Tentang seorang menantu yang tidak di perlakukan baik oleh keluarga suaminya.
Setiap hari nya harus menahan diri dan memendam sakit hati.
Lalu di tengah kesuksesan yang baru di reguknya, rumah tangganya di terpa badai pengkhianatan.
Akankah dirinya mampu bertahan dengan rumah tangganya?
Cerita ini belatar kehidupan di daerah Sumatera, khusunya suku Melayu. Untuk bahasa, Lebih ke Indonesia supaya pembaca lebih memahami.
Jika tidak suka silakan di skip, dan mohon tidak memberi penilaian buruk.🙏
Silakan memberi kritik dan saran yang membangun🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lima
Ke esokan harinya
Setelah sholat subuh, Sari sibuk menyiapkan sarapan. Pagi ini ia hanya membuat nasi goreng bilis teri dan lempeng sagu, sedang Ibunya membuat minuman. sedangkan sang mertua sedang bersiap-siap pergi nyadap karet.
"Sari, Mak nya Sari, saya pergi dulu ya. Jangan lupa sarapannya. Saya tak lama, paling jam 09.30 sudah balik." Ucap Sarimah basa-basi.
"Iyalah buk, hati-hati." Jawab ibunya Sari.
"Memang begitu ya watak mertua mu? dan siapa tadi malam anaknya? Lain kali mulutnya." Ujar ibu Sari.
"Yati nama nya Mak, Begitulah mereka Mak, tapi itu udah makan sari sehari-hari, tak bisa pula kita rubah sikap mereka tu. Biarkan saja, anak mu kuat." Balas sari tersenyum.
"Yang nama tinggal serumah seperti itulah, harus banyak sabar kita. Oh ya, apa benar kau mau pindah?..." tanya nya. Ibu Sari ini bukan tipe orang yang suka menghakimi.
"Rencananya iya Mak, Sari mau cari peruntungan di kota, siapa tau bisa mengubah nasib." jawab Sari apa adanya.
"Apa ramadhan sudah tahu nak?" Ia biasa memanggil sang menantu dengan nama asli. Agak khawatir juga dia jika anaknya mengambil keputusan tanpa izin suaminya.
"Belum Mak, rencana nya tadi malam, tapi mungkin malam ni saja Sari beri tahunya." Tutur sari, ia sibuk mengadon adonan bakwan.
"Oh, baguslah jika begitu, apapun itu rencana mu memang sebaiknya di musyawarah bersama suamimu, karena dia kepala keluarga." nasihat ibu Sari pada anaknya.
Sari hanya mengangguk. Dia menyiapkan wajan dan memasukkan minyak goreng untuk menggoreng bakwan.
"Mak, tolong sekejap ya, Sari hendak menelpon teman Sari dulu. Kemarin dia mengajak Sari mencari makohe, belum Sari beri kepastian." Sari sengaja menyebut makohe, karena ibunya tidak akan ngerti jika ia sebut rame-rame.
"Iya lah." jawabnya.
Sari mengelap tangannya dan berjalan menuju ke kamarnya, lalu mengambil ponsel menekan tombol panggil.
"Hallo kak Assalamu'alaikum..."
"Sari jadi perginya, jadi jam berapa kita pergi nanti?..."
.
"Oh yalah, nanti sari tunggu di rumah. Assalamu'alaikum". Sari menaruh kembali ponselnya di atas meja rias.
.
.
*****
Siang harinya Sari bersiap-siap, ini pertama kali Dirinya mencari makohe. Jika makan ia sudah keseringan, karena kota suami sari merupakan pulau, jadi banyak sekali makanan seafood, salah satu nya makohe ini yang tidak sulit di cari.
"Sari, sari, Assalamu'alaikum.." Ucap suara dari luar.
Sari berjalan menuju pintu dan membukanya.
"Wa'alaikum salam, Eh akak, masuk dulu kak, Sari siap-siap ni, di dalam ada mak sari juga dari seberang."
Rahmah masuk dan mendekati orang tua Sari.
"Buk, saya Rahmah tetangga dekat Sari. Jikalau belum pulang nanti Sudi kiranya ibu jalan kerumah kami, sama ayah Sari juga." Ujar Rahmah.
"Insyaallah ya!" Jawab Ibu Sari tersenyum.
"Sari sudah siap, ayo kak kita pergi." Ucap Sari tiba-tiba.
"Kau ni Sar, macam hendak pergi jalan-jalan saja pakaian mu tu, lihat lah pakaian ku ini." Tutur Rahmah heran melihat cara sari berpakaian, padahal cuma mencari makohe.
"Ah malas pula Sari hendak ganti baju, ya sudah let's go saja lah kita kak, mumpung si bungsu tidak melihat itu." Ajak Sari.
Mereka pun berjalan menuju tempat mencari makauhehm, sesampainya Area Bakau mereka mulai mencari lobang. Dan beberapa menit kemudian kamarung beras 10kg mereka dipenuhi makauhe.
"Wah, banyak pula kali ini dapatnya aku, Bagus juga tuah kau ni Sari, biasa tak sebanyak ini ku dapatnya rame-rame ni." Ucap Rahmah kegirangan.
"Alhamdulillah kak, Sari nanti mau di Saus saja kak, Mak sari pasti senang, sebab Mak sari belum pernah makan ini." balas Sari.
"Benarkah? Ha tak sia-sia juga kita pergi mencari nya. Ya sudah marilah kita balik, sudah sore juga ini".
.
.
Ketika di jalan pulang, mereka tidak sengaja bertemu Yati adiknya Ramdan. Mereka berdua sudah bisa menebak, jika bertemu makhluk ini pasti akan mencari masalah. Rahmah menatap Yati sinis, sedangkan Sari santai saja. Tidak pernah takut menghadapi ipar mautnya ini.
.
"Jalan-jalan saja ku tengok kau ni Sari!. Bukannya tadi malam aku sudah menyuruh kau datang kerumahku, apa tak berfungsi telinga mu tu?." Sergah Yati. Dirinya memasang tampang galaknya, Berharap Sari akan takut.
"Agak kurang-kurangnya ku tengok kau ni Yati, kerajaanmu tu seperti mamakmu, jika berhadapan dengan Sari pasti. Merepet saja saban harinya, tak penat kah mulut dower kau tu?." Sentak Rahmah. Geram juga lama-lama wanita ini melihat aksi Yati ini. Sedangkan Sari menahan tawa mendengar ucapan Rahmah.
"Hei wanita kurang gizi!, urus aja badan kurus mu yang sudah seperti triplek itu, makan yang banyak dan suruh suami mu ngepet, biar bisa banyak uang untuk beli makanan enak." Balas Yati tidak ingin kalah.
"Kau....." baru saja Rahmah akan membalas ucapan Yati, keburu di potong Sari.
"Sudahlah kak, orang seperti dia tak perlu kita layan, hanya buang-buang waktu saja. Lebih baik kita pulang, memasak untuk suami, jangan seperti mereka yang datang kerumah orang tua nya membawa piring." Sindir Sari tepat mengenai hati Yati.
"Kiw kiw cukurukukk... Ahoooy kena kan Lo?!." balas Rahmah senang sekali melihat wajah merah padam Yati, tapi tidak bisa membalas ucapan Sari.
Meninggalkan Yati yang terdiam, mereka berdua berjalan menuju rumah masing-masing.
"Ku racun juga nanti tu orang!" geram Yati. Ia kesal karena lagi-lagi di Skak mat sang ipar.
...*****...
Sampai di rumah Sari segera mandi dan membersihkan makauhe, Sedangkan anak-anak di bawa jalan-jalan oleh nenek dan kakek nya.
"Banyak pula kalian dapat nya Sari, pandai kau mencari, ibu saja tak pernah dapat banyak macam ni, kalau tau lebih baik dari dulu ibu mengajak mu saja." Ujar mertuanya bicara normal.
Biasanya hanya bisa bicara lantang, ntah apa rencananya pikir Sari. Karena, semenjak kedatangan sang ibu, mertuanya sedikit berubah.
"Iya Bu, Alhamdulillah. Dapat untuk lauk kita malam ini. Oh iyaa Bu, Bang Ramdan mana? Tidak ada Sari lihat nya dari pulang laut tadi."
tanya Sari, tangan nya sibuk meracik bumbu untuk masak makauhe saus nanti.
"Tak tau pula, mungkin saja pergi main voli, tadi ku tengok dia memakai baju, celana training dan sepatu." tebak sang mertua.
"Oh iya lah Bu." Sari mulai menumis bumbu halus dan tidak lupa menambahkan bumbu aromatik.
Baru saja menumis sudah tercium harum masakan Sari. Ya! Sari memang pintar memasak, terkadang sang ipar tanpa rasa malu, selalu datang membawa piring ke rumah ibunya untuk meminta makanan.
Sarimah sebenarnya kagum akan Sari yang serba bisa, tapi ia menutupi kelebihan sang menantu hanya karena iri dengki di hati nya, takut tidak di ratukan lagi oleh sang anak.
Setelah masakan saus nya matang, lanjut sari menggoreng ikan dan memasak daun singkong lemak putih, tidak lupa sambal terasi serta lalapan kesukaannya.

Visual masaka Melayu ala Sari
.
Semoga suka membaca karyaku