NovelToon NovelToon
Bukan Sekedar Secretary

Bukan Sekedar Secretary

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Chicklit
Popularitas:15k
Nilai: 5
Nama Author: nenah adja

Bunga itu telah layu sejak lama, menyisakan kelopak hitam yang berjatuhan, seperti itulah hidup Hanna Alaya Zahira saat ini, layu dan gelap.Hanna adalah seorang sekretaris yang merangkap menjadi pemuas nafsu bosnya, mengantungi pundi-pundi uang dalam rekeningnya, namun bukan tanpa tujuan dia melakukan itu. Sebuah rahasia besar di simpan bertahun-tahun. Pembalasan dendam.. Edgar Emilio Bastian bos yang dia anggap sebagai jembatan mencapai tujuannya menjadikannya simpanan dibalik name tag sekretarisnya, membuat jalannya semakin mulus. Namun, di detik-detik terakhir pembalasan dendam itu dia justru terjerat semakin dalam pada pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siasat

Hanna memasuki apartemen yang di belikan Edgar. Apartemen atas namanya, tentu saja, dan karena itu ini adalah miliknya.

Ini hanya bentuk kecil miliknya yang di rebut dari tangannya oleh Siska, dan tentu saja dia layak menikmatinya, hanya saja dia mendapatkannya dengan cara berbeda.

Hanna meletakan sepatu yang dia lepaskan ke rak di dekat pintu. "Dari mana saja kamu?" Hanna mendongak dan terkejut saat melihat Edgar berdiri di tengah ruangan. Pria itu berdiri dengan menyilangkan tangannya di dada.

"Kamu datang?" Hanna melangkah mendekat setelah menggunakan sandal rumahan.

"Kamu tidak menjawab pertanyaanku," ucap Edgar lagi.

"Main." Hanna meletakan tasnya di sofa lalu berjalan untuk memeluk tubuh Edgar. Ada rasa hangat yang mengaliri tubuhnya setelah tadi dia diluar dan di terpa angin malam.

"Bukankah aku bilang jangan pergi ke klub lagi!"

Hanna melepas pelukannya, dan mendudukkannya di sofa. "Aku beneran main. Lagi pula mau apa datang, sudah ku bilang aku sedang datang bulan."

"Apa peduliku."

Hanna mengeryit. "Maksudmu kamu akan tetap bercinta meski aku sedang datang bulan?" Hanna menggeleng cepat. "Maaf Pak, aku masih sayang diriku."

"Kamu pikir aku segila itu?" Edgar mendudukan dirinya di sebelah Hanna. "Jadi dari mana saja hari ini?"

"Main, aku bermain mobil mainan, dan bola basket yang di lempar dari jarak dekat." Hanna memperagakan gerakan melempar bola, lalu tersenyum.

Edgar terkekeh. "Kamu main mainan anak- anak?" Dia mengejek, tapi melihat Hanna yang antusias Edgar nampak tertarik.

Hanna masih tersenyum. "Kamu benar aku biasanya bermain hal dewasa, seperti memuaskan kamu, makanya aku kalah terus. Dia juga bilang aku payah."

"Siapa yang bilang begitu?"

"Naomi."

Edgar mengerutkan keningnya. "Naomi?"

Hanna menoleh dan melihat wajah bingung Edgar. "Ya, awalnya aku mau ke klub, tapi di jalan aku melihat Naomi, jadi kami pergi ke arena bermain."

"Dia bilang aku payah, karena kalah darinya. Aku sepertinya akan lebih sering kesana. Menyebalkan, enak saja aku di ejek anak kecil..." Edgar menarik sudut bibirnya tanpa sadar. Entah kenapa dia suka mendengar cerita Hanna. Wanita itu masih bicara bahkan sambil tersenyum seolah apa yang dia lakukan hari ini menyenangkan. Pantas saja Naomi ingin Hanna menjadi pengasuhnya. Meski bibir Hanna berkata menyebalkan, tapi terlihat dia begitu tulus. Tak dapat di pungkiri Edgar merasa membutuhkan ini, berbicara apa saja yang penting dia bisa mendengar suara di sekitarnya, agar hatinya bisa menghangat. Namun dia tak pernah mendapatkannya lagi sejak dua tahun pernikahan, dan sejak tahu perselingkuhan Siska. Entah siapa awalnya yang menjauh, tapi Edgar merasa sejak awal tak pernah ada kehangatan dalam rumah tangganya. Hingga lambat laun semua menjadi biasa. Dia tak membutuhkan itu lagi. Tapi saat ini dia suka mendengar cerita Hanna meski ini hanya hal kecil yang wanita itu alami.

Dan bahkan bukan pembicaraan yang bisa menaikan gairah seperti biasanya.

Edgar menarik Hanna untuk merebahkan kepalanya di dadanya. Awalnya Hanna tertegun, lalu dia kembali membicarakan kesehariannya dengan Naomi.

"Waktu aku antar Naomi pulang, aku melihat Nyonya." Edgar menghentikan gerakannya yang mengelus rambut Hanna.

"Kenapa kamu gak pulang saja. Setidaknya kamu bisa bercinta dengannya?"

"Kamu tidak suka aku disini?"

Hanna terkekeh, lalu jarinya bermain di dada Edgar. "Aku suka, tapi bukankah dia akan curiga kalau kamu gak pernah pulang? Lagi pula aku sedang tidak berguna setidaknya satu minggu kedepan."

"Dia tidak akan peduli. Lagi pula ada cara lain." Dengan mudah Edgar mengangkat Hanna agar duduk di pangkuannya dan mengarah padanya.

Edgar menangkup pipi Hanna lalu jari jempolnya bergerak mengelus sudut bibir Hanna lalu masuk secara perlahan, keluar lagi, masuk lagi.

Hanna tersenyum lalu melumat jempol Edgar yang masih nakal bermain dengan mulutnya.

"Oh, ya?" Hanna menjulurkan lidahnya dan menj ilat telapak tangan Edgar. "Tapi, sebelum itu ..." Hanna menghentikan ucapannya lalu mendekatkan bibirnya di telinga Edgar. "Tangkap aku." Dengan cepat Hanna turun dan berlari ke arah kamar, meninggalkan Edgar yang terkekeh.

Edgar mengeluarkan ponsel dari saku celananya lalu menghubungi Dani. "Dani, mulai sekarang tambah orang untuk mengawasi Naomi. Jangan biarkan hal kecil pun terjadi padanya," ucap Edgar masih dengan menatap pintu kamar yang di masuki Hanna. Mata Edgar berubah tajam. Dia tak tahu apa yang Hanna inginkan sebenarnya dengan mendekatinya, meski dia tahu garis besar masa lalu Hanna. Jadi dia harus tetap waspada. Tentu saja Edgar tidak akan diam jika Hanna membahayakan putrinya.

Setelah mematikan teleponnya, Edgar beranjak dan menyusul Hanna ke dalam kamar.

Di pagi hari tugas Hanna bertambah, yaitu mengantar Naomi sebelum pergi ke kantor. Semalam Edgar mengatakan jika Naomi ingin dia yang mengantar dan menjemputnya ke sekolah.

Tidak masalah, karena itulah dia mendekati Naomi. Dia semakin dekat dengan tujuannya.

Saat memasuki rumah Edgar, Hanna melihat Siska sudah siap dan cantik diikuti dengan asistennya yang membawakan tasnya.

"Selamat pagi Hanna," ucap Siska.

"Pagi, Nyonya."

Siska tersenyum dengan mata memicing. "Bagaimana penampilanku?" Siska menggerakkan tangannya dari ata ke bawah.

"Sempurna Nyonya. Andai aku tidak sedang bekerja aku ingin meminta foto denganmu."

Siska tertawa. "Baiklah, kamu akan menjemput Naomi?"

"Ya." Hanna menunduk hormat dan membiarkan Siska melewatinya.

"Kau mengenalnya?" Siska menoleh ke belakang dimana asistennya berada.

"Ya, dia sekretaris Edgar."

"Tidak. Maksudku bukankah kau tidak suka terlalu akrab dengan orang lain."

Siska tertawa kecil. "Dia pengecualian. Aku menyukainya." Siska melambaikan tangannya ke arah Hanna. "Tapi, aku suka. Meski dia pernah menolongku, dia tidak merasa dia berjasa. Lihat dia tetap menghormatiku," katanya saat melihat Hanna menunduk hormat padanya.

Hanna masih menatap punggung siska hingga wanita itu memasuki mobilnya, dan melambaikan tangan ke arahnya dan tentu saja Hanna membalasnya dengan menundukkan tubuhnya.

Hanna menyunggingkan senyumnya saat mengingat ucapan Siska semalam, dan Siska benar-benar mengubah cara pandangnya saat mengingat kalau mereka memang pernah bertemu.

"Kau benar-benar mengingatku rupanya." Hanna tersenyum.

"Ah, kamu gadis itu!" Siska berseru saat mengingat dia benar-benar pernah bertemu Hanna.

"Ck, maaf, aku sempat lupa. Harusnya saat kemarin Edgar mengenalkan kamu aku ingat. Dan ya, aku belum berkata terimakasih untuk pertolonganmu terakhir kali."

Hanna mengangguk. "Aku tidak sepenting itu, nyonya. Lagi pula sudah beberapa bulan. Maka pantas saja jika anda lupa."

"Tapi, kalau bukan karena kamu, aku pasti sudah di permalukan oleh teman- temanku."

"Sudah ku bilang karena kamu adalah idolaku, karena itu aku melakukannya."

Siska terkekeh, "Baiklah berapa nomer rekeningmu, aku akan mengganti uangmu."

.....

Hari itu lima bulan lalu, hari dimana Siska pergi bersama teman-teman untuk berbelanja, lalu mereka makan di sebuah restoran mewah, dan melakukan taruhan, siapa yang kalah akan membayar tagihan makan mereka. Dan karena Siska kalah, dialah yang harus membayar. Tidak masalah sebab bagi Siska tagian itu hanya sedikit. Namun saat itu dia menyadari jika dia kehilangan dompetnya.

Siska berpikir, jika dia mengatakan dompetnya hilang, teman- temannya akan mengejeknya jika dia hanya beralasan karena tak mau membayar.

Jadi Siska memutuskan untuk menghubungi asistennya untuk mengirimkan uang padanya, namun asistennya mengatakan jika dia bisa datang dalam satu jam. Sementara Siska dan teman- temannya sudah selesai makan, jadi bagaimana bisa dia menunggu lama. Di saat inilah sama Hanna datang dan mengatakan menemukan dompetnya.

"Maaf, Mbak. Ini punya kamu?" Siska mengerutkan keningnya saat melihat dompetnya ada di tangan Hanna. "Ternyata benar, kamu model itu ... ah ada seseorang yang membuangnya di dekat tempat sampah, dan saat aku melihat ada identitas kamu aku pikir akan menyerahkannya pada keamanan. Tapi aku melihatmu dan mengejarmu, ternyata kamu benar- benar model itu."

Siska membuka dompetnya dan berdecak kesal saat melihat isi dompetnya kosong.

"Ada apa? Apa isinya hilang?"

"Tentu saja. Aku harus memblokir atmku sekarang." Hanna mengangguk. "Sekarang bagaimana aku membayar tagihanku, sial."

"Maaf, aku menyesal. Andai aku tahu dia mencuri mungkin aku akan mengejarnya, meskipun aku tahu tidak akan bisa." Hanna terkekeh, namun Siska tak menanggapi. "Begini saja, berapa yang harus kamu bayar, biar aku bantu."

Siska melihat Hanna dari atas ke bawah seolah menilai lewat penampilannya. "Kamu yakin?"

"Dengan satu syarat. Bolehkah aku berfoto denganmu? aku sangat menyukaimu."

Siska terkekeh. "Sudahlah, ini bukan uang kecil."

Hanna masih tersenyum, lalu mengeluarkan atmnya. "Ada seratus juta di sini." Siska menaikan alisnya.

"Baiklah." Hanna bertepuk tangan, lalu mengarahkan kamera ponselnya dan memotret dirinya bersama Siska. "Terimakasih, aku akan memamerkannya pada teman- temanku." Siska terkekeh.

"Kalau gitu aku akan mengambil ini. Aku akn menggantinya lewat asistenku." Namun saat asisten Siska datang dia tak menemukan Hanna.

Seperti itulah Siska bertemu Hanna, dan tanpa Siska tahu semua itu telah di rencakan Hanna agar dia bisa dekat dengan Siska. Bahkan Hanna sendiri yang meminta orang mencuri dompet Siska.

"Ternyata sangat mudah, dan sayang sekali, itu bukan pertemuan pertama kita Siska," gumam Hanna lalu melanjutkan langkahnya memasuki rumah untuk menjemput Naomi.

.....

Jadi Hanna sudah merencanakannya dengan matang ya guys.

1
Ar Rasyha
untung urep no ndeso gk kenal diskotek yo gk kenal lc /Facepalm//Facepalm/
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
LC memang meresahkan.. gak didunia novel gak didunia nyata
Rahmawati
ini malah Hanna yg jatuh cinta duluan sm edgar
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
Bo Ra
wkwk mba2 LC lg viral ya kk thor😁
yuning
Edgar pemain Hanna
Erna Wati
ya Hanna,kau cemburu..kau mulai jatuh cinta pd Edgar.
mbu ne
nah kan...Hanna mulai terjebak permainan sendiri...
Rahmawati
Hanna iseng bgt sih, Edgar beneran khawatir
Rabiatul Addawiyah
Edgar pasti sdh mencintai Hanna neh...bukan krn nafsu utk bercinta diatas kasur sj tp hatinya jg
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
datang bulan kok berenang thor
Ceu Nah: udah dari kemarin kak, masa banyak terus😅
total 1 replies
yuning
jangan main main sama nyawa
Rahmawati
Siska mulai curiga kayaknya
Rahmawati
naomi hanya butuh perhatian
Rabiatul Addawiyah
Aamiin YRA
Bo Ra
cerita nya bagus kk
yuning
oh Siska pasti curiga tapi semoga gak secepat itu ,sistah
mbu ne
apakah Hanna mulai memberikan kode2 untuk menyingkirkan Siska? 🤔
mbu ne
atur aja K...🤭
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!