Impian Malika menikah dengan Airlangga kandas ketika mendapati dirinya tidur bersama Pradipta, laki-laki asing yang tidak dikenalnya sama sekali. Gara-gara kejadian itu Malika hamil dan akhirnya menikah dengan Pradipta.
Sebagai seorang muslimah yang taat, Malika selalu patuh kepada suaminya.
Namun, apakah dia akan tetap menjadi istri yang taat dan patuh ketika mendapati Pradipta masih menjalin asmara dengan Selina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Adu Mulut
Bab 19
"Kenapa kamu memukul Dipta dengan guci? Lihat akibat perbuatan kamu! Anakku sekarang tidak sadarkan diri dan harus dijahit kepalanya," ucap Bu Mayang meluapkan apa yang sejak tadi dia tahan.
Saat ini di ruang rawat hanya ada Bu Mayang dan Selina. Sementara Puput sedang pergi membeli makanan di kantin atas permintaan ibunya. Selain itu sang gadis juga merasa lapar karena belum makan.
"Aku tidak sadar melakukan itu, Bu. Dipta sudah membuat aku marah. Dia mengkhianati cintaku. Apa pengorbanan ku untuk kalian selama belasan tahun masih kurang? Aku ini punya hati dan perasaan!" balas Selina emosi.
"Setidaknya kamu berpikir bagaimana caranya agar Dipta balik lagi mencintai kamu dan membenci Malika. Sekarang yang ada dia malah jadi benci sama kamu," ujar Bu Mayang gemas karena tindakan sembrono yang dilakukan oleh calon menantu kesayangannya.
"Jadi, ibu menyalahkan aku?" Selina nyolot tidak terima sambil menunjuk dadanya sendiri. "Seharusnya yang disalahkan di sini itu Dipta. Dia yang salah, bukan aku!"
Bu Mayang berdecak kesal. Tentu saja dia membela putranya dan menyalahkan Selina. Jika wanita itu cerdas, maka akan menggunakan cara yang halus dan elegan untuk mempertahankan Pradipta dan menyingkirkan Malika.
Namun, nasi sudah menjadi bubur, kejadian tadi siang tidak bisa diubah. Hanya berharap Pradipta mengalami amnesia akan kejadian itu.
Ketika Bu Mayang akan membuka mulutnya, Puput masuk sambil membawa kantong kresek berisi makanan. Wanita paruh baya itu terkejut karena mengira putrinya akan makan di kantin terlebih dahulu.
"Ini aku belikan juga untuk Kak Selina. Punya Ibu yang ada di wadah warna cokelat dan punya Kak Selina yang wadah putih," kata Puput sambil meletakkan dia kotak makanan. Gadis itu sendiri membeli roti dan susu kotak.
Sementara itu di tempat lain, Malika baru saja selesai memeriksa rekaman video kamera rahasia. Takut terjadi sesuatu yang buruk kepadanya, terlebih lagi tidak ada Pradipta di rumah, membuat wanita itu berpikir untuk pergi dari rumah suaminya.
Malika memasukkan beberapa perlengkapan bayi ke dalam tas cukup besar. Ini tas yang nantinya akan dibawa ketika melahirkan. Persiapan dasar yang harus sudah disediakan. Jadi, kapan pun dia melahirkan tinggal ambil tas itu.
"Aku masukkan barang penting lainnya ke koper. Biar aku simpan di rumah," batin Malika. Wanita itu pun memasukan barang-barang yang tempo hari dibelinya bersama Puput. Semua belanjaan itu dibeli menggunakan uang pribadinya tanpa sepersen pun pemberian Pradipta.
Hari sudah larut malam ketika Malika selesai mengepak barang milik calon anaknya. Dia masukan koper ke dalam bagasi mobil miliknya. Rencananya besok sebelum ke rumah sakit akan menyimpan koper itu di rumahnya.
Bu Mayang dan Selina pulang ke rumah jam sepuluh malam, tepat ketika Malika hendak masuk ke dalam rumah setelah menyimpan koper di mobilnya. Istri Pradipta itu berusaha tenang dan tidak tahu rencana busuk kedua wanita beda generasi itu.
"Kenapa kamu di luar rumah?" tanya Bu Mayang menatap heran sang menantu.
"Barusan aku habis memeriksa garasi, Bu," jawab Malika tersenyum tipis.
"Memangnya ada apa di garasi?" tanya Bu Mayang sambil mengikuti langkah Malika masuk ke dalam rumah.
"Tidak ada apa-apa, Bu," jawab Malika. "Hanya saja tadi aku merasa ada sesuatu di sana."
Malika menatap sinis Selina yang ikut masuk ke dalam rumah. Istrinya Pradipta mengerutkan kening ketika melihat wanita itu berjalan ke arah kamar yang ditempatinya bersama sang suami.
"Tunggu! Mau apa kamu masuk ke kamarku?" tanya Malika sambil mengejar Selina yang hendak membuka handle pintu kamar.
Kini menantu Bu Mayang itu berdiri di depan pintu kamar agar Selina tidak masuk ke dalam ruang privasinya. Malika tidak suka jika ada orang yang bebas keluar masuk ke tempat pribadinya. Karena menurutnya itu area yang tidak boleh dimasuki sembarangan orang.
"Kamar kamu?" Selina tertawa terbahak-bahak. "Asal kamu tahu, kamar ini dibuat Dipta untuk aku. Setiap datang ke rumah ini, aku selalu tidur di kamar ini."
Mendengar ucapan Selina, perut Malika terasa diobok-obok dan membuatnya mual. Seharusnya dia sudah bisa menebak bagaimana perbuatan Pradipta dengan Selina yang sudah menjalin hubungan asmara selama belasan tahun.
Akan tetapi, selama ini Malika dan suaminya menempati kamar itu. Tentu saja dia sekarang merasa jijik.
"Bagaimanapun juga sekarang aku adalah istri sah dari Pradipta. Kamar itu adalah miliknya berarti aku punya hak untuk menempatinya dibandingkan kamu," ucap Malika dengan nada tegas.
Bu Mayang hanya menggelengkan kepala melihat perdebatan Malika dan Selina. Wanita paruh baya itu memilih pergi ke kamarnya di samping kamar Puput yang kini kosong karena sedang menemani Pradipta di rumah sakit.
"Apa kamu tahu kalau di atas ranjang itu aku dan Dipta sering bercinta," ucap Selina ingin membuat Malika marah sekaligus melukai hatinya.
Di dalam hati Malika marah sekaligus jijik kepada Pradipta dan Selina. Tempat dia beristirahat ternyata sudah ternoda oleh kelakuan suami dan si gundik.
"Kamu bangga dengan membongkar aib kamu sendiri seperti barusan?" Malika tersenyum sinis. "Kalau aku pastinya malu. Mau ditaruh di mana muka ini. Setelah terang-terangan membongkar suka melakukan dosa besar."
Selina merasa tertampar dengan ucapan Malika. Dia marah dan hendak menampar Malika. Namun, dengan cepat dia bisa menahan tangan lawannya.
Hal tak terduga terjadi dengan cepat, Selina meninju perut Malika menggunakan tangan kiri. Istri Pradipta itu berteriak kencang karena kesakitan.
"Aaaaaaa! Kau ...." Malika memegangi perutnya yang sudah membuncit besar itu sambil meringis kesakitan.
Mata Selina terbelalak ketika melihat ada cairan yang merembes di kaki Malika. Bu Mayang yang mendengar jeritan Malika juga ke luar dari kamarnya.
"Ada apa Malika? Kenapa kamu berteriak seperti barusan, hah!" bentak Bu Mayang begitu membuka pintu kamarnya.
Wajah Malika pucat ketika merasakan sesuatu yang mengalir di kedua kakinya. Bola matanya membulat ketika melihat cairan yang kini menggenang di lantai.
"Bu ...." panggil Malika dengan lemah.
***
penasaran sm masa lalu yg dimaksud sm malika itu 🤔
kau menyembunyikan banyak hal Thor