Sheina harus menelan pil pahit karena laki-laki yang dibencinya dari SMA tiba-tiba menuduhnya sebagai wanita malam, dan membuatnya kehilangan mahkota yang selalu dijaganya. Tak cukup sampai di situ, Sheina juga harus menghadapi kenyataan bahwa ia telah hamil tanpa suami.
Akankah laki-laki itu bisa meluluhkan hati Sheina yang sudah terlanjur membatu, demi anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TGM Bab 19
Pada akhirnya, Sheina menuruti permintaan Gabriel untuk mengizinkan Bara ke rumah mereka. Gabriel merengek, meminta Sheina duduk di depan memangkunya.
Gabriel terus bertanya pada Sheina, apa pun yang Gabriel belum pernah lihat sebelumnya.
"Anak Daddy ternyata pinter banget ya," kata Bara saat mereka berhenti di lampu merah.
Sheina menatapnya tidak suka.
"Kayak mommy," imbuh Bara dengan lirih.
"Mommy tadi di taman ada yang bilang Biel ganteng, milip Daddy. Biel ganteng nggak, Mom?" tanya Gabriel yang kini menata ke belakang ke arah Sheina.
"Em. Iya mungkin. Tapi buat Mommy, Gabriel yang paling ganteng, di antara semua laki-laki di dunia ini."
"Nomol satu?"
"Iya, nomer satu Gabriel."
"Belalti nomel dua Daddy 'kan Mom?"
"Daddy nomer seribu." Sheina menatap sinis pada Bara yang kini meliriknya.
"Belalti Daddy jelek? Biel juga jelek dong?" Gabriel memasang raut muka khawatir.
"Gabriel ganteng, karena anak mommy. Mommy kan cantik."
"Iya, Biel, Mommy bener. Kamu ganteng karena mommy kamu sangat cantik."
*
*
Akhirnya mereka sampai di rumah kontrakan Sheina. Sheina menyuruh Gabriel mandi karena ia akan memasak untuk makan malam. Akan tetapi, Bara langsung mengatakan pada Sheina bahwa ia sudah memesan makanan.
Bara memandikan Gabriel, tapi karena Gabriel bermain air, lengan kemeja Bara jadi basah.
"Solly Daddy, Biel nggak sengaja. Daddy jangan pulang ya, di sini aja. Biel nggak akan ulangi lagi," ucap Gabriel saat mereka keluar dari kamar mandi.
"Nggak apa-apa Sayang. Daddy nggak akan pulang kok sebelum Gabriel tidur," jawab Bara sembari mencium pipi Gabriel. Ia sangat menyayangi putranya itu, dan tidak akan bisa marah sedikit pun.
Sheina mengambil alih Gabriel dari gendongan Bara. Ia lalu menyuruh Bara untuk mandi.
Tidak berapa lama, Gabriel sudah berganti pakaian. Makanan yang dipesan Bara juga sudah datang. Bara keluar kamar mandi hanya memakai celana panjangnya dan singlet putih yang memperlihatkan otot lengannya yang terbentuk sempurna.
"Sorry Shein. Kemeja aku basah."
"Hem."
Sheina masuk kamar mandi, sedangkan Bara menghampiri Gabriel.
*
*
Seperti keinginan Gabriel, akhirnya mereka tidur bertiga. Gabriel tidur di tengah-tengah kedua orang tuanya. Sheina membacakan dongeng tentang bocah pemeberani yang sangat disukai Gabriel.
Gabriel sudah terlelap, begitu pun dengan Bara. Laki-laki itu sangat kelelahan dan ikut tidur saat Gabriel mulai memejamkan mata.
Sheina membangunkan Bara dengan pelan karena tidak mau Gabriel terbangun. Bukannya bangun, Bara malah menarik Sheina ke dalam pelukannya. Sheina memukul dada Bara, sampai akhirnya ayah satu anak itu bangun dan terkejut dengan ulahnya sendiri.
"Sorry Shein, aku nggak sadar kalau tadi peluk kamu. Aku nggak sengaja beneran," ucap Bara yang mulai takut Sheina akan semakin marah dengannya.
"Pulang sana udah malem. Kemeja kamu juga kayaknya udah kering."
Bara meraih kemejanya dan memakainya di hadapan Sheina.
"Jangan marah ya, Shein. Aku nggak sengaja."
Sheina berjalan meninggalkan kamarnya, lalu Bara mengkutinya sambil memakai kancing kemejanya.
Sheina duduk di kursi tamu sambil menunggu Bara pergi dan mengunci pintu. Namun, bukannya pergi Bara malah duduk di samping Sheina.
"Aku minta maaf sama kamu Shein. Untuk semua kebodohan aku. Aku pengen memperbaiki semua kesalahan aku Shein. Maafin aku." Tiba-tiba Bara berlutut di kaki Sheina.
"Apaan sih Bar. Berdiri Bara!"
"Aku akan lakuin apa pun buat nebus kesalahan aku, Shein. Tolong terima maaf aku."
Sheina sangat tidak suka saat ada orang yang sampai merendah seperti yang Bara lakukan.
"Kalau kamu nggak berdiri, aku nggak akan izinin kamu ke sini lagi!"
Bara lemas. Ia menatap Sheina dengan ekspresi kasihan. "Maafin aku Shein."
"Pulang! Aku nggak bisa maafin kamu segampang itu. Buktiin aja kalau kamu pantas dapat maaf dari aku. Sekarang kamu pulang. Aku capek mau tidur."
Bara akhirnya pasrah. Kali ini ia gagal, besok dia akan mencoba lagi.
"Oh iya, Shein. Aku titip ini!" Bara menyerahkan sebuah kartu ATM kepada Sheina.
"Apa ini?" Sheina menatap tajam Bara.
"Ini buat keperluan Gabriel sama kamu. Pinnya tanggal lahir kamu, karena aku nggak tau tanggal lahir Gabriel."
"Nggak perlu. Aku masih sanggup penuhi semua kebutuhan dia." Sheina menolak pemberian Bara.
"Aku tahu Shein. Tapi bisakah kamu hargai aku sebagai ayah kandungnya? Aku mohon terima ini. Kemarin-kemarin kamu berjuang sendirian, sekarang ada aku yang juga berhak untuk membiayai Gabriel dan kamu."
Sheina tertegun mendengarnya. Apa laki-laki breng*sek di hadapannya ini benar-benar merasa bersalah, atau hanya karena rasa kasihan?
🥀🥀🥀
Terima Shein. Lumayan, bisa bua shoping 🤣🤣🤣
Alhamdulillah udah 5 bab hari ini. Jangan lupa ritual jejaknya.