Akibat salah bergaul dan tidak pernah mendengarkan nasehat orang tua. Vivian, baru saja duduk kelas 3 SMP mendapati dirinya tengah hamil. Vivian bertekad akan menjaga bayi tersebut tanpa ada niat sedikit untuk membuangnya. Vivian sangat menyayanginya, janin tersebut adalah darah dagingnya dan Aksel, mantan pacarnya. Disisi lain, hal yang paling Vivian hindari adalah Aksel. Vivian cukup menderita, Vivian tidak ingin Aksel masih dalam bayangnya.
Mereka masih sangat belia dan Aksel adalah anak laki-laki yang bisa menghilang seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Sedangkan Vivian seorang perempuan, yang menghadapi berbagai stigma masyarakat. Vivian memiliki tekad bahwa selagi otot yang kuat, tulang yang keras dan otak yang cerdas untuk mencukupi kebutuhan anaknya, dan yang terbaik untuk anaknya.
Lalu bagaimana Vivian melalui semua ini? Bagaimana dengan kedua orang tuanya?
Yuk ikuti kisah perjalanan, perjuangan serta tekad Vivian dalam Novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nysa Yvonne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14-Ujian Akhir Sekolah
Beberapa hari kemudian, Ujian Akhir Sekolah kini dilaksanakan. Seluruh siswa-siswi kelas 3 mengikuti ujian tersebut sebagai penentu mereka antara lulus atau tidak.
"Kamu baik-baik disekolah ya sayang, fokus saja sama ujianmu. Jangan terlalu capek dan jangan terlalu stres ya. Mama dan Papa selalu mendoakan, semoga kamu bisa menjawab seluruh soal-soal ujian kamu nanti..."Mariana memberikan wejangan kepada Vivian yang akan berangkat sekolah, yang akan diantar Christian, sebab permintaan Vivian sendiri.
"Udah Ma... jangan lama-lama nasehatnya, keburu terlambat anakmu ini Ma hehe."Christian terkekeh yang sudah siap mengantarkan Vivian pagi ini.
"Iya Ma.... Aku dengar dan mengikuti nasehat Mama, Mama tenang aja... Aku berangkat dulu Ma... Bye...."ucap Vivian sambil mengecup pipi Mariana dan berlalu pergi dari rumahnya.
Setibanya di Sekolahan
"Pa... Aku kedalam dulu ya... Nanti Papa jemput Aku lagi?"tanya Vivian sebelum keluar dari mobil.
"Iya... Papa akan jemput Kamu nanti, jangan lupa kabari Papa kalo Kamu sudah pulang ya, biar Papa bisa datang nggak terlalu lama, Oke..."Christian sambil membentuk jarinya OK.
"Oke..."jawab Vivian dan dibalas Christian dengan elusan di kepalanya. "Semoga sukses" gumamnya pelan dan diangguki Vivian.
Ujian pun dimulai, suasana di sekolah saat ini hening. Sesuai jadwal hari ini, seluruh siswa-siswi disekolah ini telah selesai melaksanakan ujian mereka masing-masing.
"Aahh... Akhirnya selesai juga, oh ya aku lapar ke kantin dulu ah."gumam Vivian lalu beranjak ke kantin. Namun diperjalanan menuju kantin.
*Bruuk... seseorang tertabrak oleh Vivian, hampir saja Vivian terjatuh dengan sigap seseorang menangkap tubuh mungil Vivian.
"Hei, hati-hati... Kamu nggak papa kan?"tanya seorang pemuda tak sengaja ditabraknya tadi. Vivian yang masih menunduk segera mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa lawan bicara kali ini.
"Eeh.. Kamu? Maaf ya..."ucap Vivian kembali menundukkan kepalanya. (Aduhh... Ceroboh sekali kamu Vii...)gumam Vivian dalam hati sambil memejamkan matanya.
"Kamu Vivian bukan? Haha ini kedua kalinya, lain kali hati-hati ya..."Ucap Kai sambil terkekeh.
"Eh.. Hehe maaf ya Kai, Aku nggak sengaja. Tadi nggak fokus jadinya ya ketabrak lagi kamu..."ucap Vivian dengan pipinya memerah menahan malu.
"Kamu nggak papa? Untuk nggak jatuh tadi, kalo jatuh cinta sama Aku boleh aja sih..."ucap Kai sambil memperhatikan pipi Vivian yang memerah itu seraya bergumam pelan diakhir ucapannya.
"Ya?"Vivian masih bingung dengan akhir kalimat Kai tadi.
"Owh bukan apa-apa, oh ya kami mau kemana? Ke kantin?" tebakan Kai melihat Vivian seperti akan ke kantin.
"Ya, Aku udah lapar banget. Mau gabung? Aku traktir kamu kali ini..."tebakan Kai benar dan Vivian menawarkan Kai kali ini.
"Hmm... Boleh kebetulan Aku juga lapar."jawab Kai.
"Yaudah Ayo..."ucap Vivian riang tak sengaja menarik tangan Kai menuju kantin. Bisa dilihat Kai saat ini pipi dan telinganya merah seperti tomat.
(Omg, jantung gue... Vi... Plis jangan dilepas, eeh maksudnya lepaskan tanganku. Aku nggak kuat kalo gini...)gumamnya dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.
Sebelum mereka memasuki area kantin, Vivian tersadar dan kemudian melepaskan genggamannya itu "Ups... So-sorry Aku nggak sengaja..."ucap Vivian pipinya kini juga memerah menahan malu.
"Ekhm... I-iya nggak papa kok, santai aja..."Kai mencoba mencairkan kecanggungan tersebut dan mereka masuk mencari meja kosong untuk mereka duduki.
"Kamu mau apa? Aku pesenin nih..."tanya Vivian
"Aku samain aja sama pesenanmu, Aku nggak terlalu pemilih."jawab Kai dan diangguki oleh Vivian, segera Vivian memesan ayam geprek dan teh es dua porsi. Namun berbedanya tingkatan level pedas Vivian lebih tinggi.
"Ini pesenannya ya kak"Pesanan pun datang mereka segera menyantap hidangan tersebut.
"Iya terimakasih"jawab Vivian.
Mereka dengan hikmat, masing-masing tidak bersuara hingga makanan tersebut habis tak tersisa.
"Aahh... Kenyangnya, mantep banget pedasnya"seru Vivian dengan riang.
"Iya sama, tapi makasih ya... Kapan-kapan giliran Aku lagi. Kamu mau pulang sekarang?" tanya Kai setelah berterimakasih.
"Iya Aku mau pulang saja, bentar Aku ngabarin Papa dulu. Tadi udah janji jemput Aku"Vivian langsung mencari nama sang Ayah diponselnya, kemudian ia menelepon nomor tersebut.
"Halo sayang... Gimana ujianmu? Lancar..."ujar Christian dari seberang sana.
"Ah... Iya Pa, lancar... Papa bisa jemput Aku nggak? Udah kelar hari ink ujianku..."Vivian tampak ceria, interaksi itu tak luput dari pendengaran dan pandangan Kai.
"Bisa... Kamu tunggu ya, Papa OTW sekarang. Bye..."ucap Christian mengakhirinya.
Komunikasi tersebut terputus, Vivian langsung mengajak Kai untuk beranjak dari sana.
"Kai, yuk kita cabut. Bokapku udah jalan nih..."Vivian berkata begitu, Kai hanya mengangguk mengikutinya.
"Sebenarnya Aku nggak keberatan kalo ngantarin kamu pulang"celetuk Kai, mereka berjalan di koridor sekolah itu.
"Ahaha, nggak perlu. Tadi juga udah janjian kok ke Papa, kamu tenang aja..."Vivian terkekeh sambil tersenyum manis.
*Dug, dug, dug... suara jantung Kai berdebar kencang melihat begitu paripurna dan menawan saat tersenyum itu.
(waduh cantik sekali bidadari satu ini, duh jantung gue... Tolong ini tidak aman)
Tak lama kemudian mereka pun sampai digerbang sekolah mereka. Bertepatan sekali mobil Christian berada di depan gerbang itu.
"Sayang... Ayo Mama udah nunggu nih"sorak Christian dari dalam mobilnya dan membuka kaca jendala mobilnya itu.
"Iya Pa..."jawab Vivian dan langsung memasuki mobil itu. Secara bersamaan Kai menyembulkan kepalanya untuk menyapa Christian ramah.
"Halo, om Aku Kai. Temannya Vivian."ucap Kai ramah.
"Iya... Maaf nggak bisa menyambutmu karna kami buru-buru, lain kali aja ya, sekalian datang kerumah Om. Oh ya makasih ya, kapan perlu setiap hari aja nggak papa, ahaha"ucap Christian sambil tertawa.
"Iya om, Aku nggak keberatan. Om tenang aja..."balas Kai ramah.
"Yasudah kami berangkat dulu, mari..."ucap Christian mengakhiri perbincangan tersebut.
"Oke Kai, Aku pulang dulu..."akhirnya Vivian berangkat dari sana.
"Ya hati-hati!"sorak Kai saat mobil itu melaju. Tampak Vivian melambaikan tangan dan dibalas Kai.
Kai tersenyum hatinya berbunga-bunga saat ini.
(Ternyata Papanya Vivian ramah banget dan baik lagi. Pantas saja Vivian begitu lemah lembut, ya walaupun sedikit kaku dan dingin. Tapi setelah mengenalnya, ternyata dirinya menyenangkan.)gumam Kai dalam hati dan langkahnya menuju parkiran untuk mengambil motor kesayangannya.
*Broom... Broom... Terdengar suara Harley-Davidson tersebut meninggal pekarangan sekolah itu.
Tanpa ada yang mereka sadari seseorang selalu memantaunya, terutama Vivian. Sejak ujian itu selesai, dirinya memantau Vivian dan bagaimana interaksi Kai tadi. Membuat jantungnya terbakar.
"Sial! Gue nggak rela, awas lo... Kai! Ya lo yang bernama Kai, tunggu saja pembalasan dari Gue..."desis Aksel yang tampak cemburu buta.
"Syukurlah kamu bahagia, Gue pastikan lo aman Vi..."gumamnya lagi dan segera meninggalkan sekolah itu dengan hati yang jengkel.
Sebenarnya Aksel sedari tadi memantau Vivian dari jauh, takut jika mendekat Vivian akan trauma padanya seperti yang sebelum-sebelumnya. Terutama insiden tabrakan di koridor tadi. Aksel sudah bersiap membantu tapi sayang, bukan dirinya yang samapi tapi Kai lah yang membantu Vivian. Ia bersyukur Vivian baik-baik saja, namun di sisi lain dirinya cemburu melihat adegan tersebut. Tapi ya sudahlah mau bagaimana lagi.
...****************...
Lanjut Bab berikutnya👉👉
tanpa tanda koma. tanda koma sbg penghubung dua kalimat biasanya pada kata penghubung akan tetapi, meskipun, walaupun, melainkan, sedangkan dll.
harus tau penggunaan kata 'di' sbg penunjuk dan sbg kata kerja