NovelToon NovelToon
Skandal Perawat Cantik

Skandal Perawat Cantik

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Selingkuh / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mahkota Pena

Mikayla adalah Perawat Gigi. Ia telah dikhianati oleh pacarnya sendiri yang berselingkuh dengan teman seangkatan perawat. Pacarnya adalah seorang anggota Polri. Namun cintanya kandas menjelang 2 tahun sebelum pernikahannya. Namun ia mengakhiri hubungan dengan pacarnya yang bernama Zaki. Namun disamping itu ia ternyata telah dijodohkan oleh sepupunya yang juga menjadi anggota Polri. Apakah ia akan terus memperjuangkan cintanya dan kembali kepada Zaki, atau lebih memilih menikah dengan sepupunya?

ikuti kisah selanjutnya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ali Sudah Sembuh

"Ya Allah Al, kamu kenapa bisa sampai masuk rumah sakit sih, nak? Perasaan sebelum mama tinggal kamu masih baik-baik saja. Apa karena mama tinggal kamu jadi sedih dan nggak ada yang mengurus dirimu?" Ucap Dian tiba-tiba masuk dalam ruangan kamar dimana Ali di rawat inap dan langsung memeluk putra sulungnya.

Ali yang sedang memainkan ponselnya seketika terkejut atas kedatangan orang tuanya.

"Ihhhh.. mama lebay, bukannya ucap salam dulu. Aku jadi kaget kan." Ali langsung menyambut pelukan hangat sang ibu.

"Assalamu'alaikum, bagaimana keadaan ente, Al? Sudah mendingan kah?" Tanya Omar kemudian, yang punggung tangannya langsung disambut oleh putra kebanggaannya.

"Wa'alaikumsalam, Pa, alhamdulillah sudah mendingan. InsyaAllah kata suster hari ini hasil tes darahku keluar, Pa, Ma." Jawab Ali merasa bahagia atas kedatangan orang tuanya yang telah sampai di Jakarta dengan selamat.

"Alhamdulillah wal syukurillah, Al." Sahut Omar yang kemudian duduk di Sofa.

"Eh, mama bawakan kamu oleh-oleh banyak nih, kamu mau coba?" Ucap Dian antusias dengan tangannya sudah merogoh di goody bag untuk mengeluarkan oleh-oleh untuk Ali.

"Sudah lah, Ma. Nanti saja kasihnya kalau Al sudah pulang kerumah. Ini kan belum pulih total. Yang ada nanti malah sakit lagi bagaimana?" Cegah Omar kemudian dengan tangan sudah melambai-melambai kearah Dian.

Hahahaaa maklum yaa namanya juga ibu-ibu, dimana-mana pasti begitu kan?

"Ohhh iyaa yaa, hehehe nanti aja ya, Al. Tunggu kamu pulang ke rumah dulu." Dian terkekeh dengan tersipu malu.

Ali hanya terkekeh tipis mendapati Mama nya yang begitu heboh.

"Ohhh iya, Mama lupa belum mengabari Naila dan Rozak kalau kamu sedang di rawat di Rumah Sakit, Al." Dengan sigap Dian segera merogohkan tangannya kedalam tas jinjingnya untuk mengambil ponsel.

"Ma, nggal perlu, Ma. Yang ada nanti tante Naila dan Om Rozak jadi panik. Mereka jadi kepikiran, kasihan." Cegah Ali kepada Mamanya.

"Iya, Ma. Nggak perlu ah. Kasihan nanti Naila dan Rozak menjadi panik dan kepikiran."

Sahut Omar. 

Dian tampak membuang napasnya dengan panjang.

"Hmm.. salah lagi saja deh." Gumamnya Dian seketika lesu.

"Hahahaaha... " Tawa Ali dan Omar meledak seketika melihat kelakuan Dian yang amat begitu lucu.

"Idiihhhh anak sama bapak kelakuan sama saja, demen banget ngetawain aku, huhhh." Dian menunduk malas.

Kemudian ia segera menghampiri Omar kearah sofa dan duduk di sebelah Omar.

"Terus, Mika sudah tahu kalau kamu di rawat Al?" Tanya Dian kembali, rupanya Dian belum cukup puas untuk melemparkan banyak pertanyaan dan kata-kata.

"Sudah Mama, Zaki sudah mengabarinya. Al juga sudah komunikasi sama Mika. Malah Mika mau izin pulang buat merawat Al. Tapi Al tahan supaya Mika fokus kuliah saja. Kasihan kalau kebanyakan izin nanti Mika banyak ketinggalan materi kuliah apalagi banyak prakteknya." Jelas Ali. 

"Iya betul itu Al, biarkan saja Mika fokus belajar." Sahut sang Papa Omar.

Dian mengangguk pelan.

"Lalu kalau Janice sudah tahu kalau kamu disini?" Tanya Dian kembali.

"Belum Al kasih tahu, Ma. Malas ah nanti dia ribet kalau kesini. Aku juga sudah dua hari ini nggak komunikasi sama dia."

Dian dan Omar saling pandang dan memainkan alis mereka dengan memberikan tanda bahwa rupanya Ali dan Janice sedang tidak baik-baik saja.

Ketika suasana sedang hening, tiba-tiba ponsel Dian berdering tanda ada panggilan masuk.

Drrrtttt...

"Assalamu'alaikum Hasan, ada apa, nak? Kangen Mama ya?" Dengan pedenya Dian langsung menyapa anak keduanya yang bernama Hasan, yang tak lain adalah adik Ali.

Dian kemudian men-load speaker supaya percakapan antara Hasan dan dengannya bisa terdengar oleh Ali dan Omar.

"Wa'alaikumsalam, ih.. Mama kepedean deh. Ini Ma minggu depan aku mau UAS, jangan lupa do'ain aku ya Ma, supaya aku lancar UASnya."

"Ya ampun Hasan, tanpa kamu meminta juga setiap saat mama selalu mendo'akan kamu. Semua anak-anak mama nggak pernah luput mama do'ain."

"Hehehee iya Ma, Mama lagi apa Ma?"

Tanya Hasan kemudian.

"Mama lagi di Rumah Sakit."

"Loh, siapa yang sakit? Mama sakit?" Hasan tampak panik mendengar kata Rumah Sakit.

"Bukan, Hasan. Itu abang kamu Al lagi di rawat." Sahut Omar kemudian mendekatkan mulutnya kearah ponsel Dian.

"Lah, bang Al bisa sakit juga?" Tanya Hasan agak menyeleneh.

"Bisa lah San, ente ada-ada saja. Ane juga kan manusia. " Ucap Ali dengan sedikit meninggikan suaranya terdengar dari ponsel Dian.

"Hahahaaa, sakit apa bang?"

Belum sempat Ali menjawab, Dian sudah langsung mengambil alih jawabannya.

"Hasil tes darah Al hari ini keluar, berdo'a saja mudah-mudahan hasilnya bagus." Dian segera menjawab dengan sedikit serius.

"Oh, Aamiiiin yaa mujibassailin, Syafakallah buat bapak komandan." Hasan gemar sekali menggoda abangnya.

"Syukron Jazilan, combro." Sahut Ali kemudian dengan kekehannya.

"Mama, Papa, bang Al sudah dulu ya. Aku mau cari makan dulu. Sudah lapar banget ini dari pagi belum makan." Hasan ingin segera mengakhiri panggilan nya lantaran perutnya sudah meronta-ronta keroncongan.

"Oke San, Assalamu'alaikum." Jawab Dian dan Omar.

***

"Selamat siang, melihat dari hasil tes darah milik Bapak Ali, hasilnya semua bagus. Namun untuk tetap selalu dijaga pola makannya. Jangan sampai telat makan ya, Pak." Ujar sang Dokter ketika memberikan informasi hasil tes darahnya.

"Alhamdulillah dok, terima kasih ya." Sahut Ali dengan gembira karena ternyata hasil tes darahnya semua bagus.

Dokter Fahmy menjawab dengan anggukannya.

"Lalu, kapan anak saya bisa pulang ke rumah, dok?" Tanya Dian penasaran.

"Mungkin besok pagi sudah boleh pulang, Bu. Sementara Bapak Ali kami harap untuk satu hari lagi disini karena supaya kondisinya dapat pulih secara total dan lekas beraktivitas kembali karna mengingat Bapak Ali adalah seorang abdi negara." Jawab dokter Fahmy dengan sangat lugas.

"Baik, dokter." Ali menimpalinya.

Ia sudah sangat ingin keluar dari rumah sakit. Sudah tidak betah rupanya ia berbaring selama kurang lebih 3 hari.

"Kalau begitu, saya izin undur diri, Bapak, Ibu. Selamat siang."

Ali, Dian dan Omar mempersilahkan dokter Fahmy untuk keluar dari ruangan.

"Akhirnya, aku akan segera keluar dari rumah sakit ini."

*

Sore hari ketika infus, kateter dan yang lain sudah dilepas. Ali diperbolehkan untuk berjalan-jalan sore menikmati suasana disekelilingnya.

"Mama, temani aku ke taman, Ma. Aku ingin menghirup udara segar." Pinta Ali kepada Mamanya yang tampak sedang menonton acara televisi di ruang kamar Ali.

Ruangan VVIP dengan fasilitas yang layak.

Ada sofa yang empuk, televisi, kulkas, serta toilet.

"Ayo Al, Mama juga suntuk nih, Papa biarkan dia istirahat." Jawab Dian kemudian.

"Tapi mama bilang dulu ke papa, nanti papa mencari-cari." Ali menyuruh Dian untuk memberitahukan kepada Omar.

"Pa, Pa, aku temani Al dulu ke taman ya. Cuma sebentar saja kok."

Ucap Dian pada Omar dengan lirih karena Omar sedang terlelap takut kaget kalau tidak dengan suara pelan.

"Iya Ma, hati-hati" Jawab Omar yang kemudian membenarkan posisi tidurnya supaya lebih nyaman.

Ali berjalan menyusuri lorong rumah sakit ditemani sang mama.

Angin segar menerpa wajah keduanya.

Mereka melihat sekeliling area dengan melemparkan senyuman tipis mempesona.

Sampailah di sebuah taman yang begitu asri dan indah.

Banyak pohon-pohon hijau nan rindang.

Dihiasi dengan kolam yang berisikan ikan mas koi.

Suara gemercik air mampu membuat suasana disore hari semakin tenang dan segar.

Ali duduk di kursi panjang, lalu di ikuti Dian duduk disebelah Ali.

"Ali, Tante Dian. Kok kalian ada disini? Ali sakit ya?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!