Menjadi cantik dan cerdas tidak membuat nasib baik berpihak pada wanita bernama Teresa. Dia adalah seorang wanita yang sudah menikah, tapi nasib buruk terus menimpanya. Selama ini ia menikah atas dasar cinta, membuatnya menormalisasi perbuatan buruk suaminya. Ia menjadi mesin penghasil uang untuk suami dan ibu mertuanya selama ini, sampai pada akhirnya suatu kejadian menyakitkan membuatnya tersadar, bahwa ia harus meninggalkan kehidupan menyedihkan ini. Teresa berubah menjadi wanita yang memprioritaskan uang dan kekayaaan. Ia sudah tidak percaya cinta, ia hanya percaya kepada uang dan kekuasaan. Menurutnya, menjadi kaya adalah tujuan utamanya sekarang. Agar dia tidak lagi ditindas. Sampai ia menemukan seorang pria yang menjadi sasaran empuk untuknya, pria dengan status sosial yang tinggi, pria dari kalangan atas yang akan membantunya untuk meningkatkan status sosialnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 (Bertemu denganya)
Teresa berkaca di depan cermin besar di kamar mandinya. Ia melihat wajahnya yang memar karena mendapatkan beberapa pukulan dari ibu mertuanya. Dan sekarang, di malam yang sangat dingin, ia dikunci di dalam kamar mandi oleh ibu mertuanya.
Ia sudah berteriak dan memaksa ingin keluar, tapi setelah percobaan beberapa kali, ia akhirnya pasrah dan tidak lagi meminta tolong. Teresa lelah, dia tidak mempunyai tenaga lagi untuk menghadapi dua orang gila itu.
Kristan yang statusnya masih menjadi suami Teresa seperti tidak mau tau tentang apa yang di alami istrinya. Ia merasa bahwa sebetulnya, seseorang yang tidak berguna disini adalah Kristan. Pria itu sama sekali tidak memiliki fungsi apapun di dalam hidupnya, dia adalah orang paling tidak berguna di dunia ini.
“Maafkan aku Teresa” ucapnya pada diri sendiri.
Teresa meminta maaf kepada dirinya sendiri yang telah mengalami masa-masa sulit ini. Dia merasa bersalah karena tidak lebih memperdulikan kebahagiaan dirinya selama ini. Tubuh yang ia gunakan bekerja siang malam, tapi justru orang lain yang menikmati hasilnya.
Teresa menyesal karena selama ini ia seperti seseorang yang sangat bodoh. Ia mencintai orang yang salah dan menikah dengan orang yang salah. Ternyata seseorang yang pernah menjadi orang tercantik di kelas, kehidupannya justru sangat menyedihkan seperti ini. Semua itu akibat dari salah memilih pasangan hidup.
Teresa melihat tangan kirinya yang membiru, ia menyentuhnya dan selanjutnya ia meringis kesakitan. Ia harus bertahan sebentar lagi, ia yakin bahwa kehidupan yang ia impikan sudah semakin dekat denganya.
Teresa menutup toilet duduk dan duduk diatasnya. Malam ini, ia akan tidur dengan memeluk kedua kakinya diatas toilet duduk. Terlihat sangat menyedihkan bagi siapa saja yang melihatnya.
—
Malam berganti pagi, sebuah guyuran air berhasil mengenai tubuh Teresa yang masih tertidur dengan posisi duduknya. Ia terkejut bukan main, matanya langsung terbuka saat air dingin itu mengenai tubuhnya.
“Bangun!!! Ini sudah siang! Saatnya kau mengurus suamimu itu Teresa!” Teriak ibu mertuanya di depan wajah Teresa.
Teresa hanya menatapnya datar dan segera memeras air yang berada di rambutnya. Ia segera keluar dari kamar mandi dan langsung menuju ke kamarnya.
Tapi sebuah pemandangan berhasil menghentikan langkah kakinya. Ia melihat Kristan yang sedang tidur dengan Sonia di dalam kamarnya. Dan masih dengan posisi saling berpelukan.
“Jadi ini alasan sebenarnya mereka mengurungku di kamar mandi?” Batin Teresa.
Ia segera membawa handuk dan mengambil beberapa pakaian dan langsung menuju ke kamar mandi. Ia tidak memperdulikan ibu mertuanya yang terus mengoceh kearahnya.
“Sial!! Bagaimana bisa mereka memperlakukanku seperti ini!” Ucap Teresa setelah menutup pintu kamar mandi.
Teresa menutup matanya, membiarkan air mengguyur wajahnya yang memar. Rasa perih yang ia rasakan tidak seberapa dengan rasa sakit hatinya. Ia membuka matanya dan melihat busa yang berada diatas kulitnya. Ia membasuhnya dengan kuat, ia tidak peduli dengan rasa sakit akibat pukulan itu.
Sudah 30 menit ia menghabiskan waktunya di kamar mandi. Sekarang, ia sudah siap untuk keluar dari rumah ini. Hari ini adalah hari liburnya, ia memutuskan untuk menjenguk ibunya.
Teresa keluar dari kamar mandi, dan sebuah mangkuk langsung terlempar mengenai kepalanya. Kali ini sebuah mangkuk berbahan kaca, dan membuat darah keluar dari dahinya.
Teresa langsung melihat siapa yang sudah melemparinya dengan mangkuk itu. Dan ternyata, semua itu adalah perbuatan ibu mertuanya. Mereka sedang makan bersama diatas meja makan. Masih dengan Sonia yang di perlakukan seperti seorang putri raja.
Teresa hanya melihat darah yang ada ditanganya, ia hanya memegangnya sekali dan memutuskan untuk tidak memperdulikan rasa sakit itu. Tere langsung masuk ke kamarnya dan mengambil tas serta dompetnya, ia juga tak lupa membawa jas milik Wiliam, siapa tau hari ini ia bisa bertemu Wiliam di rumah sakit.
“Mau kemana kau!” Ucap Kristan.
“Menjenguk ibuku” jawab Tere singkat.
“Apa dia menjenguk ibunya yang gila itu?” Ucap Sonia bertanya kepada Kristan.
“Iya, yang gila itu” ucap Kristan.
Sonia tertawa, ia menetertawakan tentang ibu Teresa yang gila. Kristan bahkan tertawa terbahak-bahak, membuat Teresa menatapnya tajam.
“Apa yang lucu? Ibuku juga tidak pernah memilih untuk menjadi gila” ucap Teresa.
“Mereka hanya tertawa, berhentilah bersikap dramatis” ucap ibu mertuanya.
“Suatu saat nanti, aku akan membalas semua perbuatan kalian padaku!” Ucap Teresa dan pergi.
Ucapan Teresa tidak mampu membuat tiga orang itu merasa ketakutan. Malah sebaliknya, mereka tertawa dan menganggap bahwa ucapan Tere hanyalah sebuah ucapan yang tidak berarti. Mereka selalu menganggap remeh Teresa dalam segi apapun.
Teresa turun dari taksi sembari mengusap air matanya. Ia sudah menangis di dalam taksi di sepanjang perjalanan. Ia hanya ingin menangis, karena ia terlalu lelah.
Ia melangkahkan kakinya kedalam rumah sakit dimana ibunya dirawat. Ia membawa beberapa buah yang ia beli sebelum datang kesini. Ia datang menemui ibunya yang masih berada di ruangannya.
Tere tersenyum saat ia melihat ibunya yang sedang terlelap. Ia mendekat dan duduk disamping ibunya. Ia mengusap tanganya dan juga menciumnya. Ia benar-benar menyayangi ibunya lebih dari apapun.
Ia sedikit bersyukur karena ibunya sedang tidur saat ini, sehingga ibunya tidak perlu melihat wajah anaknya yang terluka penuh memar seperti sekarang. Bahkan bekas Lemparan mangkuk itu masih membekas dengan darah yang mengering.
“Kurasa aku harus kerumah sakit. Atau luka ini akan membekas diwajahku” ucap Teresa lirih.
Teresa meletakan buah yang ia bawa diatas meja. Ia berpamitan kepada ibunya yang masih tertidur dan memeluknya sebentar sebelum ia keluar dari ruangan.
Ia masih menenteng paperbag berisi jas milik Wiliam. Ia tidak sempat mencucinya, karena hidupnya sangat berantakan semalam sampai ia tidak sempat untuk mencucinya.
Teresa berhenti sejenak dan melihat merek pakaian itu. Dan ternyata benar, jas itu berasal dari merek terkenal. Jas yang masih berada ditangannya ini adalah sebuah barang mahal.
“Apa aku jual saja?” Ucap Teresa.
Tapi matanya menangkap sosok Wiliam yang sedang mendorong kursi roda ibu Mona. Mereka seperti berjalan mengarah ke taman yang berada disamping gedung ini.
“Kita bertemu lagi Wiliam” ucap Teresa dengan senyuman diwajahnya.
Teresa merapikan rambutnya yang sedikit berantakan sebelum ia datang menemui Wiliam dan ibu Mona. Ia mulai melangkahkan kakinya menuju taman.
“Teresa!” Ucap ibu Mona saat melihat Teresa datang.
“Dia mengingatku?” Batin Tere.
Wiliam yang melihat ibunya memanggil nama Teresa pun menoleh kearah yang di maksud oleh ibunya. Matanya melihat kearah seorang wanita dengan luka memar dan dahi berdarah diwajahnya.
Ia melihat bagaimana wanita itu tersenyum hangat kearah ibunya. Wiliam memandang wajah penuh luka itu saat Teresa semakin dekat denganya dan berakhir berdiri disampingnya.
“Teresa kenapa! Teresa kenapa!” Ucap ibu Mona saat melihat wajah Tere terluka.
“Tidak apa ibu, Tere hanya tidak sengaja terjatuh” ucap Teresa.
“Dia berbohong! Sangat jelas bahwa itu adalah luka pukulan” batin Wiliam yang masih terdiam.
Teresa sedikit berbincang dengan ibu Mona. Pandangan matanya sama sekali tidak melihat kearah Wiliam yang berada di sampingnya. Teresa tidak ingin Wiliam merasa bahwa ia sedang mendekatinya. Biarlah semua terlihat lebih alami, dan tanpa dibuat-buat.
Teresa mencoba menoleh kearah Wiliam, dan akhirnya mata mereka bertemu.
“Pa Wiliam?” Ucap teresa dengan raut wajah terkejut.
“Kau mengenalku?” Ucapnya.
Teresa mengangguk dan segera memberikan paperbag berisikan jas hitam miliknya. Wiliam segera membuka isi paperbag itu. Dan selanjutnya, ia terkejut sembari menatap Teresa.
“Kau si nona rubah itu?” Ucap Wiliam.
“Iya, aku adalah wanita dengan topeng rubah semalam” ucap Teresa.
“Terimaksih Pa, karena sudah meminjamkan jas itu” ucap Teresa lagi.
“Kau bisa membawanya, kau juga bisa menjualnya” ucapnya.
Teresa terkejut dengan tatapan mata itu, ia bisa melihat dengan jelas wajah angkuhnya. Padahal sebelumnya tatapan matanya bukanlah seperti sekarang, Teresa sedikit takut dengan tatapan itu.
“Bu, Wiliam akan kembali ke kantor. Nanti akan ada suster yang akan menjemput ibu” ucapnya dan pergi begitu saja.
Teresa bahkan masih diam membeku, ia mendadak tidak bisa berkata apa-apa setelah mengetahui sifat asli seorang pria bernama Wiliam itu. Ia masih takut dengan tatapan matanya.
“Wajahnya memang tampan, tapi kenapa tatapan matanya sangat menakutkan” batin Teresa.
Sementara Wiliam hanya melangkahkan kakinya tanpa menoleh lagi kebelakang. Ia meninggalkan paperbag yang Teresa berikan kepadanya. Ia memakai kaca mata hitamnya dan menaiki mobil mewah miliknya.
“Sangat mudah bagiku untuk melihat niat buruk seorang wanita” ucap Wiliam dengan sorot matanya yang tajam.
lanjutttttt
lanjutttttttt