Tiba-tiba saja Alexa menghilang di hari pernikahannya, daripada malu baik pihak laki-laki dan perempuan sepakat menikahkan Gavin dengan Anjani. Anjani sendiri merupakan kakak dari Alexa, tetapi Gavin tidak mencintainya dengan alasan usia yang lebih tua darinya. Selisih usia mereka terpaut 6 tahun, Gavin selalu berlaku kasar.
Suatu hari Alexa kembali, ia ingin kekasihnya kembali. Gavin sendiri sangat senang, mereka berencana mel3nyapkan Anjani? Berhasilkah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dollar Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
Makanan Roy pun datang, Bara mempersilahkan sahabatnya untuk makan.
"Kamu yakin, Roy?" tanya Bara menatap sahabatnya ini.
"Aku juga enggak tahu, Bar," sahut Roy.
"Mending cari yang lain aja, udah nikah dia."
"Dia perempuan pertama dan satu-satunya yang bisa bikin aku muji cantik."
"Kok bisa."
"Aku juga enggak tahu."
"Siapa sih, namanya?"
"Anjani, dia pelukis."
"Pelukis?"
"Iya, dia seorang pelukis yang hebat dan keren. Selain itu juga cntik, senyumnya bikin aku lupa segalanya."
"Tapi dia bini orang, Roy."
"Aku bakalan cari tahu siapa suaminya."
"Kamu jangan macam-macam deh."
"Tenang aja Bar, aku nggak kayak dulu lagi kok."
"Bener yah."
"Iya."
Dulu Roy kalau menginginkan sesuatu ia harus mendapatkannya dengan cara apapun, meskipun itu kotor. Bahkan, Pak Athar dan Bu Nina harus turun tangan untuk membebaskan Roy dari penjara saat SMA. Karena waktu itu pernah memaksa seorang gadis untuk menjadi pacar Bara, gadis itu menjadi gila dan depresi. Agar Roy tetap aman, orang tuanya merawat gadis itu sampai sembuh. Bahkan menyekolahkannya sampai kuliah, ia sekarang sudah menikah dan jadi dosen di Amerika bersama suaminya.
Setelah selesai makan, Roy langsung pamit dan pergi.
"Ya udah, aku pergi dulu, Bar."
"Kamu hati-hati yah."
"Iya, Bar."
"Ingat pesen aku."
"Siap!"
Roy pun sampai di kantornya, ia langsung masuk ke dalam ruangan dan siap bekerja. Tetapi, sebelum itu Roy menatap hasil lukisan Anjani yang dipajang di dinding.
"An, maaf yah ... aku harus cari tahu dulu tentang suami kamu dan pernikahan kalian. Siapa tahu, ada kesempatan buat aku."
Sedangkan Pak Johan pergi ke Bogor untuk menemui Dara atas instruksi Sinta. Sampai di komplek Sukamara, Pak Johan bertanya kepada warga yang duduk di warung.
"Selamat siang, Pak," ucap Pak Johan.
"Iya," sahut warga.
"Saya mau nanya, kira-kira rumah Dara itu dimana yah?" tanya Pak Johan.
"Kamu siapanya Dara?" sahut mereka.
"Oh, saya Johan. Anak saya bernama Alexa berteman dengan Dara waktu SMA dulu, jadi saya kesini mau ke rumahnya."
"Owh, bapak lurus aja terus di persimpangan 4 belok kanan, rumah kedua, warna abu-abu, itu rumahnya."
"Baik, Pak, terima kasih."
"Sama-sama."
Johan pun mengikuti apa yang dikatakan warga tadi, ia sudah sampai di rumah Dara.
"Besar banget rumahnya," gumam Johan, "kayaknya orang kaya nih."
Johan keluar dari mobil dan menyapa satpam, "Selamat siang."
"Iya, ada apa?" tanya satpam.
"Bisa bertemu dengan Nak Dara," sahut Johan.
"Apa sudah ada janji?"
"Saya belum ada janji sama Nak Dara, kalau bisa tolong sampaikan padanya kalau saya Johan Wijaya ingin bertemu."
"Baik, tunggu disini."
"Iya, Pak."
Ternyata Dara baru saja keluar dari rumah, ia melihat satpam menghampirinya.
"Ada apa?" tanya Dara.
"Itu ada yang mau ketemu sama Nona," sahut satpam.
"Siapa?"
"Dia kasih tahu namanya Johan Wijaya."
"Johan Wijaya," gumam Dara.
"Apa Non kenal?"
"Kayaknya familiar sih, suruh aja dia kesini Pak."
"Baik, Non." Satpam itu kembali menghampiri Pak Johan, "Pak Johan, silahkan masuk."
"Terima kasih, Pak."
"Ya ...."
Dara yang melihat Pak Johan langsung terkejut.
"Om Johan," ucap Dara.
"Kamu tahu saya," sahut Johan.
"Ya tahu Om, mau ngapain kesini?"
"Saya mau tanya aja tentang Alexa."
"Oh, boleh. Silahkan duduk, Om." Dara mempersilahkan Johan untuk duduk, kebetulan di terasnya ada meja dan kursi. "Jadi, Om mau tau apa tentang Alexa."
"Ini Alexa dia menghilang saat hari pernikahannya, sampai sekarang saya nggak tahu ada dimana?" Pernah lihat di cctv, dia pergi lewat jendela dan dijemput laki-laki."
"Emang Om nggak tahu pacarnya Alexa."
"Yang Om tahu kan Gavin."
"Itu mah pacar yang Om tahu."
"Maksudnya?"
"Alexa itu punya pacar yang sekelas sama dia sejak SMA, bahkan sampai bangku kuliah."
"Siapa?"
"Namanya Raka, Om. Alexa sayang banget sama dia," ungkap Dara.
"Saya nggak pernah tahu kalau Alexa punya pacar yang namanya Raka."
"Mungkin Alexa kabur sama Raka, Om."
"Kalau Alexa sudah pacaran sama Raka, kenapa dia menerima Gavin sebagai tunangan waktu di bangku kuliah?"
"Itu karena Gavin banyak uang, Alexa hanya perlu mengurasnya. Sedangkan, cintanya buat Raka."
"Nggak mungkin Alexa kayak begitu?"
"Ya kan saya cuma kasih tahu tentang Alexa, kalau Om nggak percaya silahkan."
"Apa buktinya Alexa menguras uang Gavin, sedangkan uang jajannya aja banyak."
Dara malah tertawa, "Alexa gunain uang jajannya untuk menghidupi keluarga si Raka!"
"Apa!" teriak Jihan terkejut.
"Kenapa Om?" tanya Dara, "apa Om nggak percaya? Hubungan mereka juga udah diketahui oleh Mbak Anjani sejak lama kok, malahan Mbak Anjani berusaha menasehati Alexa buat enggak kasih uang ke keluarga Raka. Tapi, emang dasar Alexanya aja yang buta cinta. Malahan, Alexa sering fitnah kakaknya sendiri biar dapat uang banyak dari Om. Malahan, saya kasihan loh, sama Mbak Anjani yang sering difitnah. Kalau Om nggak percaya silahkan. Satu hal yang harus Om tahu, Alexa nggak sebaik itu!"
Johan langsung terdiam mendengar semua cerita Dara.
"Coba yakinkan saya sekali lagi, apa buktinya?"
"Kalau Om mau tahu, cari tahu tentang Mbak Anjani, anak Om sendiri! Karena semua kejahatan Alexa diketahui oleh Mbak Anjani. Apa yang saya omongin ke Om, itu hanya sekian persen.
"Sudah, terima kasih! Saya permisi dulu," ucap Johan langsung pamit.
Dara yang melihat Pak Johan pergi hanya geleng kepala.
"Om Johan, Om Johan. Nggak tahu aja dia kelakuan Alexa waktu SMA, bahkan hubungan dia sama Gavin juga kurang baik!"
Tania singgah di sebuah toko, ia pun masuk dan memilih beberapa lukisan.
"Bagus banget, beli ini aja deh." Tania langsung membeli lukisan itu dan menghampiri pelukis. "Saya mau beli ini yah."
"Ya sudah saya bung-" ucap Anjani terhenti pelanggannya.
"Anjani," sahut Tania terkejut.
"Mama ...."
"Ternyata kamu?" Tania menunjuk Anjani.
"Iya, Ma. Ini toko saya," ucap Anjani.
"Astaga, jadi Anjani Galleri yang terkenal itu punya kamu."
"Iya, Ma."
"Ya ampun ..." Tania sangat tidak menyangka.
"Mama duduk dulu," ucap Anjani.
"Iya," sahut Tania langsung duduk dan Anjani membungkus lukisannya.
"Kamu buka toko ini sejak kapan?"
"Udah mau 5 tahun, Ma."
"Lama juga yah."
"Iya."
"Apa orang tua kamu tahu."
"Enggak."
"Loh, kenapa?"
"Apapun tentang saya, bagi mereka enggak penting."
"Tapi kamu punya toko yang bagus, An."
"Iya, Ma. Tapi tetap aja kan, hanya Alexa yang baik."
"Keterlaluan banget sih, mereka!" kesal Tania.
"Ya nggak papa sih," ucap Anjani, "oh ya, Mama sudah makan?"
"Mama rencananya mau makan siang di restoran Bara Food, setelah beli lukisan ini. Tapi, ternyata kamu yang punya tokonya. Atau kita berdua makan yuk, ini pertama kalinya kan."
"Emang Mama enggak malu ajak aku, mantu tua loh."
"Apa sih, 30 tahun nggak terlalu tua. Kamu harus tahu umur Mama yang sudah 48 tahun, cuma 18 tahun kita."
"Ya sudah kalo gitu, saya siap-siap dulu Ma."
"Oke."
Mereka pun pergi ke restoran Bara food, Tania memesan makanan yang paling mahal.
"Hari ini Mama yang traktir," ucap Tania.
"Makasih, Ma," sahut Anjani.
Salah satu pelayan tidak sengaja menumpahkan air ke baju Anjani.
"Hati-hati dong, Mbak!" kesal Tania melihat baju mantunya basah.
"Sudah, Ma, nggak papa kok."
"Tapi baju kamu basah."
"Maafin saya, Bu," ucap pelayan tadi.
"Iya nggak papa," sahut Anjani.
"Kamu tuh baik banget sih, An!" kesal Tania.
"Sini saya bersihin," ucap pelayan tadi.
"Iya nggak papa," sahut Anjani, "aman kok."
Tiba-tiba Bara datang dan meminta maaf, "Maafin karyawan saya."
"Kamu pemilik restoran ini?" tanya Tania."
"Iya, Bu," sahut Bara.
"Lain kali kasih tahu pelayannya buat hati-hati."
"Pasti Bu."
"Sudah Ma, nggak papa! Ini masih bisa kering kok," sahut Anjani.
Bara yang melihat Anjani terpana dengan kecantikannya.
( "Cantik banget," batin Bara. )
Akhirnya Tania meminta makanannya dibungkus, "Udah bungkus aja makanannya, kita makan di toko kamu, An."
"Iya, Ma."
"Maa ya Bu, atas ketidaknyamanannya." Bara meminta maaf.
"Iya," ucap Tania, "ayo kita pulang, An."
Sampai di toko, mereka makan bersama dan sesekali Tania bercanda juga bercerita tentang masa lalunya.
"Mama nggak pulang?" tanya Anjani.
"Enggak ah, Mama mau disini aja nemenin kamu. Lagian kalo di rumah sepi juga," sahut Tania.
"Loh, Papa kemana?"
"Papa kamu keluar kota."
"Saya pikir di rumah aja, kan sekarang perusahaan Gavin yang kelola."
"Nggak semua diserahin, anak itu selalu bikin masalah. Bahkan, papa kamu saat ini sedang menyelidiki keuangan perusahaan cabang."
"Owh ... ya udah kalo gitu, saya nggak keberatan kalau Mama disini."
"Hemm, oh ya, Mama pengen dilukis dong sama kamu."
"Beneran mau dilukis, Ma."
"Iya."
"Ya udah, Mama duduk disini biar saya lukis tapi ini butuh waktu ya, Ma."
"Iya, nggak papa."
Anjani pun melukis mertuanya, dan Tania menemaninya sampai sore.
BERSAMBUNG
luar binasa Gavin ini
bener2 penjahat kelamin
😡😡😡😡
semoga datang karma pada mereka..
Anjani aja gak pernah gangguin hidup mu...kamu aja yang tiap hari usil...
orang ketus mank harus dibalas ketus 👍👍👍