Menjadi wanita simpanan pria beristri, bukalah pilihan hidup bagi Vivian. namun dia bisa apa? cuma ini jalan satu-satunya agar bisa mendapatkan uang dalam waktu cepat, demi kesembuhan sang ibu tercinta.
"Oke, Viv. selama kamu menjadi wanita simpananku, kamu dilarang untuk jatuh cinta apalagi hamil. jika kamu melanggar kesepakatan kita, maka kamu harus pergi tanpa mendapatkan apa-apa dariku, karena cuma istri sahku yang berhak untuk melahirkan calon penerus Davison."
"Oke, aku terima dengan senang hati syarat darimu, tuan." Viv tersenyum merasa syarat yang diberikan cukup mudah.
Seiring berjalannya waktu, cinta tumbuh dihati mereka. meskipun tidak terucap namun David berusaha untuk terus melindungi Viv, dari niat jahat ibu tirinya yang ingin menguasai harta warisan atas nama Viv.
Bahkan karena kecerobohannya, Viv hamil dan jatuh cinta pada Dav, hingga melanggar kesepakatan.
Bagaimanakah kisah cinta mereka selanjutnya? apakah Viv pergi tanpa membawa apa-apa atau sebaliknya?"😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ritasilvia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawamu kembali
Dinegara ini juga, Viv akan mengobati dan melakukan operasi plastik bekas luka dibagian wajah cantiknya, serta akan merubah bentuk hidung nya menjadi lebih mancung, pasca patah tulang akibat terbentur pembatas jalan.
"Ibu tiriku yang jahat, kalian tidak berhak menikmati apa yang harus menjadi hakku dan Anabela. suatu saat aku akan kembali untuk membalas dan rasakanlah akibatnya, aku pastikan juga kalian akan membayar mahal perbuatan kalian pada keluargaku." umpat Viv.
Mobil yang dikendarai Edward berhenti di sebuah rumah sakit terbaik, tempat Viv melakukan operasi plastik dengan dokter-dokter ahli dan ternama.
"Vivian apa kamu yakin dengan semua ini?"
"Sudah kak." tersenyum lalu mengangguk mantap dengan keputusannya.
"Baguslah, mulai sekarang jangan lemah dan mudah menyerah lagi dengan keadaan. ingat kakak akan selalu bersama mu, dek." Ucap Edward.
"Terimakasih kak, karena selalu ada untukku." Viv terharu melihat kebaikan kakak sepupunya.
Edward memang sengaja mencari rumah sakit dan dokter terbaik, agar usahanya untuk memperbaiki kembali wajah Viv bisa berhasil meskipun untuk saat ini lebih pada pengobatan bekas luka dan hidung Vivian akibat kecelakaan tersebut.
Operasi plastik yang dijalani Viv berjalan lancar, dia seakan tidak percaya menatap pantulan wajahnya di cermin. Hidung yang terlihat lebih mancung dengan wajah kembali bersih seperti semula.
“Aku sangat bersyukur operasiku berjalan sempurna."
“Benar Viv, meskipun cuma hidung saja yang diperbaiki, dan goresan-goresan luka dikulit wajamu. tapi membuatmu terlihat jauh lebih cantik.” puji Sinta.
Ditempat lain, Marina dan Sarah tengah berfoya-foya, keluar masuk toko perhiasan, barang-barang baru dan mahal untuk kebutuhan mereka, menikmati makan dan minuman berkelas, sambil tertawa lepas seakan-akan tanpa dosa dan kesalahan. yang telah mereka perbuat pada Vivian dan keluarganya.
"Wah senangnya, sekarang aku bisa membeli apapun yang aku inginkan."
Vivian yang mereka pikir telah meninggal dunia, sekarang sudah terlihat jauh lebih tegar dan kuat. Perlahan namun pasti, perubahan Viv semakin nampak jelas.
"Kak Edward, nanti aku ingin belajar mengurus perusahaan. Agar setelah perusahaan Bramantyo kita rebut kembali. aku bisa mengurusnya sendiri." Ucap Vivian bersemangat.
"Ide yang bangus. kakak senang mendengar nya Viv." balas Edwar.
***
Perjalanan jauh, tidak menyurutkan semangat sang Presdir untuk menemui kembali sang pujaan hatinya. Hingga akhirnya David sampai di sebuah bandara, yang berarti jarak yang memisahkan mereka terasa semakin dekat.
David mengendarai sendiri sebuah mobil khusus, yang mengantarkannya menuju kediaman Edward, membelah jalanan bersalju dengan kecepatan sedang.
Tidak butuh waktu lama senyum mengembang dibibir David, seakan rasa lelah setelah perjalanan jauh terbayar lunas, begitu sampai didepan pintu gerbang yang masih terkunci rapat dari dalam.
"Gadis kecil, akhirnya aku menemukan tempat persembunyianmu..., Aaahhh Viv. aku begitu merindukanmu." umpat David mengusap kasar wajahnya.
Sinta yang melihat kedatangan David, segera membukakan kunci, meskipun rasa kaget melihat kemunculannya yang tiba-tiba itu masih membuatnya syok.
"Bukankah kamu sahabatnya, Viv?"
"Ya tuan, tapi dari mana anda mengetahui jika kami berada di negara ini?" tanya Sinta seraya menghampiri David.
"Itu perkara mudah bagiku, sekarang mana Viv?"
"Ada didalam, tuan. Silahkan masuk."
Sinta mempersilahkan David ikut masuk kedalam rumah minimalis tersebut, menunjukkan jalan menuju dapur, dimana Viv tengah sibuk menyiapkan menu sarapan pagi.
DEGH!!!
Detak jantung David makin bergemuruh, begitu melihat wanita yang sangat dirindukan tengah berdiri membelakanginya. langkah David terayun ringan nyaris tanpa suara, sehingga Viv tidak mengetahui kehadirannya.
Brugghh...!
David langsung memeluk erat tubuh Vivi dari belakang, aroma wangi maskulin khas dari seorang David tercium.
"Gadis kecilku!" terdengar suara bisikan lirih yang begitu dekat, bahkan bibir itu sudah menyentuh kulit telinganya.
"Tuan anda disini?" tanya Viv seolah tidak percaya jika yang memeluk erat tubuhnya adalah David.
Gadis itu berusaha untuk tetap tenang, mencoba bergerak kearah samping. akan tetapi tidak bisa, karena pelukan David yang semakin erat melilit tubuhnya, berusaha menumpahkan rasa rindunya selama waktu kurang lebih satu bulan ini ditahannya.
"Ya, aku sangat bahagia mendengar jika dirimu berhasil selamat dari tragedi itu, meskipun aku tidak bisa menjadi pahlawan untukku. Namun paling tidak, aku sudah berusaha mencari dan menemukanmu, baby." bisik David.
"Tu... tuan, apa kamu mencemaskan aku?"
"Tentu, sangat!"
Jawaban singkat David tersebut membuat Vivi tersenyum senang, meskipun masih berusaha untuk dia tutupi.
"Aku datang jauh-jauh kesini untuk menjemputmu, sudah cukup kamu menghilang dariku."
"Tapi, hidupku masih dalam bahaya tuan."
"Kamu jauh lebih aman jika bersamaku Viv."
"Benarkah tuan?" tanya Vivi dengan mata berbinar-binar.
"Tapi ada syaratnya!"
"Katakan apa syaratnya tuan?"
"Tetaplah bersamaku, selama aku masih menginginkan dirimu."
"Baiklah, aku setuju."
"Ayo kita berangkat sekarang." David menarik tangan Vivian.
"Bisakah kita menunggu Edwar terlebih dahulu, aku takut dia akan mencemaskan aku jika tiba-tiba menghilang begitu saja." ucap Viv menahan langkah David yang ingin membawanya segera meninggalkan kediaman Edward.
"Disini masih ada sahabatmu, dia pasti bisa menjelaskannya." jawab David, entah kenapa ada rasa cemburunya pada pria yang bernama Edward, merasa gagal kenapa bukan dia yang datang terlebih dahulu menyelamatkan Vivi, sehingga dia tidak perlu seperti orang gila kesana kemari mencari Vivi, larut dalam kesedihan dan kerinduan dalam kurun waktu hampir sebulan lebih. Meskipun dia sangat bersyukur sang pujaan hati selamat dan tidak kurang apapun.
Vivian menghampiri Sinta yang balik menatapnya bingung.
"Ada apa Viv?"
"Sinta, aku harus pergi bersama tuan David. kamu tolong sampaikan hal ini pada Edward ya. Terutama ucapan terimakasih dariku, karena telah menyelamatkan dan menampungku selama ini." ucap Vivi.
"Tapi Viv, apa tidak sebaiknya kamu tunggu kedatangan Edward?"
"Please Sinta, bantu aku untuk menjelaskannya nanti. karena David sepertinya sangat terburu-buru."
"Oke aku mengerti, lagian kamu jauh lebih aman jika bersama tuan David." jawab Sinta
"Aku pergi dulu, bay Sinta."
Mereka berpelukan sesaat, setelah itu Vivi segera menyusul David menuju mobilnya.
"Sebaiknya, aku juga berkemas untuk pulang ke negaraku." bathin Sinta menuju kamarnya, karena tugasnya merawat Vivi sudah selesai.
Setelah sampai di tanah air, Viv yang begitu merindukan almarhum kedua orang tuanya, seketika timbul keinginannya untuk mengunjungi makam mereka.
"Grace, tolong antarkan aku ketempat pemakaman kedua orang tuaku." ucap Viv.
"Baik Nona."
Grace langsung melajukan mobilnya menuju komplek pemakaman umum, sepanjang perjalanan Viv menatap luar jendela kaca. Pikiran Viv kembali menerawang kemasa beberapa tahun silam.
"Sudah sampai Nona." Ucap Grace sambil berjalan memutar membuka kan pintu mobil untuk Viv.
"Baik, terimakasih Grace." balas Viv melangkah turun dari mobil.
Langkah Viv terayun memasuki pemakaman, perlahan dia melepaskan kaca mata hitam yang masih melekat. Dengan air mata bercucuran dia menatap kuburan yang bertuliskan nama kedua orang tuanya. Viv menangis sedih duduk bersimpuh disamping makam kedua orang tua nya.
“Mama, papa. Semoga kalian tenang disana, Viv janji akan merebut kembali apa yang menjadi hak kita. Termasuk membalas perbuatan jahat mereka pada keluarga kita, sekarang mama dan papa tidak perlu khawatir, karena sudah ada tuan David dan Edwar yang akan menjaga kami." ucap Viv lalu memanjatkan doa untuk ketenangan ke-dua orang tuanya disana.
“Mama, papa. Viv pulang dulu. Lain waktu Viv akan ajak Anabela untuk mengunjungi kalian.” dengan berat hati Viv meninggalkan area pemakaman.
Mengayunkan langkah mantap, dan misi untuk membalas perbuatan orang-orang yang telah menyakitinya. Baik fisik maupun perasaan. Terutama harta peninggalan papa yang sudah dinikmati orang-orang yang tidak memiliki hak apapun.
***
"Berdasarkan informasi yang aku peroleh, mantan istri tuan ikut mendapatkan bagian dari perusahaan Bramantyo."
"Jadi Marlina ikut menikmati, tidak salah lagi... benar-benar bajingan." umpat David ketika mendapat laporan terbaru dari anak buahnya.
"Ada yang lebih mengejutkan lagi tuan!" ucap Nick.
"Katakan!"
"Nyonya Marlina juga memberikan sebuah undangan khusus untuk tuan, agar ikut menghadiri pesta pengesahan jika lusa dia, Sandra dan anaknya Prayoga merupakan pemilik perusahaan Bramantyo yang sah." jelas Nick.
"Berani sekali mereka mengundangku, apa tujuannya?"
"Entahlah, sebaiknya kita hadiri saja undangan tersebut. Dengan mengikuti permainan mereka. Seolah-olah nona Viv masih menghilang dan hal itu justru tidak memberi pengaruh apapun pada tuan, dengan begitu sangat mudah bagi kita untuk menemukan jalan keluar untuk membantu nona Viv."
"Ide bagus Nick, tapi lain kali aku tidak mau mendengar kamu memangil Marlina dengan sebutan nyonya lagi, kupingku sakit mendengarnya. karena sudah ada wanita yang jauh lebih pantas kamu panggil sebagai nyonya Davidson."
"Iya, maafkan aku tuan."
david ini emng bukan pria setia, dia sdh tau prasaanya padavici mski belum terucap dari mulutnya tapi apa"ada masalah, lari ke hal yang membuatnya mendua. ya kek gini contohya cari pelampiasan.🙄
kalo emng dia bisa bergairah ya bisalah dia masuk sarang wanita lain. kecuali dia sdh tdk bergairah sejak sabrian menggodanya baru dibilang mmng dia tdk tertarik sejak awal dengan wanita lain kecuali dengan Vivi.
KOK ADA KALIMAT YAN MENJURUS CEO BODOH BEGINI GAK SESUAI DENGAN GAYA KEPEMIMPINANNYA.
BEBERAA KALIMAT SAJA SUDH MENUNJUKKAN DIA BUKAN CEO😏
hapus!
JADI HAPUS AJA KALIMAT YANG MENGATAKAN DAVID SEOLAH-OLAH DIA PRIA.MAHAL YANG TDK TERSENTUH APALAGI UNTUK WANITA MURAHAN.