Syifana Khoirunnisa yang biasa di sapa Syifa, harus menelen kekecewaan saat mengetahui rahasia suaminya yang tidak ingin menyentuhnya.
Di usia pernikahan yang menginjak Minggu ke empat, Syifa memutuskan untuk bercerai. Bahkan meninggalkan kota kelahirannya demi melupakan kegagalan rumah tangganya juga mantan suaminya yang sebenarnya sudah ada di hatinya.
Hingga ia harus kembali ke kota itu setelah tujuh tahun berlalu dengan sudah ada banyak perubahan pada kehidupannya.
Apa yang terjadi jika ia kembali bertemu mantan suaminya di saat ia sudah memiliki calon suami. Lalu apa yang akan terjadi saat ada laki-laki yang dengan berani menyatakan cintanya bahkan mengejar cinta Syifa tanpa lelah.
Kemana hati Syifa akan berlabuh? Siapa pemilik hati Syifa?
Happy Reading
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PH 9 Pelabuhan Terakhir David
Pemilik Hati (9)
" Sepertinya tidak. Dia terlihat serius untuk mendapatkan perempuan itu. Hanya saja statusnya janda bahkan sudah memiliki calon suami. Apa anda ingin saya melakukan sesuatu?,"
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
" Selama dia tidak melakukan hal aneh-aneh. Awasi saja dari jauh."
" Baik."
Keduanya terus berbincang mengenai cucu yang lainnya. Adiyaksa tidak pernah membeda-bedakan antara yang satu dan lainnya.
...******...
David melangkahkan kakinya di sebuah perusahaan. Para karyawan yang melihat selalu mencoba menarik perhatiannya. Selain ketampanan, informasi bahwa salah satu cucu pemilik perusahaan besar itu masih lajang pun seolah menjadi angin segar. Siapa tahu di antara mereka ada jodoh sang CEO.
David yang sudah terbiasa jadi pusat perhatian membiarkan tatapan memuja itu selama tidak mengganggunya.
Sampailah ia di meja sekertaris. " Daniel ada di dalam?," tanya David to the point pada perempuan berambut sebahu yang sedang hamil itu.
" Ada, pak." jawab Amira formal.
" Ck, jangan formal begitu, kita kan teman." kesal David .
Amira hanya terkekeh. " Daniel ada di ruangannya. Hari ini tidak ada agenda keluar."
" Kamu kerja sendiri? Apa belum mempersiapkan sekertaris lain jika kamu cuti nanti?,"
" Tidak. Ada sekertaris baru yang menemaniku yang rencananya akan menggantikan pekerjaanku setelah resign."
" Kamu bukan cuti tapi, malah resign? Kenapa Rangga tidak bilang apa-apa?," tanya David mengerutkan keningnya.
Amira adalah istri dari Rangga sahabatnya. Karena itu keduanya sudah cukup akrab.
" Iya. Aku akan fokus pada anakku. Kamu tahu sendiri penantian kami untuk mendapatkan anak ini sungguh lama. Jadi, aku tidak ingin menyia-nyiakan. Lagi pula gaji Rangga sudah lebih dari cukup untuk menghidupi kamu nantinya. Apalagi akhir-akhir ini banyak tugas lemburan darimu " Amira tertawa mengingat sibuknya sang suami karena bosnya sedang jatuh cinta.
" Benar. Jagalah dia baik-baik. Soal lemburan, apa Rangga menceritakan semuanya?,"
" Tidak. Dia tak pernah membicarakan pekerjaan khususnya. Tapi, aku sudah bisa menebaknya. Apalagi kalau bukan masalah cinta."
Dari dulu setiap David jatuh cinta, orang yang mencari informasi adalah Rangga. Karena itu Amira menebak hal yang sama.
" Begitulah." David tersenyum.
" Ya, sering-seringlah kamu jatuh cinta."
" Ck. Ini pelabuhan hatiku yang terakhir. Jadi, aku harus mendapatkannya."
" Benarkah? Aku jadi penasaran siapa yang bisa membuatmu tertarik sampai menjadikannya pelabuhan terakhir."
" Nanti kamu juga tahu."
" Maaf lama kak." Gadis muda yang akan menggantikan posisi Amira datang. Dia dari toilet.
" Tidak apa-apa." Amira tersenyum.
" Aku masuk dulu." David tak menghiraukan gadis yang sepertinya terpesona padanya.
" Ya."
David melangkah masuk ke dalam ruangan Daniel.
" Yang tadi siapa,kak?," tanya Bella penasaran.
" Itu Pak David, sepupu pak Daniel."
" Hah benarkah?" Bella terkejut. " Dia sudah punya calon Belum kak? Kakak sepertinya akrab dengannya?,"
Bela tertarik pada David apalagi saat tahu David sepupu atasannya. Yang artinya berasal dari keluarga kaya.Berharap hidupnya bisa lebih baik jika bersanding dengan laki-laki kaya.
" Soal itu aku tidak bisa menjelaskan. Itu masalah pribadi. Kami akrab karena suamiku adalah sahabatnya."
" Ck. Kakak tidak seru,"
Amira hanya tersenyum. Biasa menghadapi orang-orang yang ingin mendekati David melaluinya.
Sementara itu, di ruangan Daniel David langsung duduk di sofa tanpa meminta izin. Ia sudah biasa datang kesana.
" Masih belum menemui Celina?," tanya David pada sang sepupu.
" Jika hanya ingin membicarakannya lebih baik kamu pulang," ketus Daniel yang tetap fokus pada berkas di depannya.
"Dia tidak salah. Kamu lihat sendiri, ibunya bahkan memilih meninggalkannya bersama keluarga kita. Sekarang kamu juga malah menelantarkannya. Bukan keinginannya menjadi anak kalian." kesal David.
Daniel diam. Memang benar apa yang di katakan sepupunya itu. Tapi, rasa bersalah terhadap istri dan anaknya yang entah dimana mereka berada lebih mendominasi.
" Kamu tidak tahu perasaanku. Setiap melihat Celin, aku teringat akan istri dan anakku. Entah mereka hidup seperti apa."
Dulu, kehidupan mereka sederhana. Apalagi saat Daniel memutuskan hidup tanpa bantuan fasilitas dari orang tuanya. Hingga ia merintis usaha sendiri. Perusahaan yang ia pimpin adalah hasil usahanya dari nol. Bahkan mereka benar-benar berhemat saat awalnya.
Dadanya terasa sesak. Celin bisa mendapatkan penghidupan yang lebih baik bahkan sambutan dari keluarganya. Berbeda dengan anaknya yang lain yang entah apa kabar ia.
Namun, Daniel berharap anak itu lahir dan tumbuh dengan baik bersama ibunya.
" Minta bantuan kakek saja. Aku yakin mereka akan cepat di temukan." saran David.
David sendiri merasa kasihan pada Daniel bahkan ia tidak menyangka Om dan tantenya bisa bersikap seperti itu hanya karena menantunya bukan dari kalangan berada.
" Kakek tidak tahu menahu masalah rencana Om dan Tante. Bahkan tidak tahu jika kamu sudah menikah sebelumnya. Kakek percaya saja saat Om dan Tante mengatakan bahwa kalian menikah karena saling mencintai."
Adiyaksa awalnya tak pernah mencampuri urusan anak dan cucunya. Namun, semenjak apa yang menimpa Daniel dan David kini ia turun tangan walaupun sekedar mengawasi.
" Kamu mungkin tidak percaya. Tapi, itu kenyataannya." tambah David saat melihat Daniel hanya diam.
" Minggu depan,Celin akan merayakan ulang tahunnya yang ke enam. Datanglah. Celin pasti sangat bahagia." David pergi meninggalkan Daniel.
...******...
" Ma, apa aku boleh pergi ke taman?," tanya Reza yang merasa bosan jika hanya diam di rumah menunggu kepulangan Syifa dari sekolah.
" Boleh." jawabnya tersenyum.
Perumahan itu memiliki keamanan yang bagus. Bahkan tidak sembarang orang bisa masuk kesana. Karena itu, Syifa tidak khawatir membiarkan Reza bermain di luar.
"Jangan keluar dari perumahan ini ya."
" Ok, Ma."
Syifa tersenyum mengusap kepala Reza.
Setelah Syifa pergi, Reza menaiki sepedanya menuju taman yang letaknya tidak cukup jauh. Disana sudah banyak anak-anak yang bermain juga ada para ibu yang mengajak anak balitanya berjalan-jalan.
Reza yang mudah berbaur dengan anak-anak yang ada, langsung mendapatkan teman dan bermain bola bersama hingga ia merasa lelah dan duduk di bangku taman sambil meminum air dari botol minumnya.
Melihat seorang anak yang sedang belajar bermain sepeda di depan sana, membuat hatinya sedih. Ia hanya ditemani ibunya saat belajar sepeda. Tiba-tiba ia rindu pada sosok ayah yang tidak pernah ia temui.
" Kamu sendiri?," tanya seorang kakek menghampirinya.
Ia ikut duduk di samping Reza dengan tetap memegang tongkat yang ia gunakan untuk membantunya berjalan.
Reza melihat sekilas lalu mengangguk.
Hening. Sang kakek melihat ke arah yang menjadi pusat perhatian Reza.
" Disini tinggal dengan siapa?,"
" Mama." jawab Reza singkat.
Reza selalu membatasi interaksi dengan orang dewasa yang baru ia temui.
" Maaf kek, aku harus pulang. Sebentar lagi jam makan siang, Mama pasti pulang ke rumah. Assalamu'alaikum." Reza berlari ke arah sepedanya.
Ia langsung pergi dari sana.
" Wa'alaikumussalam."
Pandangan sang kakek berkaca-kaca. Ini pertama kalinya ia melihat Reza. Sebelumnya ia hanya melihat dari foto orang yang ia tugaskan mengawasinya.
" Cicitku sangat mirip dengan ayahnya."
TBC