Monika (23), seorang aktris multitalenta dengan karier gemilang, harus menghadapi akhir hidupnya secara tragis, kepleset di kamar mandi! Namun, bukannya menuju alam baka, ia justru terbangun di tubuh seorang wanita asing, dalam satu ranjang dengan pria tampan yang tidak dikenalnya.
Saat matanya menyapu ruangan, ia segera menyadari bahwa dunia di sekitarnya bukanlah era modern yang penuh teknologi. Ia terjebak di masa lalu, tepatnya tahun 1990! Sebelum sempat memahami situasinya, penduduk desa menerobos masuk dan menuduhnya melakukan dosa besar: kumpul kebo!
Lebih parahnya lagi, tunangan asli pemilik tubuh ini datang dengan amarah membara, menuntut pertanggungjawaban. Monika yang dikenal mulut tajam dan suka tawuran harus mencari cara untuk keluar dari kekacauan ini. Bagaimana ia bisa bertahan di masa lalu? Dan siapa sebenarnya pria tampan yang terbangun bersamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbelanja Perlengkapan Rias
Setelah keluar dari salon, Lin Momo berjalan menuju toko perlengkapan rias. Ia ingin membeli alat-alat yang diperlukan untuk merias adik Nyonya Li di pernikahannya besok. Ini adalah kesempatan besar baginya untuk menunjukkan bakat dan mungkin bahkan memulai karier baru di tahun 1990 sebagai perias wajah.
Saat memasuki toko kosmetik, aroma bedak dan parfum khas langsung tercium. Rak-rak kayu dipenuhi dengan berbagai produk kecantikan seperti lipstik, bedak, dan pensil alis. Pemilik toko, seorang wanita paruh baya dengan rambut digulung rapi, menyambutnya dengan senyum ramah.
"Selamat datang! Apa yang bisa kubantu?" tanya pemilik toko sambil memperhatikan Lin Momo yang terlihat antusias melihat-lihat barang.
Lin Momo tersenyum. "Aku ingin membeli beberapa perlengkapan rias. Aku akan merias pengantin besok, jadi aku butuh produk terbaik."
Mata pemilik toko berbinar. "Oh! Jadi kau seorang perias? Wah, jarang sekali ada perias muda di sini. Biasanya wanita hanya merias diri sendiri atau pergi ke salon. Kau pasti sangat berbakat!"
Lin Momo tertawa kecil. "Aku baru mulai, tapi aku ingin memberikan hasil terbaik."
Pemilik toko mengangguk puas. "Baiklah! Aku akan membantumu memilih produk yang tepat. Untuk pernikahan, biasanya orang-orang menggunakan bedak putih tebal, alis tipis melengkung, dan lipstik merah menyala. Seperti ini!" Ia mengambil beberapa produk dan menunjukkan contoh tampilan khas tahun 1990.
Lin Momo melihat bedak yang sangat terang dan tebal, pensil alis hitam dengan ujung tajam, serta lipstik merah menyala yang sangat kontras. Dalam hati, ia ingin tertawa. Astaga, ini sangat berbeda dari tren tahun 2024!
Ia berpikir sejenak sebelum berkata, "Hmm, sebenarnya aku ingin mencoba sesuatu yang berbeda."
Pemilik toko mengernyitkan dahi. "Berbeda? Maksudmu bagaimana?"
Lin Momo tersenyum. "Aku ingin membuat tampilan yang lebih alami. Riasan yang ringan tapi tetap menonjolkan kecantikan alami si pengantin. Tidak terlalu tebal atau berlebihan."
Pemilik toko tampak terkejut. "Lho, tapi di sini semua orang suka riasan tebal! Kalau tidak putih, nanti wajahnya terlihat kusam di foto!"
Lin Momo menggeleng. "Justru itu. Aku ingin menggunakan teknik baru yang lebih modern. Seperti contouring untuk membentuk wajah, eyeshadow dengan gradasi yang lembut, dan lipstik dengan warna yang lebih natural."
Pemilik toko tampak bingung. "Contouring? Gradasi? Itu apa?"
Lin Momo tersenyum dan mulai menjelaskan. "Contouring adalah teknik menggunakan warna yang lebih gelap untuk menonjolkan bentuk wajah. Misalnya, sedikit shading di bawah pipi agar wajah terlihat lebih tirus dan berdimensi."
Pemilik toko mengangguk perlahan. "Menarik… dan gradasi itu?"
"Gradasi pada eyeshadow berarti warna yang bertahap, dari terang ke gelap, agar terlihat lebih natural dan tidak seperti garis tegas." Lin Momo mengambil sebuah palet eyeshadow dan menunjukkan contoh. "Misalnya, warna emas di tengah kelopak mata, lalu sedikit cokelat di ujungnya untuk efek mendalam."
Pemilik toko mulai terlihat penasaran. "Wah, cara ini terdengar lebih elegan. Tapi apakah ini akan terlihat bagus di foto?"
Lin Momo mengangguk yakin. "Tentu saja! Aku juga ingin menggunakan foundation yang sesuai dengan warna kulit, bukan bedak putih tebal. Ini akan membuat pengantin terlihat lebih segar dan alami."
Pemilik toko tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya tersenyum. "Baiklah, aku akan membantumu memilih produk yang sesuai dengan keinginanmu. Tapi aku penasaran, dari mana kau belajar semua ini?"
Lin Momo tersenyum samar. "Anggap saja aku banyak belajar dari berbagai sumber."
Mereka mulai berkeliling toko, memilih produk satu per satu. Lin Momo mengambil foundation dengan warna kulit yang lebih alami, blush on peach yang memberi efek segar, serta lipstik nude pink yang lembut.
Saat mengambil maskara, pemilik toko bertanya, "Biasanya orang-orang di sini lebih suka bulu mata palsu yang tebal. Kau tidak ingin menambahkannya?"
Lin Momo menggeleng. "Aku akan menggunakan maskara waterproof yang bisa memberikan efek panjang dan lentik secara alami. Bulu mata palsu yang terlalu tebal bisa membuat mata terlihat berat."
Pemilik toko terkagum-kagum. "Wah, teknikmu benar-benar berbeda dari yang biasa kami lakukan."
Lin Momo tersenyum. "Aku yakin ini akan menjadi tren suatu hari nanti."
Setelah selesai memilih semua perlengkapan, pemilik toko membantu Lin Momo menghitung total belanjaannya.
"Semua ini totalnya 150 yuan. Karena kau pelanggan pertama yang membawa ide baru, aku akan memberi sedikit diskon. Kau cukup membayar 130 yuan saja."
Lin Momo tersenyum senang. "Terima kasih banyak! Aku pasti akan kembali lagi ke sini jika butuh produk lain."
Pemilik toko mengangguk. "Tentu! Dan besok setelah kau merias pengantin, datanglah lagi dan ceritakan hasilnya. Aku ingin tahu apakah metode barumu benar-benar berhasil."
Lin Momo mengangguk yakin. "Aku pasti akan kembali. Terima kasih!"
Setelah membayar, ia membawa kantong belanjaannya dan keluar dari toko dengan penuh semangat. Ia tak sabar untuk mencoba teknik riasan modern di dunia yang masih menggunakan metode lama.
Dalam hati, ia berkata pada dirinya sendiri, "Aku akan membuat pengantin itu terlihat paling cantik di hari pernikahannya. Dan ini mungkin awal dari karier baruku sebagai perias wajah di tahun 1990."
Yan Zhi yang telah selesai mencuci muka kini tampak lebih segar. Ketika kembali ke ruang tamu, ia mendapati Zhou Qie, asistennya, sudah duduk santai di salah satu kursi.
"Pagi, Tuan Yan," sapa Zhou Qie dengan senyum ramah.
Namun, Yan Zhi justru terlihat panik. Matanya celingak-celinguk mencari sosok Lin Momo. "Kenapa kau di sini? Kenapa tidak menunggu di mobil? Kalau istriku tahu, bagaimana?" bisiknya dengan nada cemas.
Zhou Qie terkekeh kecil. "Tenang saja, Tuan. Saya bertemu dengan Nyonya di halaman tadi, dan dia sendiri yang menyuruh saya masuk."
"APA?" Yan Zhi hampir melonjak kaget.
"Tenang, Tuan," Zhou Qie segera menenangkan. "Saya tidak bilang apa pun tentang pekerjaan Anda. Saya hanya mengatakan bahwa saya teman Anda sekaligus sopir pemilik pabrik sepatu."
Yan Zhi menghela napas lega. "Baiklah, asal dia tidak curiga."
Zhou Qie menatap bosnya dengan senyum jahil. "Tuan ini kenapa? Kenapa Anda begitu takut istri tahu? Bukankah dia istri Anda sendiri?"
Yan Zhi melotot. "Tentu saja aku takut! Aku belum ingin dia tahu siapa aku sebenarnya. Lagipula, kalau dia tahu aku pemilik pabrik sepatu, dia pasti mulai bertanya-tanya banyak hal!"
Zhou Qie terkekeh. "Benar juga, Nyonya sepertinya wanita yang cerdas. Dia pasti langsung mencari tahu lebih lanjut."
Yan Zhi duduk di kursi seberang Zhou Qie dan mengubah topik pembicaraan. "Bagaimana dengan mess untukku? Apakah sudah siap?"
Zhou Qie mengangguk. "Sudah, Tuan. Semua kamar sudah disiapkan sesuai permintaan Anda."
Yan Zhi mengangguk puas. "Bagaimana dengan perlengkapan di dalam rumah? Semua sudah lengkap?"
"Ya, Tuan. Semua perabotan, termasuk lemari, meja kerja, dan kasur, sudah tersedia. Anda bisa mengeceknya sendiri nanti." ucap Zhou Qie.
Yan Zhi menghela napas lega. "Bagus. Kalau begitu, Oh, kau siapkan juga di dalam rumah ku nanti, TV, lemari pendingin, Kipas, mesin jahit dan juga sepeda."
"Baik, Tuan." ucap Zhou Qie dengan mantap.
"Aku ingin lusa sudah pindah kesana." ucap Yan Zhi.
"Ya, Tuan. Akan saya siapkan semuanya." jawab Zhou Qie.
Mereka berdua berjalan menuju mobil yang diparkir tak jauh dari rumah Yan Zhi. Begitu masuk ke dalam mobil, Yan Zhi duduk di kursi belakang dengan ekspresi serius. Zhou Qie segera menyalakan mesin dan mulai mengemudi.
mau ketemu menantu dan mertua teh drama aja 🤦🏼
akhirnya timbul kesalah pahaman kan kasian momo kena impeknya kecewa aja ma yang zie 😏laki g tegas
gassskeun...
lanjut..
tinggal siap2 menunggu ibu mertua datang aja mo..