Xavier Zibrano, CEO muda yang selalu di paksa menikah oleh ibunya. Akan tetapi ia selalu menolak karena masih ingin menikmati masa mudanya.
Divana Veronika, gadis cantik yang rela meninggalkan orang tuanya dan lebih memilih kekasihnya.
Namun siapa sangka, kekasih yang ia bela mati-matian justru menghianatinya. Divana memergoki kekasihnya sedang berhubungan intim dengan sahabatnya sendiri di sebuah kamar hotel.
Dengan perasaan hancur, tak sengaja Divana di pertemukan dengan Xavier yang baru saja selesai menghadiri acara gala diner di hotel yang sama.
Divana yang sedang kalut akhirnya menawarkan sejumlah uang kepada Xavier untuk menghabiskan malam bersamanya.
Akankah Xavier menerima penawaran tersebut?
Yuk simak cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Dengan wajah kesalnya Zoya masuk kedalam Mansion, putrinya selalu saja berulah dan membuat dia di tagih sama penjual batagor gara-gara putrinya itu belum membayarnya.
"Michelle... Dimana kamu hah" teriak Zoya mencari keberadaan putrinya.
"Ada apa Zoy? kenapa kamu teriak-teriak" tanya Amira.
"Anak itu beli batagor belum bayar, barusan penjualnya datang kesini menagihku" terang Zoya sambil mengerucutkan bibirnya kesal.
Hahahaha
Seketika tawa semua orang yang ada di ruang tamu pecah, mereka merasa lucu dengan tingkah gadis kecil itu. Selalu ada aja tingkahnya yang membuatnya tertawa.
"Mak nya doang kaya, tapi anaknya tukang ngutang" ledek Xavier di sela-sela tawanya.
Zoya menatap tajam sepupunya itu.
"Jangan gitu tadi kan dia sama putramu juga" bisik Divana membuat mata Xavier menepuk keningnya.
Xavier langsung bangkit dari tempat duduknya.
"Kamu mau kemana Vier" tanya Sarah.
"Cari Noel sama Noah mi, bisa rusak otak mereka kalau kelamaan main sama Michelle, anak itu pasti meracuni otak anak-anak ku" ucap Xavier.
Zoya melongo, anak-anak? Apa dia tidak salah dengar, bukankah sepupunya itu belum menikah, lalu anak-anak siapa yang dia maksud, Zoya menatap Aunty nya mencoba meminta penjelasan padanya.
"Ceritanya panjang, nanti saja aunty ceritakan, lebih baik kamu cari putrimu dulu" ucap Sarah yang tahu maksud tatapan Zoya itu.
Zoya mengangguk dan keluar rumah menyusul Xavier.
"Michelle.... " teriak Zoya memanggil putrinya
"Noah... Noel" panggil Xavier dengan mengeraskan suaranya.
Sementara yang sedang di cari sedang asik makan batagor di balik semak-semak tanaman milik Zara.
"Enak nda batgolnya?" tanya Michelle dengan mulut penuh dengan makananan.
"Enak, tapi Noel sukanya cilok" jawab Noel.
"Kalau cilok di cini nda ada yang lewat, adanya di taman, ntal Michi antelin kecana beli cilok" ucap Michelle.
"Kita nda punya uang, jangan jajan terus tadi aja kita nda bayar batagornya, nanti kalau abangnya rugi bagaimana" ucap Noah tidak setuju.
"Nda apa Noah, kita utang dulu aja, bial nanti mamanya Michi yang bayal, Michi juga celing utang kok" ucap Michelle cekikikan.
"Iya Noah, nanti bial papa aja yang bayal, kita kan udah punya papa cekalang. Papa juga olang kaya pasti banyak uangnya" ucap Noel yang mulai terhasut oleh ucapan Michelle, pada dasarnya anak itu tidak jauh beda dengan Michi.
"Benal kata Noel, pelcuma olang tuanya kaya tapi anaknya kele" seloroh Michelle sambil fokus memakan batagornya.
Tanpa mereka sadari sejak tadi ada dua orang yang ikut mendengar obrolan mereka, Xavier mendengus kesal mendengar keponakannya yang menghasut putranya.
"Anakmu ngeselin Zoy" sebal Xavier.
Zoy hanya mengendikkan bahunya acuh, dia juga tidak tahu kenapa putrinya bisa seperti itu. Dia melangkahkan kakinya dan menarik telinga putrinya.
"Enak batagornya hmm? Mama cari kamu kemana mana tapi ternyata kamu ngumpet di disini" omel Zoya.
"Aduuh.... Cakit kupingnya Michi" ringis Michelle sambil memegangi tangan mamanya.
"Biar lepas sekalian kupingnya, kalau di nasihatin tidak mau dengar, berulang kali mama bilang jangan ngutang masih saja ngutang" Zoya sudah sering menasihati putrinya jangan suka ngutang tapi masih saja tidak berubah, dia hanya takut akan menjadi kebiasaan.
Mata Noel sudah berkaca-kaca, gadis kecil itu takut melihat Zoya yang memarahi temannya.
"Hua.... Papa aunty na jahat, dia talik-talik telinganya Michi, nanti telinganya Michi lepas papa" tangis Noel tidak tega melihat Michelle yang di marahi mamahnya.
Xavier mengangkat tubuh putranya, putranya memang sangat cengeng.
"Tidak akan lepas sayang, itu nariknya cuma pura-pura tidak beneran" ucap Xavier sambil menghapus air mata putranya.
"Nda pula-pula, telinganya Michi cakit benelan ini" seru Michelle tidak terima.
Kembar keluar mendengar suara adiknya kesakitan, dia melihat adiknya sedang di hukum mamanya.
"Lepas mama, nanti telinganya Michi sakit" ucap Michael sambil berusaha melepaskan tangan mamanya dari telinga sang adik dengan di bantu oleh Mattew.
"Kalian tidak usah ikut-ikutan, biar mama hukum adik kalian siapa suruh ngutang mulu" tegur Zoya.
"Kan sudah di bayar tadi, jadi Michi sudah tidak ada utang lagi mama" ucap Michael membuat Xavier menahan tawa.
Karena tak ingin ikut campur urusan mereka Xavier mengandeng lengan Noah dan membawanya masuk kedalam Mansion.
"Noel kenapa Vier?" tanya Sarah khawatir melihat Noel menangis di gendongan putranya.
Xavier memberikan putrinya pada Divana. "Kenapa menangis hmm" tanya Divana lembut.
"Kacihan Michi mama, telinganya di talik cama onty jahat, nanti kalau telinganya Michi belubah cepelti telingana gajah gimana. Hiksss... " jawab Noel sembari menangis. Anak itu memiliki hari yang lembut, tidak bisa melihat adegan kekerasan di hadapannya.
"Huss.. Itu bukan onty jahat tapi mamanya Michelle" tegur Divana memberitahu putrinya.
Bukannya tangisnya berhenti, tangis Noel malah semakin kencang.
"Huaaa.... Kenapa mamanya Michi galak cepelti ibu tili, bawa Michi pelgi dali cini mama kacihan Michina" raung Noel.
Divana menghela nafas panjang, putranya tahu darimana kalau ibu tiri itu jahat, menurutnya yang di lakukan Zoya hal biasa yang di lakukan mak-mak yang biasa di lakukan kepada anaknya, hanya saja Divana dari dulu tidak pernah bermain tangan, perempuan itu paling hanya menggertaknya saja.
"Sudah jangan nangis, itu Michinya sudah tidak apa-apa" ucap Divana ketika melihat si kecil Michelle masuk bersama Zoya dan kedua abangnya.
Noel menghentikan tangisnya dan melihat kearah Michi.
"Michi cini, telinganya Michi sakit nda" tanya Noel perhatian.
"Cakit cekali Alini, telinga Michi lasanya cepelti mau lepas" Michelle drama.
"Michi ikut Noel aja ya, jangan ikut ibu tili, ibu tilinya Michi jahat. Cuka talik-talik telinganya Michi, ntal beli batagolnya pakai uangnya papa Noel aja, nda ucah pakai uangnya ibu tili Michi bial nda di malahin" ucap Noel.
Michelle menghampiri bocah kecil itu dan memeluknya, ia merasa bahagia karena sekarang dia memiliki pasukan baru yang membelanya dari kemarahan mamanya.
Berbeda dengan Zoya, wajahnya terlihat merah padam karena di katai ibu tiri.
"Bocah kecil, aku ini mama kandungnya Michelle bukan ibu tirinya, enak saja kamu mengataiku ibu tiri" galak Zoya sambil berkacak pinggang.
"Hua..... Mama Noel takut" Noel kembali menangis melihat wajah galak Zoya.
"Jangan begitu Zoy, putraku penakut, tidak seperti putrimu yang barbar" tegur Xavier.
Setelah melewati drama yang panjang antara Noel, Michelle dan Zoya. Kini Justin mengajak keluarganya pulang dari Mansion Zibrano.
"Justin dan yang lain pulang dulu mom, dad" pamit Justin.
"Iya hati-hati, kamu jangan lupa persiapkan pernikahan mereka tiga hari lagi" ucap Amira mengingatkan putranya
"Baik mom" sahut Justin.
Satu persatu mereka menyalami Satria dan juga Amira, kembar juga ikut berpamitan dengan kedua buyutnya itu.
"Noel di sini saja ya sama Grandma" pinta Amira.
"Nda mau, di cini ada onty jahat, Noel takut" tolak Noel yang masih berfikir kalau Zoya itu jahat.
"Aunty tidak jahat, onty orang baik dan tidak sombong, kamu saja yang penakut" ejek Zoya.
Noel menjulurkan lidahnya membalas ejekan Zoya. Setelah itu dia berlari keluar dari Mansion terlebih dahulu menghindari amarah wanita itu.
"Bocah kecil mau kabur kemana kamu hah? Sepertinya kamu minta di makan sama onty" pekik Zoya melihat Noel yang sudah lari terbirit-birit.
Divana mendekati Zoya dan meminta maaf kepadanya. "Maafkan putra saya ya kak, dia tidak sopan sama kakak" ucap Divana merasa tidak enak hati.
"Hais.... Tidak perlu minta maaf, aku senang menggodanya" ucap Zoya tersenyum tulus, tidak ada raut amarah atupun kesal.
Divana bernafas lega, ia takut Zoya marah beneran karena sikap kurang ajar putranya yang sudah mengatainya orang jahat.