NovelToon NovelToon
Bukan Istri Bayangan

Bukan Istri Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Dokter
Popularitas:549.8k
Nilai: 5
Nama Author: Desy Puspita

Bertahun-tahun memendam cinta pada Bagaskara, Aliyah rela menolak puluhan lamaran pria yang meminangnya.

Tak disangka, tepat di hari ulang tahunnya, Aliyah mendapati lamaran dari Bagaskara lewat perantara adiknya, Rajendra.

Tanpa pikir panjang Aliyah iya-iya saja dan mengira bahwa lamaran itu memang benar datang dari Bagaskara.

Sedikitpun Aliyah tidak menduga, bahwa ternyata lamaran itu bukan kehendak Bagaskara, melainkan inisiatif adiknya semata.

Mengetahui hal itu, alih-alih sadar diri atau merasa dirinya akan menjadi bayang-bayang dari mantan calon istri Bagaskara sebelumnya, Aliyah justru bertekad untuk membuat Bagaskara benar-benar jatuh cinta padanya dengan segala cara, tidak peduli meski dipandang hina ataupun sedikit gila.

.

.

"Nggak perlu langsung cinta, Kak Bagas ... sayang aja dulu nggak apa-apa." - Aliyah Maheera.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19 - Morning Kiss

Dibanding mengaku bahwa penyebab tidak bisa tidurnya adalah ciuman yang Aliya berikan, Bagas lebih memilih mengatakan hal yang bahkan secara tidak dia sadari justru menyakiti hati Aliya.

Dan ya, seperti biasa, Aliya tidak ingin berlama-lama memendam rasa sakitnya. Sikap dingin Bagas dia anggap sebagai hal biasa, maklum saja dan mungkin memang begitu risiko menikahi pria yang memang tidak menginginkannya.

Selepas merapikan tempat tidur, Aliya menunggu di bawah saja. Meski tidak yakin bahwa Bagas akan turun untuk sarapan bersamanya, tapi Aliya tetap menunggu dan sementara pria itu datang, Aliya kembali bertukar pesan.

Sapaan selamat pagi dan pertanyaan tentang malam pertama itu kembali Aliya dapati, tak satupun yang dia balas karena memang belum bisa jumawa mengingat Bagas bahkan belum menunjukkan hilal ingin bercinta.

|| Aih kebiasaan, Aliya kenapa mendadak jadi introvert sih semenjak menikah sama Kak Bagas?

Dea melayangkan protes karena memang semua pertanyaannya tidak ada yang Aliya gubris.

Tak lama berselang, Anjani mulai ikut dalam pembicaraan.

|| Tahu nih, dari kemaren loh ... biasanya dia yang heboh sendiri, malah katanya mau live streaming sekarang mana? Kok lempem gitu?

|| Iya, bener banget dan aku masih simpen loh chatnya ... kamu sendiri yang bilang eh malam ngilang gitu aja, kenapa? Jangan bilang Kak Bagas nggak nerima kamu, Al?

Dea kembali melontarkan pertanyaan, jelas pertanyaan itu tidak bermaksud mengejek. Sebaliknya, mereka justru khawatir dan percakapan itu mulai memasuki mode serius.

|| Sependapat, apa iya begitu? Aku harap jangan sih ... tapi pas lihat Kak Bagas akad memang firasatku nggak enak, sorry, Al.

|| Sampai terjadi gampang aja, Pengadilan Agama deket, dari awal aku memang kurang setuju karena di mana-mana mencintai itu adalah seni menyakiti diri yang tidak disadari ... sebaik-baiknya pilihan ya, nikah sama yang cinta sama kita.

Anjani keluar dengan pendapat super bijaksananya. Sementara Aruni masih menyimak tanpa suara.

Tidak ingin suasana di grup chat itu semakin serius, Aliya kemudian memberikan pernyataan yang bermaksud membuat sahabatnya tenang.

“Sorry baru muncul ... tadi habis siapin sarapan, grupnya sengaja kebuka cuma belum sempat baca.”

“Apasih ini rame-rame? Enggak lah astaga, Anjani ngomongnya apasih? Kalian tenang saja ... kurang heboh ya maklumin, Guys, aku kan baru jadi istri, rada kaku gitu jadi belum bisa sambil balas chat segala.”

Memilih dengan kepura-puraan adalah keputusan Aliya. Meski sejak opini mereka berdua dia baca Aliya sudah merasakan tidak nyaman, tapi wanita itu berusaha untuk bersikap tenang dan terlibat baik-baik saja di hadapan ketiga sahabatnya, terlebih Aruni.

|| Bener begitu?

“Iya, Anjani ... lagian soal yang itu aku bercanda, mana mungkin aku rela bagi-bagi hal yang sifatnya privasi, ngaco deh ah.”

Hening sesaat, Aliya tampak berpikir sebelum kemudian memilih mengakhiri pembicaraan itu agar tidak makin salah paham.

“Anyway sudah dulu ya ... mau sarapan, suamiku yang gantengnya nyundul langit itu udah turun.” Begitu ucap Aliya dan dia dengan sangat amat membanggakan sang suami tentu saja.

Untuk bagian Bagas yang turun dia tidak berbohong. Memang saat ini sang suami benar-benar turun dan memperlihatkan wajah lesunya.

Meski sudah mandi dan berusaha rapi, nyatanya Bagas masih terlihat menyedihkan. Ngantuk berat sampai Aliya yang melihat merasa kasihan.

“Ya ampun, Kak, apa tidak sebaiknya istirahat saja?”

“Tidak perlu, aku sudah terlalu lama liburnya,” jawab Bagas datar, sama seperti raut wajahnya.

Aliya mendekatkan semangkuk bubur itu untuk sang suami, kemudian dia juga ikut menikmati.

Dengan malas, Bagas berusaha menyuap sesendok demi sesendok.

Sebenarnya bukan tanpa alasan kenapa Bagas sampai seperti tidak nafsu makan. Lelah adalah alasan dan jika boleh memilih, dia ingin tidur saja sebenarnya.

Selama sarapan, tidak ada pembicaraan, tapi suasana tetap hangat.

Selesai dengan itu, mereka akan sama-sama bekerja hanya tujuan saja yang berbeda.

Aliya yang tidak ingin merepotkan sang suami bermaksud untuk pergi sendiri dengan mobilnya, dan tak disangka ternyata hal itu bisa mengundang protes Bagaskara.

“Kamu mau pergi sendiri?”

“Iya, kenapa memangnya?”

Diam, Bagaskara tidak banyak bicara. Hanya wajahnya seolah cerewet sekali. “Masuk.”

“Wih pergi bareng nih, Kak?”

“Hem.”

Sesingkat itu jawaban Bagaskara dan bagi Aliya itu sudah cukup. Dia bergegas naik dan duduk manis di sebelah Bagaskara.

“Eh, ini serius, Kak?”

“Kenapa pertanyaanmu begitu?”

“Tanya saja, kan arahnya beda ... apa nggak merepotkan?”

Tak menjawab dengan lisannya, Bagaskara hanya menjawab dengan helaan napas panjang dan tentu saja Aliya tidak paham.

Bahasa-bahasa Bagas yang memang hanya bisa dipahami oleh sebangsanya itu cukup sulit, juga rumit.

Aliya tidak ambil pusing, untuk sementara dia menikmati pergi kerja di antar Bagas karena ini adalah salah-satu keinginannya sejak lama.

Cita-cita terpendam Aliya, dan sepanjang perjalanan Aliya sesekali mengulum senyum, bahagia sekali dia saat ini.

“Kak Bagas di halte aja ya,” pinta Aliya dan tetap saja tidak mendapat jawaban dari pria itu.

Juga, tidak dia ikuti karena kini Bagaskara benar-benar masuk ke area rumah sakit tanpa Aliya sempat melayangkan protes.

“Ih kok sampai sini? Padahal bilangnya cukup sampai di halte ... kalau begini 'kan, aku yang jadi enak,” cerocos Aliya sembari bersiap untuk turun dan tak disangka ucapannya itu sukses membuat Bagaskara tersenyum tipis.

Lucu saja, sedikit tidak menduga bahwa sang istri akan bercanda semacam itu.

Selesai dengan tas dan botol air minum sebesar pentungan itu, Aliya bersiap untuk benar-benar turun, tapi sebelum itu dia mengulurkan tangan.

“Salim, biar kayak orang-orang,” ucap Aliya yang kemudian segera Bagas turuti.

Pria itu mengulurkan tangannya dan dengan cepat, Aliya mengecup tepat di punggung tangan pria itu.

Setelahnya, Aliya berlalu keluar tepat di saat Bagaskara ingin mengatakan sesuatu.

Tepat di saat Bagaskara ingin benar-benar pergi, Aliya justru kembali dengan sedikit berlari hingga membuat pria itu mengurungkan niat.

“Mau apalagi dia?” Bagaskara bergumam pelan, dan belum sempat dia mendapat jawabnya, Aliya sudah kembali masuk.

“Kenapa? Ada yang ketinggalan?”

Tanpa keraguan dia mengangguk, dan tanpa keraguan pula dia mendekat demi menyodorkan keningnya tepat di bibir Bagaskara.

Cup

Ya, kecupan di kening hasil rampok itu Aliya dapatkan. Bagaskara yang mendapati tindakan istrinya sampai tercengang.

“Dah, aku pergi ... Assalamualaikum, kak Bagas.”

Usai mengatakan itu, dengan gerakan yang super cepat Aliya turun dan meninggalnya.

Dari tempatnya duduk, Bagas masih terdiam membisu demi merenungi apa yang terjadi. Demi Tuhan dia tidak menduga bahwa Aliya bisa senekat itu hanya demi mendapatkan kecupan di kening sebelum berpisah.

“Kelakuan, bisa begitu ... padahal tinggal minta saja, kenapa harus begitu?” gumam Bagas sembari menggelengkan kepala karena benar tidak menduga dengan kelakuan istrinya.

.

.

- To Be Continued -

Alhamdulillah bisa tiga, last eps malam ini see you esok hari ... Babay 🫶🏻

1
MD...
Keselek bang???
MD...
haccciiiwwwww🤧🤧
MD...
😭😭gpp ..gak salah juga kan
MD...
kwkwkw.... salah paham nih
MD...
wkwkkkk... jgn maksain diri atuh Al
ρυтяσ✨
kejebak sama ucapan'y sendiri tuh Bagas🤣🤣🤣🤣
Sri Gunarti
hari ini up nya 1 kli thor
Layla 🌹
astaga aliyaahh ga bisa lagi berkata² dgn tingkah pola mu🤣🤣
Layla 🌹
is pasti modus tuh kak bagas mana ada nyari restoran yg dekat t4 kerja aliyah kalo ga da mau nyaa🤭🤭🤣🤣
Layla 🌹
astaga aliyaa lama2 kejang deh kamu🤣🤣🤣
Sugiharti Rusli
padahal sayang di sini memiliki maksud yang berbeda sama yang dia pikirkan, tapi dia pede aja lha toh sama suaminya sendiri juga😁😁😁
Sugiharti Rusli
dasar yah si Aliya bisa banget menggiring opininya terhadap sang suami yah😅😅
Layla 🌹
na dengerin tuh dokter aliyah...jangan sampe gara² kamu yg lagi kesemsem pasien jadi celaka krn salah obt🤭🤭🤣
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
wkwkwk sayang ..eh iya makanan yang sayang bukan kamu nya Alya 🤣🤣
Hasanah Purwokerto
Nah looooo
Hasanah Purwokerto
Pinter banget memutar balikkan kata...😂😂😂😂😂
Hasanah Purwokerto
Issh..sayang dagingnya,,mubazir klo ga dimakan Aliya..jangan ge er...🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Hasanah Purwokerto
Ih...udah tua...bolot lagi...🤣🤣🤣🤣🤣
Hasanah Purwokerto
Gpp Al..minusnya cm 1 tok...
Hasanah Purwokerto
Skakmat....🤭🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!