tidak saat aku menikah. Menikah membawaku kedalam jurang kesakitan. Dilukai berkali-kali. Menyaksikan suamiku berganti pasangan setiap hari adalah hal yang lumrah untuk ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Mentari pagi datang menyapa bumi. Sinarnya yang terang, menghangatkan suhu. Burung-burung juga sudah mulai bercicit menyambut hari yang baru.
Naina meregangkan tubuhnya. Entah pukul berapa ia tidur semalam. Tangannya tak sengaja menyentuh tubuh kekar yang berbaring disampingnya. Naina cukup terkejut hingga terlonjak. Maklum saja, ia biada tidur sendiri.
Naina menatap wajah Arsen yang bagaikan bayi. Ia, polos. Wajah polos dan sangat tampan. Lengkapnya.
Andai saja kau tidak sebrengsek itu, mungkin aku tidak akan sampai di titik ini.
Naina menatap lekat wajah Arsen. Kau suka wanita manja kan? heh?!... baiklah, akan ku tunjukkan padamu. Bagaimana seorang Naina yang manja. Manja Versi Naina.
Naina bangun dari tidurnya dan langsung menuju kamar mandi. Dia menatap sendu tubuh polosnya pada pantulan cermin yang menggambarkan dengan jelas tubuhnya.
Laki-laki itu benar-benar seperti binatang buas. Apa mulutnya tidak kram membuat tanda merah sebanyak ini?
Setelah beberapa saat, Naina yang sudah rapi berjalan pelan agar tak membangunkan Arsen. Dia menuju dapur untuk memulai aktivitas seperti biasanya. Membantu memasak.
" Selamat pagi Nyonya? " Sapa para pelayan itu kompak dengan wajah menunduk sopan.
Naina mengeryit bingung. Kenapa mereka begitu sopan? dan, kenapa tiba-tiba memanggilnya Nyonya? Aneh! Batin Naina.
" Selamat pagi...
Meski bingung, Naina memilih untuk menyingkirkan perasaan itu. Lebih baik dia memasak. Karena memasak, mampu meredakan segala kesedihannya. Bahkan bukan masalah, jika Naina harus seharian berkutat di dapur. Dapur adalah tempat favorit baginya.
Hampir satu jam berlalu. Naina membantu para pelayan untuk menyusun piring dan menu sarapan pagi ini.
" Apa yang kau lakukan? " Tanya Arsen yang entah dari kapan sudah berada diruang makan.
Semua pelayan berjejer menyambut Tuan mereka lalu mengucapkan sapaan seperti biasanya.
" Kenapa? aku sudah biasa melakukan ini setiap hari. " Ujar Naina santai tanpa menghentikan kegiatannya.
Arsen mengerutkan dahinya bingung. " Setiap hari?
" Iya.
" Apa kau tidak memikirkan posisimu? " Tanya Arsen yang terlihat kesal sembari berjalan mendekati Naina.
" Posisi? " Naina menatap Arsen heran. " Awalnya aku membantu mereka saja untuk membuat sarapan. Tapi siapa sangka, kau begitu menyukai masakan ku. Hingga saat aku tidak memasak sarapan, kau akan marah-marah lalu melempar piring dan mengatakan jika masakan yang dibuat koki tidak seenak kemarin. Padahal kan kemarin itu ya aku yang membuatnya.
Arsen menatap Naina yang sedari tadi berbicara tanpa henti. Entahlah, terselip perasaan bahagia dihati Arsen. Ini adalah kali pertama Naina berbicara begitu banyak dihadapannya.
" Kalau kau keberatan, mulai besok aku tidak akan memasak lagi.
Jadi selama ini Naina yang membuat sarapan untukku?
" Kau bisa membuat sarapan. Tapi hanya untuk kita berdua. Tidak perlu sebanyak ini. Dan kau juga tidak perlu membantu menyiapkan sarapan. Kau mau menjadi pelayan atau apa?!
Seketika Arsen sadar dengan pembicaraannya. Dia merasa gugup sendiri. Bagaimana bisa dia terang-terangan berbicara begitu? bukankah itu menjurus ke arah perhatian ya?
Heh...?! aku tahu sekarang, ternyata kau tertarik padaku.
" Maksut ku, jika kau bertingkah seperti pelayan, apa anggapan kakek tentangku?! aku tidak mau dia menganggap buruk hubungan kita.
" Baiklah. Mulai besok, aku hanya akan memasak untukmu saja. " Ujar Naina lalu berjalan menjauh.
Untukku saja?
" Tunggu! " Arsen menjadi lebih bingung saat Naina justru terlihat akan meninggalkan meja makan.
" Iya Tuan? " Jawan Naina setelah membalikkan tubuh agar menghadap Arsen.
" Mau kemana?
" Kembali kekamar dan mengganti baju.
" Duduklah. " Perintah Arsen sembari menyentuh bangku yang berada tepat disampingnya.
" Tapi Tuan..
" Duduklah...! jangan membantah. " Tegas Arsen menatap Naina seolah tak terbantahkan.
" Iya,.. asal kau berjanji tidak akan meminta ganti rugi. " Ujar Naina cuek sembari memposisikan duduknya.
" Apa maksut ucapan mu?
" Memang Tuan Arsen lupa ya? beberapa bulan yang lalu, kau bahkan meminta ganti rugi untuk listrik yang aku pakai.
Sialan! wanita ini kenapa jadi berani sekali? aku juga kenapa tidak punya ide membantah sih?! kesal sekali rasanya.
Tak ada obrolan apapun selama sarapan berlangsung.
Setelah kegiatan sarapan itu selesai, Naina kembali ke kamar untuk mengganti bajunya dan bersiap-siap untuk ke kantor.
" Mau kemana? " Tanya Arsen yang melihat Naina sudah rapi dengan setelan seragam kantor.
" Bekerja.
" Hari ini aku akan berangkat siang. " Tutur Arsen sembari membaringkan tubuhnya di sofa dekat tempat tidur.
" Tidak masalah, aku akan menunggu Tuan disana. " Naina meraih tas Selempang nya hendak meninggalkan kamar.
" Tunggu! " Suara ini selalu membuat tubuh Naina otomatis berhenti.
" Iya?
" Kau kan asisten pribadiku. Dimana aku berada,kau juga juga harus tinggal denganku.
" Maaf Tuan, dirumah aku ini bukan Asisten mu. " Bantah Naina yang sebenarnya, ia malas sekali jika harus menghabiskan banyak waktu dengan Anjing gila itu. Batinnya.
Arsen menyunggingkan senyumnya. " Iya. Kau Istriku jika dirumah. Jadi, kau harus menemaniku.
Apa-apaan?!!!! sialan! kurang ajar! dasar Anjing gila!
Naina menatap Arsen sesaat. Mari kita bermain-main Tuan Arsen tercinta.
" Kemarilah.... " Arsen menepuk-nepuk pelan tempat yang masih banyak tersisa di atas sofa itu.
" Untuk apa?
" Tentu saja duduk.
" Kenapa aku harus duduk disana Tuan?
" Untuk ku tiduri. " Ujar Arsen santai.
Anjing gila yang mesum! otakmu benar-benar sudah terkontaminasi dengan lobang wanita ya?
" Aku bukan ranjang yang bisa ditiduri. " Jawan Naina tanpa menunjukkan ekspresi apapun.
" Baiklah, aku ingin memakai mu.
" Aku bukan baju atau barang lainya yang bisa dipakai Tuan....
Arsen sudah mulai mendengus kesal. " Aku benar-benar akan memakan mu jika kau terus melawanku.
" Jangan lupa anda sudah sarapan.
Sialan!! gadis ini benar-benar,... imut sekali.
" Ayo kita lakukan hal yang intim... " Arsen sudah bangkit dari posisinya.
" Intim yang seperti apa Tuan? intim kan bisa digolongkan menjadi beberapa maksut.
" Seperti yang kita lakukan semalam. " Tangan Arsen sudah sampai di tengkuk Naina.
" Tuan,
Baru saja Arsen membenamkan bibirnya, suara ketukan pintu membuatnya harus berhenti sesaat untuk membuka pintu.
" Nyonya, apa Tuan ada didalam? " Tanya Tomi saat melihat Naina yang membukakan pintu.
" Tentu saja. " Jawab Naina dengan senyum yang mengembang sempurna. Menghiasi bibir ranum itu.
" Tuan, Sekretaris Tomi,.
" Sudah tahu! " Arsen merasa kesal sekali. Dia melupakan jika hari ini dia harus menemui klien dari luar negeri.
" Baiklah, Apa perlu aku membantu menyiapkan pakaian?
" Terserah. Cih! dasar sekretaris bodoh! memang tidak bisa ya menundanya? kenapa lagi wanita ini? kenapa dia tersenyum? apa dia senang karena bebas dariku?
Naina masih terus tersenyum lega. Untunglah, saat memasak tadi, ia tak sengaja mendengar percakapan Tomi tentang jadwal Arsen pagi ini.
" Kita lanjutkan di kantor saja nanti. " Bisik Arsen ditelinga Naina.
Oya? kita lihat saja, kau yang akan berhasil? atau aku yang berhasil?
.............