MELAWAN IBLIS menceritakan tentang seorang gadis keturunan pendekar sakti yang hijrah dari Tiongkok ke Nusantara untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.
Namun dibalik ketenangan yang hanya sebentar di rasakan, ada sebuah hal yang terjadi akibat kutukan leluhurnya di masa lalu.
ingin tahu bagaimana serial yang menggabungkan antara beladiri dan misteri ini?
mampukah wanita cantik itu lepas dari kutukan iblis?
simak selengkapnya dalam Serial Melawan Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sepertinya Kenal
Dengan sebuah caping di atas kepalanya dan baju yang ringkas, Saloka berjalan mengitari setiap dinding markas besar itu seharian penuh.
Meski ada beberapa penjaga luar yang bertanya dia siapa, namun karena gerak gerik dan kepintaran pembawaan nya, tak satupun curiga bahwa dia mata mata, apalagi di sana memang terdapat ribuan orang yang sangat sulit di hafal wajahnya satu persatu.
Kita tinggalkan dulu Saloka yang melakukan penyelidikan bagian luar markas. Sebenarnya, apa dan siapa kah perkumpulan Panda ini?
Dulu sekali, puluhan tahun yang lalu, terdapat seorang yang sangat berpengaruh yang bernama Balangak dan lebih dikenal dengan sebutan Ongba yang menjadi pemimpin kaum sesat dunia persilatan. (BACA SERIAL PEDANG PUSAKA).
Tak hanya itu, bahkan pengaruh Ongba melebar hingga ke pemerintahan yang di pegang oleh ibu suri dari kerajaan qing yang telah runtuh.
Setelah kematian nya, kepemimpinan dunia hitam seperti kosong meski ada pula beberapa pengikutnya yang melanjutkan sepak terjang Ongba.
Hingga setelah penggulingan kekaisaran kerajaan qing oleh para pejuang yang mendirikan Republik Tiongkok, mulai lah muncul seorang pemimpin sesat yang lihai dan kejam yang masih merupakan adik seperguruan Ongba dari guru sekaligus mertuanya.
Mulai lah Hekmo (iblis hitam) melebarkan pengaruhnya di bawah pengaruh ibu suri yang mempunyai hubungan dengan pimpinan pejuang kala itu hingga dia dapat menaklukkan seluruh jagoan lihai dari kalangan sesat dunia hitam.
Saat itulah dia mendirikan sebuah perkumpulan yang sebelumnya milik Ongba menjadi perkumpulan kuat dibawah komandonya yang di beri nama PANDA.
Kini Hekmo yang mulai tumbuh uban di kepalanya sudah agak jarang menampakkan diri. Dia sering bersemedi di dalam kamar mewahnya bersama seekor binatang yang di panggilnya Panda berbulu hitam putih yang setia menemaninya selalu.
Dalam beberapa tahun ini, banyak kegiatan yang di wakilkan pada seorang tangan kanan kepercayaan nya yang berasal dari nusantara yang dikenal oleh seluruh anggota perkumpulan dengan nama Jughita.
Hanya jika ada pertemuan penting bersama pemimpin pemimpin negara persatuan Panda, barulah dia keluar untuk menemui kolega koleganya.
Begitulah sekelumit kisah tentang Hekmo, pemimpin tertinggi perkumpulan iblis hitam yang telah berubah nama menjadi Panda.
Malam itu, Saloka yang selesai mengelilingi benteng tinggi dan kuat perkumpulan itu tampak telah memakai pakaian pengemis dan duduk bak gembel di dekat gerbang utara markas tersebut.
Beberapa penjaga yang melihat nya hanya membiarkan saja. Karena memang di sekitar situ terdapat keramaian karena akan di adakan nya sebuah pertemuan dan acara besar disana.
Hingga tengah malam, Saloka yang dari tadi hanya duduk bahkan telah merebahkan tubuhnya di atas sebuah karung yang sengaja disiapkannya.
Ketika pergantian kepala jaga, Kosan bertanya pada bawahannya,
"Siapakah gembel itu? Sejak kapan dia disana?"
Seorang wakil kepala regu jaga menjawab,
"Entah lah ketua, sudah dari petang tadi dia disitu. mungkin pengungsi dari barat yang kehabisan bekal".
"Jika sejam kemudian dia masih disana, bawa dia menghadap kemari". Perintah Kosan yang menjadi kepala regu jaga malam itu.
Setelah waktu menunjukkan pukul satu lewat, tiga orang penjaga gerbang berjalan menuju ke arah Saloka. Pria yang seperti tertidur itu pura pura tidak tau bahwa tiga penjaga mendekatinya.
"Hei, bangun, hei, pengemis tua, bangun kau. Ikut kami ke gardu". Dua orang lainnya segera menarik tangan Saloka yang pura pura terkejut mendapati dirinya di seret paksa ke pos penjagaan.
Sesampainya mereka di dalam gardu, Kosan menatap dari atas hingga ke bawah pria kumuh yang berdiri di hadapannya.
"Siapa kau?" Tanya nya.
"Sa, saya pengungsi yang kebetulan ha habis bek bekal di jalan tuan". Jawab Saloka sedikit tergagap memperlihatkan ketakutan nya.
"Kau tau tidak boleh ada gembel yang numpang tidur di area kami? Siapa yang mengizinkan mu tidur disana?" Hardik Kosan sambil menunjuk arah dimana Saloka berada tadi.
"Ma, maaf tuan, aku ti tidak tau". Baru saja selesai jawaban Saloka, serombongan orang lewat memasuki gerbang.
Terlihat sebelah kanan paling depan seorang pemuda tampan dan gagah. Saloka yang ikut melihat ke arah rombongan itu kaget setengah mati sambil terucap tanpa sengaja di mulutnya,
"Kakak!!!".
Karena suara nya seperti keluar di luar kesadarannya, maka suara itu terdengar oleh pemuda tampan tadi yang menoleh ke arahnya dan melihat Saloka dalam pakaian gembelnya sambil mengerutkan sepasang alis.
"Kau, Sal,,". Baru saja pemuda tampan itu hendak berkata, Saloka sudah melompat ke dekat pemuda itu dengan cepat dan berbisik,
"Aku sedang menyamar".
Pria muda tersebut membiarkan rombongan lewat dan berjalan ke arah kepala regu dan berkata,
"Kenapa dengan pria ini?"
"Maaf Ai kongcu, gembel ini tidur sembarangan di area depan gerbang, makanya saya panggil dia untuk me".
"Dia adalah adikku". Seru pemuda tampan yang nampaknya sangat di hormati oleh seluruh pengawal jaga malam itu.
"Ah,, maaf, maafkan kami. Kami tidak tau kalau dia adalah adik kongcu. Ampuni saya. Silakan, silakan tuan masuk". Seru Kosan si kepala jaga ke arah Ai kongcu dan Saloka.
Akhirnya pemuda tampan dan gembel itu masuk ke dalam dan langsung menuju ke sebuah gedung besar sebelah kanan yang merupakan tempat tinggal pribadi Ai Kongcu.
Setelah mereka berdua tiba di dalam, pemuda itu segera bertanya pada Saloka.
"Saloka, kenapa kau bisa di sini? Mana adikku?"
"Ceritanya panjang kak, duduk lah biar aku ceritakan". Jawab Saloka.
"Nanti saja. Aku harus menghadiri pertemuan penting mendadak sekarang juga, kau mandi dan makan saja dulu. Aini, Ami, kemari. Tolong kalian layani adik ipar ku ini. Sejam lagi aku kembali. Saloka, minta saja pada mereka pakaian dan makanan. Aku pergi dulu". Segera pemuda itu keluar dari gedung tersebut meninggalkan Saloka yang di layani oleh dua gadis cantik berusia belasan tahun.
Setelah selesai mandi, Saloka pun menyantap hidangan dan masuk ke aula perpustakaan milik Ai kongcu yang tak lain adalah Ai Sina dan membaca banyak buku hingga kakak iparnya itu kembali.
"Kenapa kau bisa sampai kesini?" Tanya Sina setelah mereka berdua duduk di ruang pustaka yang tertutup itu.
Mulai lah Saloka menceritakan pengalaman nya bersama Silya setelah mereka berpisah dulu. Setelah ayah Silya menikahkan mereka, mereka pun berkunjung ke kerajaan Bhutan dan Saloka meninggalkan Silya disana bersama Asok dan Sila.
"Aku ingin menjemput Silya kak, namun pesan kakek agar aku menuju kemari dulu untuk melakukan penyelidikan terhadap perkumpulan ini. Lagipula, Silya pasti baik baik saja disana". Saloka menutup ceritanya.
"Kalau begitu, kau tinggal lah beberapa hari disini lalu pergilah jemput istrimu. Aku pun disini melakukan penyelidikan. Jika nanti kau perlu informasi, ku rasa info dariku lebih dari cukup karena aku sudah menjadi salah satu orang kepercayaan perkumpulan ini. Jika kau mau keluar seorang diri, bawa ini". Ucap Sina lalu menyerahkan sebuah benda bulat pipih berukir panda dari bambu kepada Saloka.
Keduanya pun beristirahat di kamar yang berbeda. Selain heran dan kagum, Saloka yang melihat kemewahan gedung milik Sina tak habis pikir, bagaimana iparnya itu bisa menjadi orang kepercayaan dalam waktu beberapa bulan saja dan bahkan mendapat tempat yang sangat istimewa disitu.
Keesokan harinya, ketika mereka sarapan, Saloka bertanya bagaimana Sina bisa masuk ke situ menjadi orang terpercaya, padahal belum setahun sejak dia pergi meninggalkan rumah dulu.
"Awalnya aku jadi bawahan di Nusantara. Karena mereka melihat kesungguhan ku menyelamatkan pimpinan, maka aku di bawa kemari dan dikenalkan dengan ketua tertinggi. Memang tak ada rencana sama sekali. Ya sudah, makanlah". Jelas Sina melanjutkan makannya.
Setelah mendapat kenyataan bahwa di situ sudah ada Sina yang bahkan telah menjadi orang dalam, maka tiga hari kemudian, Saloka pun meninggalkan tempat itu menuju ke Bhutan.
BERSAMBUNG. . .