Mayumi Kyra Anindira,seorang remaja biasa yang ternyata jago beladiri dan mempunyai Indra ke 6 tanpa orang lain tahu.
Kehidupannya yang flat dan damai menurutnya,seketika berubah karena kedatangan si kembar Nala dan Narendra. Yang ternyata adalah anak pemilik yayasan. Nala yang selalu ingin di dekat Yumi dan Narendra yang tertarik pada kepribadian Yumi,merubah hidupnya seperti roller coaster.
Bagaimanakah kisah mereka?
Petualangan apa yang sedang menunggu mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 31
Rendra pun mencium kening, kedua mata,hidung dan kedua pipi Yumi. Tak lama ia pun tertidur di sebelah Yumi dengan memeluknya secara posesif.
Selamat pagi
Waktu pun sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Yumi sudah terbangun,ia melihat wajah Rendra dari dekat. Ia pun tersenyum...
" Ren...bangun. Udah siang" ucap Yumi,namun Rendra tetap tak bergeming.
" Sayang...bangun" ucap Yumi seraya mencium pipi Rendra. Dan Rendra pun seketika membuka matanya. Sehingga membuat Yumi tertawa.
" Kenapa?" tanya Rendra dengan suara khas bangun tidurnya.
" Kamu kaya putri tidur,yang bangun setelah mendapatkan ciuman dari pangeran." ucap Yumi
Rendra pun terdiam. " Kamu menciumku?" ucapnya yang membuat Yumi terdiam. Malluuuu...ia pun menenggelamkan wajahnya di dada Rendra.
Rendra pun tertawa.
" Bolehkah di ulang? Aku tidak tau kamu menciumku." ucapnya
" Udah ihh...jangan di bahas lagi. Udah menghubungi ibu dan yang lain belum?" tanya Yumi mengalihkan pembicaraan.
Rendra pun baru ingat,bila ia belum menghubungi keluarganya dan ibu. Ia langsung bangun dan mengambil ponselnya untuk menghubungi ibu.
Saat Rendra keluar, masuklah suster membawa sarapan untuk Yumi.
" Sus.. bisakah membantuku membersihkan tubuh ini. Rasanya sangat tidak nyaman." ucap Yumi
Suster itu pun menyanggupi permintaan Yumi. Dan suster pun memapah Yumi masuk kamar mandi. Saat Rendra masuk,ia bingung karena Yumi tak ada. Saat ia akan mencari keluar,ia mendengar suara dari kamar mandi. Akhirnya ia duduk menunggu Yumi di sofa sambil memainkan ponselnya.
ceklek....
Yumi pun keluar dan terlihat lebih segar. Ia sudah berganti baju dengan baju pasien yang di bawa oleh suster tadi. Rendra pun menghampiri Yumi mengganti suster untuk memapah Yumi. Namun bukan di papah,Rendra malah menggendong Yumi. Pemandangan yang membuat suster itu iri, suster itu pun berlalu keluar.
" Kamu sarapan dulu ya,lalu minum obatnya. Mau aku suapi?" tawar Rendra
" Aku bisa makan sendiri,yang sakit punggungku bukan tanganku." ucap Yumi
" kau sudah siuman? Huft..kau membuat semua orang panik. menyebalkan.." ucap Maria yang tiba-tiba datang
" Astaghfirullah...kenapa kamu selalu mengagetkan aku, bisa-bisa aku mati karena serangan jantung" ucap Yumi di sebelah Rendra.
" Maria?" tanya Rendra
Yumi pun mengangguk..
"kamu tau..aku iri melihatmu. Rendra benar-benar takut kehilanganmu. Oohh..aku sangat ingin di posisimu." ucap Maria
" Benarkah?" tanyanya namun matanya melihat pada Rendra, sehingga Rendra mengangkat sebelah alisnya. Namun di jawab senyuman oleh Yumi. Saat ini Yumi sedang memakan sarapannya.
" Benar... tampilannya sempat kacau saat kamu masuk IGD. Dan asal kamu tau,Rendra juga yang sudah mendonorkan darahnya untukmu. Karena saat itu kamu kehilangan banyak darah." ucap Maria yang membuat Yumi meneteskan air matanya.
' Sebesar itukah ia mencintaiku?' tanya Yumi dalam hatinya
Rendra pun bingung melihat Yumi yang tiba-tiba menangis. Dan menghapus air matanya.
" Sayang...ada apa denganmu? Kenapa menangis hmm?? " tanya Rendra
" Maria apa yang sudah kamu katakan pada Yumi?" tanya Rendra walaupun ia tak bisa melihatnya. Dan memeluk Yumi.
" Haishhh.. pasangan bucin, menyebalkan" ucap Maria seraya menghilang
" Terimakasih... terimakasih sudah mendonorkan darahmu untukku. Aku berhutang nyawa padamu, I love you" ucap Yumi seraya memeluk Rendra. Rendra pun tersenyum dan membalas pelukan Yumi.
" Akupun berhutang nyawa padamu,bila kamu tidak menghalau pisau itu, mungkin aku yang tertusuk. Terimakasih dan i love you to." ucap Rendra.
" Ekhem...."