NovelToon NovelToon
BERAWAL DARI HARAPAN PALSU

BERAWAL DARI HARAPAN PALSU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:941
Nilai: 5
Nama Author: Yuli Yanti

Widuri Azzahra, seorang gadis cantik yang lahir di Cianjur tepatnya di sebuah desa di kabupaten cianjur, namun saat ia sudah berusia 15 tahun Widuri di bawa pindah ke Bandung oleh kedua orang tuanya, Widuri tumbuh menjadi gadis cantik, saat ia menginjak sekolah menengah atas, Widuri bertemu dengan Galuh, selang beberapa bulan mereka berpacaran, namun salah satu pihak merugikan pihak yang lain, ya sayang sekali hubungan mereka harus kandas, karena Galuh yang kurang jujur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14: Jalan Berliku Menuju Mimpi

Widuri mengangguk pelan. “Semua orang berhak dapat kesempatan kedua, Dam. Tapi, aku nggak bakal mudah percaya lagi.”

Damar tersenyum. “Kamu selalu punya hati yang besar, Wid. Itu yang bikin aku kagum sama kamu.”

Widuri hanya tersenyum kecil, tapi dalam hatinya, dia merasa lebih kuat dari sebelumnya.

----

Hari-hari Widuri di sekolah mulai berjalan lebih stabil. Drama dengan Nadia sudah mereda, dan fokusnya sekarang tertuju pada persiapan lomba debat tingkat kota yang akan dilaksanakan bulan depan. Widuri, bersama dua temannya, Aini dan Raka, telah dipilih sebagai tim perwakilan sekolah.

Sore itu, mereka bertiga berkumpul di ruang multimedia untuk latihan intensif.

“Wid, coba kamu yang ambil posisi pro dulu,” kata Raka sambil menyerahkan dokumen yang berisi argumen mereka.

Widuri mengangguk dan mulai membacakan pendapatnya. Suaranya tegas, intonasinya jelas, dan gerak tubuhnya memperkuat setiap poin yang dia sampaikan. Aini yang mendengarkan di sisi lain hanya bisa berdecak kagum.

“Wid, kamu keren banget sih ngomongnya,” puji Aini. “Aku jadi minder.”

Widuri tertawa kecil. “Kamu juga bisa, kok. Ini soal latihan aja.”

Namun, di tengah latihan, pikiran Widuri sesekali melayang pada sosok Galuh. Meski dia sudah berusaha mengalihkan perhatiannya, bayangan masa lalu itu kadang masih menghantui.

 

Sementara itu, di tempat lain, Galuh sedang berdiri di depan cermin kamarnya. Dia menatap pantulan dirinya dengan tatapan kosong. Setelah kejadian dengan Widuri beberapa waktu lalu, hidupnya terasa hampa.

“Aku bodoh,” gumamnya pelan. “Kenapa aku nggak jujur dari awal?”

Galuh mengingat setiap momen yang dia habiskan bersama Widuri, dari tawa kecil di taman sekolah hingga perdebatan kecil yang kini terasa begitu berarti. Dia tahu bahwa dia tidak bisa kembali ke masa lalu, tapi dia juga tidak bisa berhenti memikirkan Widuri.

Dengan penuh tekad, dia mengambil ponselnya dan membuka aplikasi pesan. Jarinya ragu-ragu mengetik pesan untuk Widuri.

“Wid, aku tahu ini mungkin nggak akan ada artinya buat kamu, tapi aku benar-benar minta maaf. Aku berharap kamu bisa bahagia, meskipun itu bukan sama aku.”

Galuh menekan tombol kirim sebelum rasa takutnya menguasai.

 

Keesokan harinya, Widuri menerima pesan itu saat dia sedang sarapan. Dia membaca pesan dari Galuh dengan alis terangkat.

“Widuri, ada apa?” tanya ibunya yang memperhatikan ekspresi putrinya berubah.

“Nggak apa-apa, Mah. Cuma pesan dari teman,” jawab Widuri sambil meletakkan ponselnya di meja.

Namun, pesan itu terus membayangi pikirannya sepanjang hari. Widuri tahu bahwa Galuh menyesal, tapi dia juga tahu bahwa tidak ada gunanya menghidupkan kembali hubungan yang sudah berakhir.

Di sekolah, Widuri menemui Damar di perpustakaan.

“Dam, aku dapet pesan dari Galuh,” kata Widuri sambil duduk di kursi di depannya.

Damar mengangkat wajahnya dari buku yang sedang dia baca. “Oh? Dia ngomong apa?”

Widuri menunjukkan isi pesan itu pada Damar. Setelah membacanya, Damar hanya menghela napas.

“Dia pasti nyesel banget. Tapi kamu sendiri gimana? Ada niat buat balas?” tanya Damar.

Widuri menggeleng. “Nggak. Aku rasa itu nggak perlu. Aku udah cukup capek sama semua ini, dan aku cuma pengin fokus ke hidupku sekarang.”

Damar tersenyum kecil. “Kamu bener. Kadang, memaafkan tanpa balasan itu lebih baik.”

 

Persiapan lomba debat semakin intensif. Widuri dan timnya mulai sering pulang sore untuk latihan. Suatu hari, saat mereka sedang diskusi, kepala sekolah tiba-tiba masuk ke ruang multimedia.

“Anak-anak, saya ingin kalian tahu bahwa lomba ini sangat penting. Sekolah kita belum pernah menang sebelumnya, dan saya percaya pada kalian,” kata kepala sekolah dengan nada serius.

Widuri merasakan tekanan yang luar biasa, tapi dia tahu bahwa ini adalah peluang besar untuk membuktikan kemampuannya.

Setelah kepala sekolah pergi, Raka mencoba mencairkan suasana. “Wid, Aini, santai aja. Kita pasti bisa kok. Kan ada Widuri, pembicara terbaik di sekolah ini.”

Widuri hanya tertawa kecil, meski di dalam hatinya dia merasa gugup.

 

Di rumah, Widuri kembali membuka novel yang sempat dia beli. Setiap kalimat dalam novel itu memberikan semangat baru.

Dia menulis sesuatu di jurnalnya malam itu:

“Aku nggak tahu apa yang akan terjadi di lomba nanti, tapi aku tahu bahwa aku harus memberikan yang terbaik. Bukan buat guru, bukan buat kepala sekolah, tapi buat diriku sendiri.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!