NovelToon NovelToon
Pasutri Bobrok

Pasutri Bobrok

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikahmuda / Dikelilingi wanita cantik / Tunangan Sejak Bayi / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rrnsnti

Cegil? itulah sebutan yang pantas untuk Chilla yang sering mengejar-ngejar Raja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

cara licik

Minggu pagi yang tenang di kamar Chilla dan Raja. Sinar matahari mengintip melalui celah tirai, menyinari wajah Chilla yang perlahan terbangun dari tidurnya. Tubuhnya terasa hangat, dan ia segera menyadari sesuatu—tangan Raja melingkar di pinggangnya, memeluknya erat. Wajah Raja berada di dekat lehernya, menyentuh kulitnya dengan lembut.

Chilla hampir saja berteriak, tetapi ia menahan dirinya. Jika ia membuat keributan sekarang, momen ini akan hilang, dan Raja pasti akan bangun dengan ekspresi kesal seperti biasa. Tidak, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Chilla mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan degup jantungnya yang tiba-tiba berpacu lebih cepat.

Dengan hati-hati, ia meraih ponselnya yang tergeletak di meja kecil di samping tempat tidur. Chilla menyeringai licik. Ini bukti emas, pikirnya. Ia membuka kamera dan mulai memotret.

Klik.

Ia memotret wajah Raja yang tertidur. Wajah tenangnya ini jarang banget kelihatan kalau lagi bangun.

Klik.

Ia memotret posisi mereka, dengan tangan Raja yang masih melingkar di pinggangnya dan wajahnya yang setengah tenggelam di leher Chilla.

Klik.

Satu foto terakhir, ia memastikan wajah Raja terlihat jelas, senjata yang akan ia gunakan suatu hari nanti jika Raja berani macam-macam dengannya. Chilla tersenyum penuh kemenangan sambil mengamati hasil fotonya.

Namun, ide licik mulai muncul di kepala Chilla. Ia menurunkan kamera, memegang tangan Raja dengan hati-hati, dan meletakkannya di atas dadanya. Setelah itu, ia kembali memotret. “Ini buat bukti kalau lo suami gue, Ja. Kalau nanti lo masih pilih Sandra, gue bakal pake ini buat bikin lo nggak bisa nolak gue,” bisik Chilla pelan.

Ia menatap foto-foto itu dengan puas. Biarin gue main curang, toh gue istri sah lo. Gak ada yang salah kalau gue Berusaha mempertahankan hak gue sendiri, gumamnya dalam hati.

“Huft,” gumamnya pelan, “biarin gue pake cara kotor kaya gini. Lagian, Raja itu laki gue. Sia-sia banget gue ngejar dia bertahun-tahun kalau ujung-ujungnya gue kalah. Apalagi sekarang dia suami gue, gue nggak bakal lepasin dia gitu aja.”

Tiba-tiba, ia mendengar gumaman samar dari bibir Raja. Cepat-cepat, Chilla memejamkan matanya, berpura-pura masih tidur. Ia ingin mendengar bagaimana reaksi Raja saat menyadari posisinya.

Raja mulai menggerakkan tubuhnya perlahan, membuka matanya sedikit. Pandangannya kabur sejenak, tetapi kemudian ia membelalakkan mata ketika menyadari tangannya berada di tempat yang tidak seharusnya.

“Heh!” serunya kaget, segera menarik tangannya. Ia menatap Chilla yang tampak tertidur pulas, lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Gue gak semesum itu, gila. Apa-apaan ini? Kenapa gue meluk dia, bahkan... gitu?”

Raja mundur sedikit, duduk di tepi tempat tidur sambil menghela napas panjang. Wajahnya memerah karena malu dan kesal. “Pasti nih cewek yang ngejebak gue. Gue tidur gak pernah sambil pegang-pegang hal yang nggak senonoh!” gumamnya pelan.

Ia melirik Chilla yang masih terbaring dengan tenang. Wajahnya yang tampak damai membuat Raja semakin curiga. Ia mendekat dan melambaikan tangannya di depan wajah Chilla, mencoba memastikan apakah ia benar-benar tertidur. Namun, tidak ada reaksi.

“Dia tidur beneran, gak sih? Atau pura-pura? Tapi... kalau dia tidur beneran, kenapa tangan gue bisa sampai di situ? Aneh banget,” ujar Raja lagi, bingung dengan situasi yang terjadi.

Chilla, yang sebenarnya mendengar semua gumaman Raja, hampir tidak bisa menahan senyumnya. Dalam hati, ia merasa puas melihat Raja salah tingkah. Lo salah besar kalau mikir bisa lepas dari gue, Raja. Gue bakal bikin lo sadar kalau cuma gue yang pantas jadi istri lo.

Setelah beberapa menit, Raja akhirnya berdiri dari tempat tidur. Ia berjalan ke jendela dan membuka tirai, membiarkan cahaya matahari masuk sepenuhnya ke dalam kamar. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya.

“Gue gak boleh mikir aneh-aneh. Ini cuma kecelakaan. Lagian, gue gak mungkin suka sama dia. Dia cuma cewek yang selalu bikin masalah,” gumam Raja sambil menatap keluar jendela. Namun, entah kenapa, ada perasaan aneh yang muncul di hatinya.

Setelah merasa lebih tenang, Raja kembali ke tempat tidur. Ia duduk di tepi ranjang, menatap Chilla dengan ekspresi rumit. “Kenapa lo harus jadi istri gue, sih? Hidup gue bakal jauh lebih gampang kalau gue gak harus berurusan sama lo,” katanya pelan.

Chilla masih pura-pura tidur, tetapi mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Raja. Meskipun ucapan itu terdengar kasar, ia merasa ada sedikit perubahan dalam nada suara Raja—seolah ada kebingungan di sana.

Raja akhirnya berdiri lagi dan berjalan keluar dari kamar, mungkin untuk menenangkan pikirannya. Setelah memastikan Raja sudah pergi, Chilla membuka matanya perlahan dan tersenyum puas.

“Raja, lo emang keras kepala, tapi gue tahu lo mulai goyah. Gue bakal bikin lo sadar kalau gue lebih dari cukup untuk lo,” ujarnya dengan penuh tekad.

*****

Pagi yang cerah menyambut keluarga kecil di rumah Bunda Mila. Setelah keluar dari kamar, Raja menuju ruang tengah, di mana Bunda Mila tengah sibuk menata meja makan untuk sarapan. Melihat menantunya itu, Bunda Mila menyapanya dengan ramah.

“Raja, Chilla udah bangun? Gimana tidurnya, nyenyak nggak, sayang?” tanya Bunda Mila sambil tersenyum.

Raja, yang masih sedikit gelisah akibat kejadian pagi tadi, mencoba menutupi rasa malunya. “Nyenyak, Bun. Eh, ayah mana?” tanyanya, mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Ayah lagi kasih makan ikan-ikan di kolam belakang,” jawab Bunda Mila dengan santai sambil melipat serbet.

Raja mengangguk. “Kalau gitu, aku pamit dulu, Bun. Mau ketemu ayah sebentar,” katanya sebelum berjalan keluar menuju halaman belakang.

Begitu Raja menghilang dari pandangan, Bunda Mila mendekati Chilla, yang baru saja duduk di ruang makan dengan senyum mengembang.

“Gimana, Chilla? Kamu sama Raja udah... ya, tahu sendiri, kan?” tanya Bunda Mila dengan nada penuh harap.

Chilla terkejut mendengar pertanyaan ibunya, namun ia segera tersenyum kecil sambil menggeleng. “Belum, Bun. Chilla masih mau tunggu sampai Raja benar-benar cinta sama Chilla dulu. Chilla nggak mau hubungan kita cuma sebatas status suami istri tanpa perasaan,” ujar Chilla jujur.

Bunda Mila menatap putrinya dengan penuh kasih sayang. “Kamu benar, Nak. Raja memang keras kepala, tapi dia lelaki baik. Kalau kamu sabar dan terus berusaha, Bunda yakin dia pasti luluh,” ujar Bunda Mila sambil menggenggam tangan Chilla.

“Tapi, Bun, aku perlu bantuan Bunda buat ngejaga Raja. Aku nggak mau dia berpaling ke wanita lain. Apalagi sama Sandra. Aku nggak rela!” kata Chilla tegas, menunjukkan tekadnya.

Mendengar ucapan putrinya, Bunda Mila mengangguk dengan semangat. “Kamu tenang aja, Chilla. Bunda selalu di pihak kamu. Bahkan Mama Citra juga pasti bakal bantuin kamu. Dia kan sayang banget sama kamu, kayak putrinya sendiri,” ucap Bunda Mila dengan penuh keyakinan.

Chilla tersenyum lega. Ia merasa beruntung memiliki ibu dan ibu mertua yang selalu mendukungnya. Selama ini, Mama Citra memang selalu memperlakukannya dengan baik, bahkan seperti anak kandungnya sendiri. Ia tahu, dukungan dari dua wanita itu akan menjadi kekuatan besar baginya untuk mempertahankan Raja.

“Terima kasih, Bun. Chilla bersyukur punya Bunda yang selalu mendukung Chilla. Dan Mama Citra juga... Chilla nggak nyangka kalau mertua bisa sebaik itu sama menantunya,” ujar Chilla dengan mata berbinar.

“Ya iyalah, Chilla. Kamu kan istri sah Raja, menantu yang baik. Jadi, kamu nggak usah khawatir. Kalau ada apa-apa, bilang sama Bunda atau Mama Citra. Kita pasti bantuin kamu,” kata Bunda Mila sambil mengelus punggung Chilla.

Chilla mengangguk penuh semangat. Ia merasa semakin yakin untuk memperjuangkan cintanya. Dalam hati, ia berjanji tidak akan membiarkan Sandra atau wanita lain menghancurkan rumah tangganya dengan Raja.

Sementara itu, di halaman belakang, Raja sedang berbincang dengan Ayah Bumi sambil melihat ikan-ikan yang berenang di kolam. Meski terlihat santai, pikirannya masih dipenuhi kebingungan tentang hubungan pernikahannya dengan Chilla.

“Ada yang mengganggu pikiranmu, Raja?” tanya Ayah Bumi tiba-tiba, melihat menantunya yang tampak melamun.

Raja tersentak, lalu tersenyum tipis. “Ah, nggak, Yah. Cuma lagi mikirin tugas sekolah aja,” jawabnya singkat.

Ayah Bumi menepuk bahu Raja sambil tersenyum. “Bagus itu, tapi jangan lupa, kamu punya istri sekarang. Luangkan waktu untuk dia, ya. Chilla itu perempuan yang baik, Raja. Ayah yakin, kalau kamu beri dia kesempatan, kamu nggak akan nyesal,” ucapnya bijak.

Raja hanya mengangguk tanpa banyak berkata. Dalam hatinya, ia tahu apa yang dikatakan Ayah Bumi benar, tapi perasaannya masih terlalu rumit untuk dijelaskan.

Setelah selesai berbincang, Raja kembali ke ruang makan, di mana Chilla dan Bunda Mila sedang berbincang santai. Melihat Raja mendekat, Chilla langsung tersenyum manis, membuat Raja merasa sedikit canggung.

“Ayo, Ja. Sarapan dulu. Bunda masak khusus buat kamu, lho,” kata Bunda Mila sambil menunjuk meja makan yang sudah penuh dengan hidangan.

Raja hanya mengangguk, mengambil tempat duduk di samping Chilla. Dalam hati, ia merasa semakin sulit menghindar dari perhatian Chilla, apalagi dengan dukungan penuh dari kedua keluarga mereka. Namun, ia tetap berusaha menjaga jarak, meski perlahan ia mulai menyadari sisi lain dari Chilla yang mungkin selama ini ia abaikan.

1
Kelinciiiii
bersyukur ja
Ciaa
ayo lanjut seru juga ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!