Ima mengalami hal yang sangat luar biasa pada kehidupan nya yang beranjak dewasa. Dia baru tahu bahwa cinta harus memandang usia, uang, kualitas, fisik bahkan masih banyak lagi. Hal itu membuatnya bimbang akan pilihan kedepan nya bagaimana dia menemukan sesosok pria yang begitu baik untuk menemani kehidupan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Ima melangkah pelan menuju halte, angin pagi menyapu lembut rambutnya yang tergerai. Matahari baru saja muncul, sinarnya yang hangat membias di aspal yang masih basah akibat embun malam. Ia menghela napas panjang, pikirannya melayang ke berbagai kejadian beberapa hari terakhir.
"Haiz... Sepertinya aku harus berterima kasih nanti pada Mas Regis. Dia benar-benar menggendongku sampai ke kamar. Pria yang kuat dan baik... Hehehe... Sayangnya dia seperti jarang berkontraksi dengan orang lain... Tunggu... Apa dia cupu?" Ima tersenyum sendiri, langkahnya semakin dekat dengan halte. Tapi pikirannya terhenti ketika ia melihat seseorang yang familiar duduk dengan tenang di bangku halte.
Lio Zheng. Dosen muda itu duduk dengan santai, mengenakan kemeja putih sederhana yang kontras dengan ransel transparan di sampingnya. Ima mengerutkan kening, matanya tertuju pada sesuatu yang bergerak di dalam tas itu.
“Lio Zheng... Eh, maksudku Dosen Lio!” Ima mendekat sambil melambaikan tangan. Suaranya ceria, meski sedikit terkejut.
Lio Zheng menoleh perlahan, pandangannya seperti menembus Ima. “Ima... Apa itu kau?”
“Ya ini aku... Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanyanya penasaran. Namun perhatian Ima segera teralihkan oleh pemandangan menggemaskan. Seekor kucing mungil dengan bulu lembut putih keabu-abuan tampak mengintip dari dalam tas transparan.
“Wah, lucu banget…” Ima menatap kucing itu dengan mata berbinar. Ia membungkuk sedikit, mencoba melihat lebih jelas makhluk kecil itu. Kucing tersebut menguap kecil, lalu meringkuk kembali seolah tidak peduli pada dunia.
Lio Zheng menarik napas, pandangannya tetap tenang seperti biasa. “Aku titipkan dia untukmu,” katanya tiba-tiba, tanpa prolog, membuat Ima sedikit terkejut.
“Eh… Tapi kenapa?”
Sebelum menjawab, Lio Zheng terlihat sejenak menatap langit, seolah mencari kekuatan dari birunya cakrawala. “Dua hari lagi aku akan menjalani operasi mata,” katanya lirih namun mantap.
“Hah… Itu bagus… Kau akhirnya bisa melihat dunia, bukan?” Ima tersenyum kecil, namun matanya mencerminkan simpati yang dalam.
“Ya… Kau pasti sangat cantik,” balas Lio Zheng tanpa ragu. Kata-katanya membuat Ima terdiam.
“Eh, um… Kenapa kau berpikir begitu? Kau kan belum melihatku,” ujarnya, mencoba meredam rasa canggung yang mulai menyelimuti.
“Semua gadis baik adalah hal yang harus dikatakan cantik,” jawab Lio Zheng sambil sedikit tersenyum. Jawabannya sederhana, namun cukup untuk membuat Ima merasa pipinya memanas.
“Em… Kau lihat saja sendiri nanti,” jawab Ima sambil memalingkan wajah, mencoba menyembunyikan rona merah di pipinya.
“Yah, aku pasti akan melihatnya, dan kucing ini…”
“Jadi kau menitipkan kucing ini padaku?” tanya Ima sambil memandangi kucing tersebut sekali lagi. Ia merasa ada sesuatu yang istimewa dari makhluk kecil itu.
“Aku akan memberikannya padamu setelah kelas berakhir. Ini tidak merepotkan mu, kan?”
“Ah, tidak… Semoga operasi mu berjalan lancar.”
“Terima kasih,” ucap Lio Zheng dengan nada lembut.
Namun, suasana yang hangat dan tenang itu tiba-tiba berubah ketika suara berat yang tidak asing memecah keheningan. “Hoi… Zheng cepat pergi, aku harus cepat mengantarmu.”
Ima dan Lio Zheng menoleh ke arah suara tersebut. Seorang pria berjalan mendekat dengan langkah mantap. Pria itu memiliki luka sayatan di bibirnya yang membentuk tanda silang, memberikan kesan tegas sekaligus misterius. Ima terdiam, jantungnya berdetak lebih cepat saat ia menatap pria tersebut dengan seksama.
Pria itu juga berhenti di tempat, matanya membelalak seperti melihat hantu. "Dia… Ima!!" pikirnya dalam hati.
Sementara itu, Ima merasa ada sesuatu yang familiar dari wajah pria tersebut. "Bukankah dia terlihat seperti… Mas Regis?" Ima mengernyitkan dahi, matanya menyipit mencoba mencari kepastian.
“Apa yang kau lihat, gadis… Kau tidak sopan,” pria itu menatapnya dengan nada dingin, meskipun sorot matanya menyiratkan kecemasan yang aneh.
“Ah, maafkan aku… Kenapa dia agak kasar, tapi wajahnya seperti khawatir ketika melihatku tadi. Aku hanya berpikir kau sama seperti Mas Regis mungkin, tapi kenapa kau bisa bicara?” Ima memandangnya dengan tatapan bingung sekaligus penasaran.
“Ima… Dia memang Regis, namanya Regis… Kamu kenapa bisa kenal nama nya?” kata Lio Zheng, tanpa sedikit pun berniat menutupi apa pun.
Pria itu langsung tersentak, wajahnya berubah pucat. “Bodoh… Dia malah memberitahunya,” pikir Regis, merasa seluruh rahasianya nyaris terbongkar.
“Be-begitu kah??!!” Ima hampir berteriak saking terkejutnya.
“Dia bernama Regis, teman rekan saja,” jelas Lio Zheng dengan nada datar.
“Apa maksudmu… Bisa kau jelaskan ini… Kenapa dia bisa bicara… Jangan-jangan selama ini kau pura-pura!!” Ima menunjuk Regis dengan sorot mata kesal.
“Hei, tunggu…!” Regis mencoba meredam emosinya, tetapi Ima sudah terlanjur terbakar amarah.
“Kau benar-benar keji!" teriaknya membuat suasana di sekitar diam.
"Bisa bisanya kamu... Pura pura bisu dan membuat ku belajar bahasa isyarat dalam semalam hanya untuk bisa mengobrol dengan mu yang bisu, kupikir kau bisu, kau beberapa kali menunjukan wajah mu dengan masker itu, sialan!" teriak Ima, seketika ia menangis.
"Astaga, kau menangis...?!" Regis terkejut.
"Hiks... Aku ingin kamu menjelaskan semuanya... Kupikir ada masalah apa semalam aku tidak bertemu dia, rupanya dia sudah bisa membuka penampilannya... Aku ingin penjelasan dari dia, jadi selama ini dia bukan Mas Regis yang aku kenal..." Ima mengusap air matanya sendiri.
Lalu Regis menghela napas.
"Ha... Baiklah, aku mengaku.... Aku memang pura pura menjadi tunawicara hanya untuk dekat denganmu... Karena kau yang menyelamatkanku waktu itu," jawab nya, dia mengatakan nya dengan tanpa basa basi, seperti menaksir Ima dengan cara yang sangat berani.
"Menyelamatkan?" Ima menjadi terdiam tak percaya. "Hah benar... Kau seorang kriminal... Jangan salah paham ya... Aku membantu mu juga karena aku kasihan dan kupikir kau penyandang!!" tambah Ima sambil mengatakan nya dengan kesal dan marah pada Regis.
"Tenang gadis... Kau tidak tahu aku yang sebenarnya, apa kau tidak keberatan jika aku suka padamu... Bukankah kau juga menganggap pertemuan kita adalah cinta," tatap Regis yang mengatakan itu dengan langsung seketika membuat Ima terdiam.
"Uhmm... Apa kau naksir sama aku?" Ima menjadi tersipu malu, tak hanya itu, dia juga memerah karena pertama kali mendengar kalimat itu dari seorang pria seperti Regis.
"Tentu... Kecuali jika kau tidak punya pacar," tambah Regis dengan nada dewasanya.
"Aku... Aku..." Ima menatap ke Lio Zheng yang dari tadi diam.
Lio Zheng berpikir sesuatu. "Regis pernah mengatakan sesuatu padaku, jika tidak salah dia menceritakan semua nya tentang gadis dalam bus itu."
("-Setiap sore malam aku bertemu dengan seorang gadis yang sangat manis menurut ku, dia menolongku dan aku terpaksa menutupi semua nya dengan menjadi tuna wicara dalam tugas ku juga. Aku agak aneh jika langsung menembak gadis itu, aku juga belum tahu dia berumur berapa.... Jika bertemu dengan nya saat aku terlihat normal dengan bisa bicara, aku akan langsung mengatakan perasaan ku pada nya-")
Jadi di scene ini, Regis mengatakan sesuatu pada Lio Zheng bahwa dia suka pada Ima dan cara memberitahunya sangat dewasa dan berani, dilihat lihat, Regis memang seperti pria yang dewasa yang tertarik pada Ima sendiri. Dia juga tidak bertanya ragu ragu dan langsung menembak Ima dengan kalimat "suka."
Nada bicara pria satu ini juga terlihat meninggikan harga diri wanita.
Ima yang saat ini terdiam berpikir dengan masih tersipu malu mendengar dari Regis tadi yang berdiri menunggunya. Tubuhnya yang besar gak menghalangi cahaya dari Ima.
"Kamu... Apa kamu benar-benar suka padaku?" tatap Ima dengan wajah yang malu.
Lalu Regis tersenyum kecil. "Hem.... Bukan suka, tapi aku tertarik padamu," kata Regis sambil membungkuk mendekat pada Ima.
"Aku suka cara dia menembak ku, dia benar-benar menggunakan nada dewasa nya dan penampilannya, aku benar-benar menyukai nya, tapi aku tidak suka pria yang pura-pura seperti itu padaku, apalagi dia pura-pura bisu, dan sebaliknya, aku malah lebih memilih Lio Zheng. Um.... Aku sebenarnya naksir pada Lio Zheng," kata Ima.
Seketika Regis dan Lio Zheng terkejut.
"Apa maksud mu?!" mereka berdua mengatakannya bersamaan dengan panik.
"Uhm... Sebenarnya aku naksir sama kamu Lio Zheng... Kau mau kan jadi pacar aku?... Oh astaga, aku benar-benar mengatakan nya langsung," tatap Ima. Dia bahkan tidak peduli Regis ada di sana.
"Haiz... Sepertinya lelaki bersih lebih di sukai dari pada Pria yang terlihat agak aneh sepertiku yah," kata Regis.
Lalu Lio Zheng terdiam dan menatap Ima dengan mata kosongnya. "Kenapa Ima malah menaksir ku... Bukan kah Regis juga suka pada nya tapi dengan tampang Regis, dia terlihat seperti pria dewasa yang hanya memandang nafsu, tapi aku belum tahu soal dia dan Ima," Lio Zheng terdiam mengingat sesuatu soal masa lalu, dia juga teringat bibir Regis yang tergores itu dan bagaimana dia dapat luka goresan yang seperti itu. Lalu dia menoleh ke Ima. "Ima... Kau boleh menaksir ku... Tapi... Aku menganggap mu seperti mereka yang selalu menembak ku... Aku tidak menyukaimu," kata Lio Zheng.
Seketika Ima terkejut kaku. "Ke-kenapa... Aku yang membantumu kan?!"
"Kau memang membantu ku... Tapi aku ini adalah lelaki yang tidak benar, kau tidak tahu apa yang aku lakukan selain di supermarket dan kampus kan?"
"Maksud mu..." Ima masih bingung.
"Aku akan pergi saja... Ima... Kau membuatku tidak nyaman dengan perkataan menembak ku tadi," kata Lio Zheng lalu dia berjalan pergi meninggalkan mereka.
"Apa... Apa yang terjadi. Dia benar-benar menolak ku begitu saja?!?!" Ima terdiam gemetar.
"Aku tidak menyangka ini... Kenapa?! Kenapa dia menolak ku? Aku sudah mengatakan hal yang sakral padanya dan sekarang berakhir dengan buruk.... Hngg huhuhu," Ima menjadi menangis menutup matanya. Regis yang masih ada di sampingnya menjadi melihat ke arah lain, ia terkejut ketika banyak orang yang melihatnya sambil bergosip.
"Kenapa pria itu diam saja, gadis itu sedang menangis..."
"Yah, kau telah menolak ku juga, kupikir ini takdir kita rupanya kau malah suka pada Lio Zheng," kata Regis. Lalu Ima terdiam dari menangis nya.
"Ehem... Yah... Itu tadi penafsiran yang singkat," tambah Regis mencoba mencairkan suasana tapi siapa yang menyangka, Ima langsung berlari pergi dari sana membuat Regis terkejut.
"Hei!" ia tidak bisa mengejar karena Ima berlari sangat cepat.
"Oh tidak, apa dia akan terluka?"