NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Dari Seorang Gus

Menjadi Istri Dari Seorang Gus

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: pinkberryss

Akibat kenakalan dari Raya dan selalu berbuat onar saat masih sekolah membuat kedua orangtuanya memasukkan Raya ke ponpes. setelah lulus sekolah.

Tiba disana, bukannya jadi santri seperti pada umumnya malah dijadikan istri kedua secara dadakan. Hal itu membuat orangtua Raya marah. Lalu apakah Raya benar-benar memilih atau menolak tawaran seperti orangtuanya?

Tingkah laku Raya yang bikin elus dada membuat Arsyad harus memiliki stok kesabaran yang banyak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkberryss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mimpi ada ulat bulu

Tadi saat sudah sampai Raya langsung menuju ke rumah Farah untuk memberi jajanan tadi yang sempat dibelikan.

Saat ini Dia sedang rebahan di kasurnya yang empuk, memejamkan mata. Namun belum juga sampai pada rasa nyamannya, Arsyad malah mengganggunya.

"Kenapa sih Gus? Capek nih ngantuk juga," dia menutupi wajahnya dengan bantal.

"Habis ini waktu Maghrib loh,"

"Lagian tadi siang nggak tidur dulu," lanjutnya.

"Hm," Arsyad menghela napasnya membiarkan istrinya terbaring, namun ia juga ikut baring disampingnya. Melihat Raya yang masih tetap dalam posisi semula, napasnya mulai teratur dibukanya bantal yang menutupi wajahnya dan ternyata tertidur.

"Benar-benar ya," gumamnya.

Arsyad melihat jam di dinding sebentar lagi akan memasuki waktu Maghrib, namun ia juga tak tega membangunkan Raya yang baru saja terlelap, namun ia sadar tidur jam segini tidak baik, ia akan memberikan waktu beberapa menit lagi untuk membangunkan istri kecilnya.

Saat usahanya berkali-kali belum juga berhasil akhirnya Arsyad mampu membangunkan Raya dari tidurnya. Terlihat mata Raya yang memerah karena mengantuk, mau tak mau dia pun akhirnya bangkit dan melaksanakan sholat nya dalam kamar saja di imami oleh Arsyad.

"Gus mata gue nggak kuat nih," Raya asik mengucek matanya.

"Jangan di kucek begitu, kalau masih mengantuk yasudah tidur sebentar saja, nanti isya saya bangunkan," namun Raya menggeleng, dia kalau tidur jam segini malamnya bakal sulit tidur bahkan begadang. Akhirnya Raya masuk ke kamar mandi supaya matanya berharap tidak lagi merem.

"Kita ke bawah makan,"

"Nggak ah nggak laper. Lagian nih perut udah kenyang kan tadi dijalan sama nyampe dirumah masih makan jajan,"

"Yakin? Tapi hanya makan jajan biasa, takutnya perutmu bermasalah,"

"Enggak, udah ya kalau Gus mau makan ke bawah yasudah sana. Gue mau tetep disini sampe isya terus tidur!" kalau sudah begini Arsyad hanya menyetujui, tubuh Raya kelihatan lemah karena memang efek kantuk yang menyerangnya, dari pada harus berdebat mending dia cari aman saja.

"Loh nak, mana Raya?" Bu Sofiyah bertanya.

"Dia sudah kenyang umi, soalnya makan banyak tadi sore. Dia mau didalam kamar sampai menunggu waktu isya katanya," mereka mengangguk dan tidak apa-apa, pasalnya tadi sempat melihat Raya membawa beberapa bungkus berisi jajanan yang dibelinya tadi, dan melihatnya beberapa kali menguap.

Dirumah Malik, dia sedang melihat anaknya Farah yang tiba-tiba saja tersenyum tanpa alasan. Inayah juga memperhatikan wajah anaknya yang berseri-seri.

"Sstt," Inayah menyenggol Malik.

"Ada apa umi?"

"Sepertinya ada sesuatu dengan Farah, apa dia baik-baik saja? Dari tadi hanya tersenyum mulu,"

"Bener juga Abi bingung, apa dia lagi kasmaran ya?"Malik menebak membuat Inayah melayangkan tatapan tajamnya.

"Loh kenapa?"

"Malah tanya kenapa, Farah masih kecil nggak boleh cinta-cintaan!" jawab Inayah dengan tegas.

"Lah... Kamu nggak lihat itu Raya sudah menikah sama Arsyad, sedangkan umurnya hanya beda setahun sama Farah,"

"Iya tau tap maksud umi kan... Ah sudahlah Abi sama aja!"

"Lah kok malah abi yang salah? Kan umi belum ngomong kelanjutannya."

Kembali lagi ke Raya kini dia sudah terbangun tepat azan berkumandang dan langsung duduk untuk menetralkan tubuhnya dulu agar siap.

Hoam

"Ya ampun kenapa masih menguap sih!" dengan gerakan perlahan menggunakan mukena dan menggelar sajadah.

Saat Raya tengah khusyuk ibadah, Arsyad masuk ke dalam, didapatinya istri kecilnya itu telah bangun tidur. Bibirnya membentuk sebuah senyuman tulus. Dia ke bawah kembali dan ikut Abi nya untuk berjamaah bersama para santri.

"Kok gue tadi mimpi si Zalima itu sih, nggak asik deh. Bisa-bisanya dia mau menyaingi gue yang lebih dari dia?"

"Terus gue harus ngapain ya, kan di mimpi itu dia mau rebut posisi gue dan dia senyum mengejek gitu, iiihhh nggak nggak,"

"Turun aja deh, laper juga."

Raya menuruni anak tangga, sesampainya disana sepi karena memang masih beribadah. Dia mencari-cari makanan namun tak ada. Apa sudah habis tak bersisa sama sekali?

Dia terduduk lesu di kursi meja makan, apa mereka lupa akan adanya dia disini juga. Menunggu beberapa menit hingga menenggelamkan wajahnya diatas tumpuan tangan.

"Loh nak, sudah bangun?" tanya Bu sofiyah yang masih lengkap mengenakan mukena.

"Eh umi iya, tapi Raya lapar,"

Bu sofiyah menepuk pelan dahinya, "Maaf ya nak soalnya tadi sudah dihabiskan sama suamimu, katanya kamu kenyang," Raya melongo mendengar perkataan mertuanya.

"Kan udah ke serap semuanya pas tidur umi," dia memperlihatkan wajah lesu, terlihat tak berdaya. Setelahnya pak Umar datang bersamaan dengan Arsyad.

"Gara-gara kamu habiskan tadi Syad, istrimu lapar mau makan nggak ada yang bisa dimakan," Arsyad menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Lah tadi bilangnya kenyang," Arsyad membela dirinya supaya tidak dipojokkan.

"Mending kamu masakin saja, masih ada bahan makanan kan umi?" tanya pak Umar.

"Iya ada banyak kok, mau umi masakin apa gimana nak"

"Yang habisin makanannya aja yang masak umi," Bu Sofiyah dan pak Umar menahan tawanya. Tadi Arsyad paling bersemangat dalam memakan tiga potong ayam berbumbu yang seharusnya ada porsi untuk Raya namun karena dia bilang kenyang jadi ya sudah tertelan Arsyad. Duh... Arsyad kayak kelaparan banget ya langsung tiga potong ayam sekaligus belum lagi sayuran dan oseng tempe.

"Yasudah saya masakin kamu duduk disitu." dia menjawab lemah namun tetap bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.

Raya menatap Arsyad yang sedang memasak dengan cekatan. seperti sebelumnya, kini dia memperlihatkan skill nya seperti seorang chef resto bintang lima. Padahal hanya menumis saja sampai keluar api diatasnya, Raya berdecak kagum.

"Awas kebakaran Gus!" Raya memekik keras saat api membesar dan meninggi namun dengan cepat menghilang.

"Nggak papa, aman,"

"Aman-aman iya kalau ente bisa dan mahir kalau nggak ya... Jangan sampe gue jadi janda muda,"

"Astagfirullah, kamu doain saya yang enggak-enggak ya?" Raya menggeleng mengelak perkataan dari suaminya.

"Enggak, semisalnya!!!"

Arsyad lalu menyajikan makanan itu diatas piring dan menyerahkannya pada Raya. Aroma lezat menyeruak, dengan sabar Raya menunggu makanan menjadi hangat, karena terlalu panas.

Setelah mencuci bekas memasaknya, Arsyad kini menawarkan menyuapi Raya. Dia pun menerimanya dan memasukkan makanan dengan hati-hati. Tangan kirinya menadah supaya tidak ada yang terjatuh kebawah.

"Gus gue mau cerita," ucapnya disela kunyahan.

"Kalau makan nanti saja cerita nya, ini dihabiskan dulu,"

namun melihat ekspresi menjengkelkan Raya, mau tak mau Arsyad mengiyakan saja.

"Mau cerita apa?"

"Tadi pas tidur gue mimpi Zalima tuh. Dia lagi usaha merebut suamiku,"

"Suami? Kamu mengakui saya suami?" Raya menatap bingung Arsyad.

"Lah gimana sih Gus Arsyad lagi amnesia? Gue serius ini ceritanya,"

"Iya-iya maaf ya," Raya mendengus kesal.

"jadi si Zalima itu naksir sama anda, dan mau menyingkirkan seorang Raya yang bahkan dia nggak ada apa-apanya," begini nih yang disukai oleh Arsyad, sifat Raya yang membuatnya merasa senang karena tingkat kepedean dan kenakalan dia, meski sekarang kenakalan itu berkurang.

"Hanya mimpi jangan dianggap serius, lagian kamu kenapa tidur di jam segitu meski mengantuk tapi setidaknya bisa dicegah sendiri,"

"Lagipula saya nggak suka sama dia, dia nggak menarik Dimata saya, hanya kamu," blush wajah Raya langsung merona mendengar pujian dari Arsyad.

"Berarti beneran ya kamu se takut itu kalau saya diambil orang? Itu tandanya cemburu, dan cemburu diibaratkan sama orang yang sudah cinta maupun sayang." imbuhnya lagi.

Bug

Wow, Raya menggeplak dada Arsyad, meski tidak terasa sakit baginya namun sampai menimbulkan suara.

1
Sena Kobayakawa
Gemesin banget! 😍
_senpai_kim
Sudah berhari-hari menunggu update, thor. Jangan lama-lama ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!