Surat keterangan infertil dari rumah sakit, membuat hidup Anyelir seketika hancur. Tidak ada kebanggaan lagi pada dirinya karena kekurangan tersebut. Namun sebuah kesalahan semalam bersama atasannya, membuat dia hamil. Mungkinkah seorang wanita yang sudah dinyatakan mandul, bisa punya anak? Atau ada sebuah kesalahan dari surat keterangan rumah sakit tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TATM BAB 25
Selayaknya teman yang lama tak bertemu, Sagara dan Farel langsung berpelukan begitu mereka bertemu.
"Apa kabar, Bro?" Farel menepuk punggung Gara beberapa kali. "Makin keren aja. Perasaan dulu, aku yang lebih keren daripada kamu."
"Kan cuma perasaan kamu. Buktinya, idola cewek-cewek tetap aku."
"Beuh... Bro yang satu ini emang paling juara untuk urusan cewek. Ngomong-ngomong, cewek yang keberapa nih?" Farel memperhatikan Anye.
"Terakhir."
"Wahh si playboy udah insyaf nih keknya, sampai bisa bilang yang terakhir. Gak mau berpetualang lagi, nyari yang lebih."
"Aku gak mau yang lebih, yang cukup aja, gak kurang gak lebih."
Farel langsung tertawa ngakak. "Aku Farel," ia memperkenalkan diri pada Anye. Hendak memeluk, tapi tubuhnya ditahan lebih dulu oleh Sagara.
"Heiiss.... ini bukan luar negeri, Bro."
"Gitu ya?" Farel kembali tertawa. "Kirain sama aja."
"Farel," Farel mengulurkan tangan ke arah Anye.
Anye menjabat tangan Farel sembari menyebutkan nama.
"Sepertinya, kamu spesial banget buat Gara. Keren," Farel mengacungkan 2 jempol. "Baru kali ini, aku lihat Gara se posesif ini sama cewek."
Anye hanya mengulum senyum, sejujurnya saat ini, meski raganya ada disini, hatinya masih sibuk memikirkan Robby.
Mereka bertiga mencari tempat duduk kosong, di area meja bar.
"Aku aja yang mesenin buat kamu," ujar Sagara saat Anye melihat daftar menu. Dia takut Anye salah pilih minuman, yakin jika Anye yak familiar ke tempat seperti ini.
"Dia gak biasa minum?" tanya Farel.
Sagara langsung menggeleng.
"Kamu minum?" Anye menatap Gara. "Kamu mau mengemudi loh." Meskipun sedang patah hati, dia tak mau mati konyol.
"Yang kadar alkoholnya rendah. Tenang aja, aku gak bakalan mabuk."
"Dia udah biasa minum, tenang aja," Farel meyakinkan. "Di luar negeri, kita udah biasa minum, gak bakalan mabuk kalau kadar alkoholnya rendah."
Ah sudahlah, Anye tak mau memusingkan 2 orang itu karena saat ini, dia sudah dibuat pusing karena masalahnya.
Sagara dan Farel, dulunya teman dekat, satu server, sama-sama anak orang kaya yang tak pernah merasakan hidup susah, kaum pewaris, bukan perintis. Kalau sudah ngomong, keduanya langsung klop.
Jika dua orang itu asyik flashback ke masa lalu dan sekali sekali merencanakan kerjasama bisnis, Anye malah ngenes, membayangkan jika saat ini, Robby sedang malam pertama dengan Sera. Ponsel suaminya itu tidak aktif, pasti sedang tak ingin diganggu. Fikirannya makin berkelana jauh, sampai membayangkan Sera yang sedang melenguh, menikmati hujaman dari Robby.
"Ga, pacar kamu kenapa?" Farel menunjuk ke arah Anye yang duduk di sebelah Sagara, wanita itu seperti tertidur, meletakkan kepala di atas meja bar.
Sejak tadi, Sagara memang duduk menyerong ke arah Farel, hingga tak memperhatikan Anye sama sekali. "Nye," Gara menepuk-nepuk bahu Anye.
Anye mengangkat kepala yang terasa berat dengan susah payah. Tubuhnya oleng, hampir terjatuh dari kursi, untung masih bisa ditahan oleh Gara. Mata wanita itu terlihat sangat merah.
"Dia mabuk, Ga," Farel bisa langsung faham apa yang terjadi pada Anye.
"Astaga, Nye, kamu minum apa sih?" Sagara berdecak kesal. Ada 2 gelas kosong di depan Anye, bisa-bisanya dia tak tahu kalau Anye memesan minum lain selain yang dia pesankan tadi.
"Dia minum apa?" tanya Farel pada bartender.
Bartender itu menyebutkan nama sebuah minuman yang kadar alkoholnya memang tinggi.
"Pantesan sampai teler," Farel membuang nafas kasar.
Sagara segera membantu Anye berdiri, melingkarkan lengan wanita itu di lehernya, lalu mengajaknya jalan sambil menahan pinggangnya agar tak terjatuh. Ia membawa Anye kembali ke hotel. Malas mencari akses masuk kamar Anye yang mungkin berada di dalam tas, Sagara membawa wanita itu ke dalam kamarnya. Anye yang sempoyongan, langsung dia duduk kan di atas ranjang.
"Kenapa kamu jahat, Mas, kenapa?" Anye menarik-narik kaos Sagara. Dalam perjalanan tadi, Anye sudah meracau tak karuan. "Mana janji kamu yang bilang akan setia, gak nikah lagi. Mana, Mas, mana! Kamu pembohong, kamu jahat," dia memukuli dada Sagara sambil menangis sesenggukan. "Kenapa kamu gak nyeraiin aku dulu baru nikah lagi, kenapa harus sembunyi-sembunyi di belakangku seperti ini? Jahat kamu, Mas, Jahat!"
"Aku bukan suami kamu, Nye, aku Gara."
"Hatiku sakit banget, Mas," Anye menepuk-nepuk dadanya sendiri. "Kamu ingkar janji, Mas," ia kembali menarik-narik kerah kaos Sagara lalu memukuli.
"Sadar, Nye, aku Gara, Sagara, bukan suami kamu."
"Gara," Anye berhenti memukul, menelisik wajah Sagara. "Gara.... " tangisnya kembali pecah. "Suamiku jahat, Ga, dia menikah lagi dibelakangku. Dia jahat, Ga!"
"Laki-laki kayak gitu gak pantas kamu tangisi, Nye. Ada aku, Nye, ada aku yang akan membahagiakan kamu." Sagara menangkup kedua pipi Anye, menyeka air matanya dengan ibu jari. "Aku sayang sama kamu, Nye."
"Aku, aku mandul, Ga."
"Aku gak peduli, Nye. Aku gak peduli. Aku sayang sama kamu." Sagara menatap kedua bola mata Anye, mendekatkan wajah mereka, lalu mencium bibirnya.
sebenarnya robby suami yang baik dan bertanggung jawab, tapi karena kebohongannya yang menjadikan posisi anye jadi bulan2nan hinaan keluarga robby, sedang robby sebagai suami selama ini juga lemahhh...tak tegas dalam melindungi istrinya dan sekarang saat anye minta cerai, robby ingin bertahan...kebohonganmu yang akan membuat anye pergi darimu Rob...