HATI SUAMIKU BUKAN MILIKKU

Yudha tidak menyadari bahwasanya saudarinya telah membajak ponselnya, memantau setiap gerak geriknya. Arti terlihat sangat puas bahkan dia sekarang sangat betah berada didepan laptop milik suaminya.

Tertawa sendiri, mengumpat sendiri terkadang Deka sedikit geram dengan tingkah istrinya yang sedikit kelewatan ini.

"Hahahaha,," Arti tertawa ketika melihat Yudha mondar mandir gelisah dikamarnya, Yudha bahkan terlihat sesekali menangis. Tidur salah duduk salah, bahkan terlihat Yudha sesekali menangis berteriak memanggil anak istrinya, Yudha menagis frustasi sambil duduk dilantai dan bersandar disisi ranjang.

Berkali kali Yudha juga terlihat menghubungi orang orang yang mungkin kenal dengan Arumi.

"Sukurin, rasain," umpat Arti, ingin rasanya Deka mengingatkan tapi sudahlah wanita bar bat ini pada ahirnya juga bakalan sadar sendiri batin Deka.

"Mom, papi jalan dulu ya," pamit Deka, astaga gara gara bocah sialan itu aku sampai lupa menyiapkan baju untuk suamiku.

"Astaga papi maaf ya," ucap Arti sambil berjalan menghampiri suaminya, alih alih merapikan kemeja suaminya dia pun merangkul pria tampanya ini yang sedang kesal sepertinya.

"Laptop ae terus mom, biarkan suamimu ini jadi duda, pilih baju sendiri apa apa sendiri udah sana," gerutu Deka kesal.

"Hehe, uluh uluh suamiku tampanya kalau merajuk, sini peyuk (peluk)," rayu Arti sambil merangkul leher suaminya, memaksa pria tampan itu menunduk dan memberikan kecupan bertubi tubi pada bibir Deka.

Deka malah terpancing, dia langsung meraih pinggang istrinya dan memaksanya mengikuti naluri kelelakianya.

"Wait," ucap Arti.

"Apa?"

"Papi udah rapi kan," ucap Arti mengingatkan.

"Nanti bisa mandi lagi," jawabnya, Ah Deka tak mau menyianyiakan kesempatan langka ini, mumpung ibu mertuanya sedang main dipanti dan anaknya kesekolah, sudah lah lanjut aja, ahhh suka suka kalian aja lah papi mami.

......

Tidak seperti Yudha yang makin hari makin gelisah memikirkan keberadaan anak istrinya.

Arumi sudah tampak tenang sekarang. Dia sudah mulai bisa menata perasaanya. Mengiklaskan apa yang terjadi padanya, dan mulai bangkit dari keterpurukanya.

Rasa trauma akan masa lalunya membuat Arumi benar benar takut bertemu lagi dengan Yudha. Pelajaran hidup membuatnya tak bisa percaya begitu saja pada orang orang yang ada disekelilingnya.

Arumi sangat pandai bergaul rupanya, di tempat tinggalnya yang baru dia mulai dikenal dengan masakanya yang lezat, dan kue bikinanya pun tak bisa dipungkiri kenikmatanya.

Suatu hari tetangganya sedang mengadakan khitanan, dengan keberanian nya Arumi pun menawarkan jasanya untuk membuatkan snack bok nya, sebagai awal usaha dan promosi Arumi pun memberikan beberapa sample untuk calon pelangganya.

Hari demi hari berkat keluletanya kue buatan Arumi sudah mulai dikenal dari mulut kemulut. Meskipun capek tapi lumayan bisa buat menyambung hidupnya bersama buah hatinya.

Arumi sudah tak berharap nafkah dari Yudha meski itu adalah nya dan anak anak. Selama dia bisa dan mampu bertahan sendiri, kenapa harus berharap dari pria tak punya hati itu, pikir Arumi.

Seperti biasa Arumi sedang melayani pelanggan barunya, yang sepertinya sangat suka dengan apa yang Arumi bisa.

"Mbak Rurum makasih banyak ya, kuenya enak enak ternyata," puji pelangganya sambil menyodorkan uang sebagai kesepakatan pembayaran kue yang sudah Arumi buat untuk acara putranya.

"Makasih buk kalau suka," jawab Arumi sambil menerima uang itu.

"Iya, nanti kalau misalnya ada acara pengajian boleh ya mbak Rum ngrepotin lagi," ucapnya lagi.

"Dengan senang hati buk," jawab Arumi dengan senyuman manisya.

"Mbak Rurum bisa bikin kue apa aja?" tanya nya lagi.

"Birthday cake bisa, wedding cake juga bisa, nasi bok, snack bok tergantung pemintaan bu," jawab Arumi.

"Wah bisa toh, ah nanti aku bilangin deh sama saudaraku yang mau ngawinin, mau kan mbak bikinin cake nya?" tanya ibu itu lagi.

"Mau buk Insya Allah," jawab Arumi lagi, lama mereka berbincang bicang, hingga tak terasa waktu ashar pun tiba.

Ditya sudah siap dengan baju kokonya, bersiap pergi kemasjid dilingkungan rumahnya.

"Bun, abang ngaji ya," ijin Ditya.

"Oke, adek masih bobo kah?" tanya Arumi.

"Masih bun," jawabnya.

"Sini dong sayanh bunda dulu," pinta Arumi, Ditya pun menghampiri bundanya, dan memberikan pipinya untuk bundanya nikmati.

Tampan sekali kamu bang persis banget seperti abimu batin Arumi.

Cinta adalah Cinta sesuatu yang sulit diungkapkan dengan kata kata. Meski sekuat apapun Arumi berusaha tetap saja bayangan wajah tampan Yudha selalu menghiasi pelupuk matanya.

Bagaimana tidak setiap hari setiap waktu dia melihat dublikat suaminya.

.....

Yudha sudah mendapatkan kabar dari orang suruhanya, bahwasanya Arumi dan anak anaknya tak terlihat dikediaman Deka, Joker maupun dipanti.

Yudha semakin frustasi dan tertekan memikirkan ini, dia terlihat sangat kecewa dengan kabar yang diterimanya.

Duduk termenung ditempat kerjanya, memikirkan kemana kiranya istrinya pergi. Pikiran Yudha hanya terfokus pada ini hingga dia tak menyadari ada seseorang yang menyusun strategi untuk mengambil alih apa yang dimilikinya saat ini.

Bersambung...