NovelToon NovelToon
Once Again

Once Again

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:658
Nilai: 5
Nama Author: Mesta Suntana

Tampan, kaya, pintar, karismatik mendarah daging pada diri Lumi. Kehidupan Lumi begitu sempurna yang membuat orang-orang iri pada kehidupannya.

Hingga suatu hari Lumi mengalami kecelakaan yang membuat hidupnya berada ditengah garis sial atau beruntung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mesta Suntana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18 - Caddy Golf

...Namaku Lana Persephone. Aku biasa di panggil Lana. Aku merupakan Mahasiswa jurusan Seni. Aku hidup sebatang kara setelah orang tuaku dan kakekku meninggal. Oleh karena itu, sebisa mungkin aku harus berjuang sendirian....

...Aku melakukan banyak pekerjaan paruh waktu. Untuk memenuhi kebutuhan Ku dan biaya kuliah. ...

...Tapi tidak masalah kasih sayang hangat kedua orang tuaku tidak pernah hilang. Nasehat kakek yang selembut kain sutra masih jelas terasa lembut menyambut indra pendengaran Ku. Serta Paman yang terus menjagaku. Kenangan mereka tetap ku jaga dengan baik....

...Sebenarnya saat Aku kecil, Aku termasuk anak yang ceria dan terbuka. Aku beranggapan bahwa dunia itu semudah senyum orang tuaku....

...Ternyata tidak....

...Dunia ini sulit. Begitu juga dengan senyum orang tuaku. Sulit....

...Mengapa?...

...Karena mereka mencoba tersenyum dalam keadaan mereka yang terpuruk....

...Ayah dan Ibuku mengalami kebangkrutan yang membuat mereka merugi. Aku melihat rasa kesedihan begitu mendalam. Setelah kerugian itu, kedua orang tuaku bekerja begitu keras....

...Hanya untukku....

...Mereka mebuat dirinya lelah....

...Hanya untukku....

...Saat itu aku merubah pandangan ku,bahwa uang adalah segalanya....

...Uang adalah ketidak bahagian yang ku butuhkan untuk hidupku....

...Ketika itu aku berumur 11 tahun....

...Saat aku mulai memasuki sekolah menengah. Aku mendapati diriku yang merasa rendah diri. Lalu pintar saja tidak cukup untuk meraih sebuah impian. Bahkan kerja keras pun tidak cukup untuk mengejarnya. Orang yang terlahir dari sendok emas itulah yang akan meraih impian dengan mudah....

...Aku mulai merasa putus asa....

...Aku mulai menjalani hidup, haruskah aku melakukannya?...

...dan haruskah kupikirkan?...

...Aku hidup dengan apa yang seharusnya aku lakukan untuk bertahan hidup. Ketimbang aku memikirkan apa yang aku inginkan. Dan itu menjadi hal biasa dalam hidupku. Apa yang aku inginkan semakin menjauh dariku....

......................

Hamparan hijau terbentang begitu luas. Hamparan langit begitu jelas terlihat. Cuaca hari ini begitu cerah. Suara hentakan begitu keras terdengar. Bola putih kecil itu melambung begitu tinggi. Suara tepukan terdengar setelah pria itu memukul bola golf. Yap. Hari ini Tuan Lumi bermain golf dengan salah satu investor saham.

Mata yang sudah jengah dan tubuh yang sudah lelah. Lana termangu melihat mereka bermain. Hari ini Lana menjadi asisten mereka. Bukan hanya Lumi, tapi para investor saham itu juga. Masih teringat, tadi pagi Lumi tersenyum cerah dan menawarkan Lana menjadi Caddy Golf dan Lana menyetujui hal itu.

Sekarang Lana menyesal, harusnya Dia tidak menyetujui itu. Lana tidak berpikir panjang, Dia lupa kalau Tuannya itu ingin sekali melihat Lana menderita.

" Bagaimana bisa aku menjadi Caddy Golf mereka semua? " Teriak Lana dalam dimensi lain.

" Dasar brengsek sialan. Fuck. Shit. " Tutuk Lana dalam hatinya yang kini dia sedang menenteng tas golf para pemain.

Sekilas Lumi tertawa puas melihat penderitaan Lana. Lana merasa ini tidak akan cepat selesai. Sedari jam sembilan Lana yang menjadi Caddy Golf harus berurusan dengan struktur lapangan golf. Sebagai Caddy Golf, Lana harus bisa menghapal peta lapangan golf. Untuk mengetahui letak hole ada dimana saja. Jadi saat itu juga Lana berperan penuh menjadi seorang Caddy Golf.

Dari mempersiapkan alat pemain dan menenteng tas mereka di pundak Lana yang seperti akan roboh itu. Lana juga harus bisa menjawab pertanyaan dan memberi saran para pemain seputar permainan golf. Lana juga harus mengantar setiap pemain ke hole, serta skor pun Lana yang mencatat. Pekerjaan itu terus dilakukan Lana sampai matahari mulai menutup dirinya.

" Akhirnya selesai juga. " Lana terduduk di kursi tunggu sambil merenggangkan otot yang Dia rasa pegal.

" Ini untukmu wanita muda. " Botol minuman terulur pada Lana. Lana menerima minuman itu dengan senang hati. " Terima kasih. "

Pria paru baya itu tersenyum lebar pada Lana. Lalu mengulurkan tangannya. Lana sedikit kebingungan, namun setelahnya Lana mengerti.

" Oh iya, maaf. Nama saya Lana Persephone. " Ucap Lana canggung sambil menyambut uluran tanga Pria paruh baya tersebut. Senyum lembut itu terukir di wajahnya. " Saya Smith. " suaranya begitu lembut dan tenang.

" Silahkan duduk Pak. " Lana dan Pak Smith duduk berdampingan.

" Pasti kau lelah. " Ungkapnya seperti seorang Ayah pada anaknya.

" Tentu saja, namanya juga kerja. " Lana tertawa begitu juga Pak Smith yang ikut merespon.

Di sisi lain, hati kecil Lana sedikit berkhayal " Mungkin.. Ayah akan seperti ini juga ketika aku sedang lelah. " Sekilas kenangan Lana dengan Ayahnya menyapa datang.

"Nak, ternyata kau tahu tentang permainan golf yah. " Ungkap Pak Smith tidak menduga.

" Oh itu, saya pernah bekerja sebagai Caddy Golf seb..."

" Bagaimana Pak Smith ini, apakah orang-orang seperti Dia tidak mengerti permainan seperti itu. " Potong Lumi sambil menghampiri Pak Smith.

Terlihat Pak Smith terkejut dan merasa tak bermaksud seperti itu. " Akh, maksud saya bukan seperti itu. "

" Bahkan orang-orang seperti mereka melakukan hal ini untuk sekedar bergaya. " Lumi menatap dingin Lana.

" Padahal mereka tidak mempunyai uang. " Lanjut Lumi dingin dan menghina.

" Akh, Kau terlalu berlebihan. Tidak semua seperti itu. Lana sepertinya bukan orang yang seperti itu. " Pak Smith mencoba memberi pandangan lain.

" Benarkah? " Suara dingin itu begitu tajam menusuk hati Lana.

" Sepertinya Lana ingin istirahat. Ayo kita beri Dia waktu. " Ungkap Pak Smith mencoba membantu Lana yang sudah berkaca - kaca.

Pak Smith mendorong punggung Lumi untuk segera pergi dan membiarkan Lana sendirian. Saat hendak pergi Lumi melempar botol minum yang kosong ke dalam tong sampah di sebrang Lana duduk.

" Sampah. "

Ucap Lumi begitu sarkas dan meninggalkan Lana yang menahan bendungan air matanya.

1
Robitasari
hai kak, mampir di karya aku juga dong, kita saling support🫠
Metana: Ayo kita saling mendukung, semangat
total 1 replies
Sugandi Abah
Bagus,aku suka penggambarannya
minsook123
Penggambaran luar biasa.
Beerus 🎉
Sayang banget udah selesai. 😢
ʀɪᴢᴀʟ Wibu
Seru banget, aku nggak sabar nunggu chapter berikutnya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!