Kepercayaan adalah tonggak dari sebuah hubungan. Mempercayai seseorang bukanlah kesalahan, namun mempercayai seseorang yang baru kita kenal itulah yang bisa menjadi sebuah kesalahan. Dan.. Inilah yang terjadi pada Nadien, hidupnya yang damai seketika berubah menjadi penuh tekanan dan rasa sakit. Jiwa dan raganya disakiti terus menerus oleh pria yang ia cintai, pria yang mulut nya berkata Cinta. Namun, terdapat dendam di balik itu semua.
Akankah Nadien mampu melewati ujian hidupnya dan membuat pria tersebut mencintainya? Ataukah, memilih menyerah dan pergi meninggalkan pria yang selama ini telah menyakitinya?
Penasaran..? Cuss langsung baca ceritanya, di cerita baru Author Dendam Dibalik Cinta Mu by. Miutami Rindu🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miutami Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sheryl Isabella
Entah sudah air mata ke berapa yang jatuh dari mata Nadien. Kepalanya seolah tengah mencerna setiap kata yang Gavin ucapkan, ada rasa tidak terima di hatinya. Tapi inilah kenyataan nya, sakit. Sangat sakit, rasanya impian yang selama ini ia bangun seolah runtuh begitu saja. Bahkan mereka belum memulai hubungan ini, tapi Gavin sudah menghancurkan segala impian dan harapan nya.
"Mari Non kita keluar, " ujar bi Sari yang juga ikut menitikan air mata melihat keadaan Nadien.
Pasalnya baru kemarin mereka menikah, tapi sekarang hubungan mereka sudah sangat berantakan. Tak pernah bi Sari bayangkan hubungan Gavin dan Nadien akan menjadi seperti ini.
Nadien menggeleng, "Enggak. Bibi bisa keluar duluan, aku masih belum selesai bicara dengan Gavin." Ucapnya tak berekspresi.
"Tapi Non.." Bi Sari takut meninggalkan Nadien sendirian, ia takut Gavin melakukan sesuatu yang bisa melukai Nadien.
Namun, melihat keseriusan Nadien. Bi Sari pun pergi lebih dulu, membiarkan Nadien sendirian bersama Gavin walau hatinya merasa berat. Tapi ia tidak bisa ikut campur lebih dalam, mengingat ini adalah urusan rumah tangga atasan nya.
Dengan sekuat tenaga Nadien berusaha menahan air matanya, rasa sakit dan sesak di hatinya berusaha ia redam sendiri. Nadien kembali menatap Gavin dengan berdiri tegak, berusaha tegar walau sebenarnya ia begitu hancur.
"Bisa kamu katakan sekali lagi, katakan dengan jelas. Kenapa kamu melakukan semua ini padaku? Apa salah aku sampai kamu membenciku seperti ini? Kalau memang kamu membenciku, kenapa kamu menikahi ku? Menghancurkan perasaan ku sampai seperti ini, apakah benar dari awal kamu tidak pernah mencintaiku?" Air mata yang berusaha ia tahan nyatanya kembali tumpah membasahi pipinya .
Gavin yang memunggungi Nadien dengan jarak yang cukup jauh, masih bergeming dengan amarah yang berusaha ia redam.
"Aku mohon Gavin, BICARALAH! Katakan, kalau semua yang kamu ucapkan waktu itu padaku adalah benar. Tolong jangan hancurkan aku seperti ini, hiks.. Yang kamu katakan tadi itu semuanya bohong kan ? Gak mungkin cinta mu pada ku selama ini cuma palsu, kamu pasti becanda kan Gavin.. Tolong bicaralah.." Menatap punggung Gavin yang sejak tadi memasang ekspresi datar, air mata Nadien terus berjatuhan membanjiri pipi nya.
Gavin mengepalkan tangan nya, pria itu berbalik menatap Nadien dengan rahang mengeras. Sorot matanya memancarkan kilatan amarah dan dendam. Kemudian, Gavin mengayunkan kakinya, satu langkah, dua langkah, tiga langkah, kini Gavin berada tepat di depan wanita yang kini berstatus istrinya tersebut.
"Kamu mau tau alasan aku menikahi mu?" Ucapnya dingin, tatapan nya tak lepas dari gadis yang tingginya hanya sebatas dadanya saja.
Melihat tatapan mata Gavin yang begitu mengerikan, membuat gadis itu tak mampu berkata-kata. Lidah nya terasa kelu, bibirnya bergetar menahan tangis. Nadien hanya bisa mengangguki kepalanya membalas tatapan Gavin seolah menantang pria di depan nya.
"Aku pikir kamu gadis yang pintar, ternyata kamu hanyalah seorang gadis lemah yang bodoh! Mudah sekali menjebakmu dalam perangkap ku, hanya dengan umpan cinta. Aku berhasil membuatmu jatuh dalam perangkapku," ucap Gavin tersenyum miring.
"Jangan berputar-putar. Katakan dengan jelas, apa maksudmu?" Ujar Nadien dengan suara tercekat.
Senyuman dibibir pria itu perlahan memudar, Gavin mengelus pipi Nadien membuat ekor mata gadis itu mengikuti gerakan tangan Gavin.
Tiba-tiba Gavin mencengkram rahang Nadien cukup kuat. Membuat sang empu meringis kesakitan, bahkan Nadien sampai berjinjit karna Gavin sedikit mengangkatnya. Nadien berusaha menahan cengkraman Gavin agar ia bisa bernafas.
"Aku tidak pernah mencintaimu. Selama ini, aku hanya berpura-pura mencintaimu supaya kamu mau menikah dengan ku. Kenapa?" Mengangkat sebelah alisnya, "Untuk menjadi tawananku !! " Tekan nya menatap Nadien tajam.
Mendengar itu, Nadien membulatkan matanya. Rasa sakit pada rahangnya akibat cengkraman Gavin seolah menghilang, kini hati Nadien lah yang sangat teramat sakit. Bagaikan di hujami oleh ribuan anak panah yang menghunus dadanya.
"Dengan begitu kamu tidak akan bisa lari dariku, karna status kita sekarang. Apa kamu sudah paham, PEMBUNUH!!" Ekspresi Gavin begitu dingin, tatapan matanya begitu menghunus.
Deg !
'Pembunuh?' Kata-kata itu sangat tidak asing di pendengaran Nadien. Air mata yang menggantung di pelupuk mata gadis itu jatuh tepat di saat Nadien mengedipkan matanya.
"Tatapan itu.." Batin Nadien.
Dengan jarak yang sangat dekat, Nadien bisa melihat dengan jelas tatapan mata Gavin. Dan, Nadien teringat pada tatapan seseorang yang tak bisa dengan mudah Nadien lupakan. Tatapan mengerikan yang selalu teringat di kepalanya sampai sekarang, tatapan itu adalah tatapan..
Ingatan Nadien kembali pada saat ia di culik dan di sekap, Nadien ingat betul seseorang berpakaian serba hitam yang menjadi dalang penculikan nya. Orang yang menyebut Nadien pembunuh, tatapan orang itu sama dengan tatapan yang ia lihat sekarang di mata Gavin.
Mata coklat yang tajam, terlihat pancaran amarah dan kebencian di dalam nya. Tubuh Nadien seketika gemetar, cairan bening kembali luruh. Sekuat tenaga Nadien berusaha melepaskan cengkraman Gavin, dan akhirnya ia berhasil. Nadien mundur beberapa langkah kebelakang, memberi jarak dari pria di hadapan nya.
"Enggak, ini gak mungkin. Gak mungkin Gavin--" kepala gadis itu menggeleng keras, "Gak mungkin orang itu adalah.. Gavin? " Batin Nadien menatap pria di hadapan nya ragu, tidak lebih tepatnya ke takut.
"Kenapa, apa kamu ingat sesuatu?" Ucap Gavin dengan seringai nya.
Nafas Nadien terlihat memburu, bahunya naik turun. Rasanya Nadien tak percaya dengan apa yang ia pikirkan, gadis itu berusaha keras menghalau pikiran-pikiran buruk yang hinggap di kepalanya. Menepis semua yang dirinya pikirkan itu semuanya tidak benar.
Tidak mungkin Gavin yang melakukan itu padanya. Gavin adalah orang yang sudah menolong nya, Gavin menyelamatkan nya. Bahkan Gavin memperlakukan Nadien dengan baik selama ini, tidak. Ini salah, ini semua pasti salah. Pikir Nadien berkecamuk.
Namun tak bisa Nadien pungkiri, walaupun ia berusaha menolak. Tapi tidak dengan hatinya, entah kenapa hatinya mengatakan kalau Gavin adalah orang itu. Sekuat tenaga Nadien menahan otot kakinya yang mulai melemas, kaki Nadien reflek mundur ketika Gavin melangkah mendekat.
Nadien terlihat begitu ketakutan sekarang. Tubuhnya nampak gemetar, jantung nya berdetak sangat cepat seolah ingin lepas dari tempatnya, dengan sisa kekuatan nya Nadien berbalik. Berusaha menghindari tatapan Gavin, gadis itu hendak pergi dari tempat yang terasa mencekam baginya, namun suara Gavin menghentikan langkahnya.
"Sheryl Isabella !"
Tubuh Nadien seketika menegang, mendengar nama yang Gavin ucapkan. Pandangan nya lurus ke depan, kosong tak bisa di artikan. Hanya terlihat air mata yang menggenang di sana.
Jantung nya semakin berdetak cepat, mendengar nama itu seketika membuat sisa tenaga Nadien hilang menguar di udara. Bahunya turun bersamaan dengan nafas keputusasaan. Air matanya mengalir cepat, dadanya bak terhimpit benda yang begitu berat.
"Kamu ingat dengan nama itu?" Ucap Gavin lagi memecah keheningan sesaat di ruangan tersebut.
Sama halnya dengan Nadien, Gavin pun merasakan dadanya terasa sesak saat ia mengucapkan nama Sheryl Isabella. Seolah, kekuatan yang selama ini Gavin tunjukan di depan semua orang runtuh begitu saja.
Namun, pria itu mampu menyembunyikan perasaan nya. Gavin tak pernah terlihat lemah di mata siapapun, sangat berbeda dengan Nadien yang nampak gelisah tak bisa menyembunyikan perasaan nya.
Tanpa Nadien sadari, sikapnya itu membuat Gavin tak bisa mengendalikan emosinya. Nadien yang sedari tadi hanya diam, tanpa mau menatapnya membuat Gavin geram.
Pria itu melangkah mendekat, dengan kasar menarik tangan Nadien. Nadien di buat terkejut karna Gavin tiba-tiba membenturkan dirinya ke tembok. Kini, Gavin mengungkung Nadien, mengunci pergerakan Nadien.
Nadien meringis ngilu, merasakan sakit dibagian punggungnya. Tapi Gavin tak mempedulikan nya sama sekali, justru pria itu tampak puas melihat Nadien kesakitan.
"Lepas! Sakit.." Ringis Nadien terisak pelan.
"Baru segini aja kamu bilang sakit? Lalu bagaimana dengan rasa sakit yang Sheryl alami selama dia hidup?" Nadien menatap Gavin penuh tanya.
"Bagaimana apa sekarang kamu ingat dengan nama itu?" Sinis Gavin saat melihat tatapan mata Nadien.
"Siapa kamu sebenarnya, kenapa kamu bisa tau nama itu? " Ucap Nadien memberanikan diri.
"Kamu tidak perlu tau siapa aku. Aku hanya ingin mengingatkan mu tentang dia, juga membuat mu merasakan apa yang dia rasakan.." Desis nya di dekat telinga Nadien, bahkan Nadien bisa merasakan hembusan nafas Gavin yang menerpa kulit lehernya.
Melihat eksfresi menakutkan Gavin, membuat Nadien mengalihkan pandangan nya. Gavin membuat Nadien semakin penasaran, ada hubungan apa Gavin dan Sheryl? Bagaimana Gavin bisa tau tentang Sheryl? Siapa Gavin sebenarnya? Apakah Gavin tau informasi tentang Sheryl saat ini, dan dimana keberadaan nya sekarang?
...****************...
Buat para reader yang suka sama cerita baru Author, bantu follow Author yuk🤗
Dan, tinggalkan jejak kalian dengan Like, Vote dan Komentar nya yaa.. Terimakasih😊