Shanum adalah seorang gadis desa yang di besarkan di keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai seorang OB di sebuah perusahaan terbesar di kota Metropolitan. Karena kecerdasan yang di miliki Shanum ia selalu mendapatkan beasiswa hingga ke Perguruan Tinggi. Namun sayang semua yang ia dapat tidaklah cuma-cuma. Di balik Beasiswa yang di dapat Shanum ternyata ada niat terselubung dari sang Donatur. Yaitu ingin menjodohkan sang Putra dengan Shanum padahal Putranya sudah memiliki Istri. Apakah Shanum bersiap menerima perjodohan itu! Dan Apakah Shanum akan bahagia jika dia di poligami??? Ikuti terus ceritanya.... Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Sudaryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul dia belas malam. Kini para penjaga ruang UGD bergantian untuk tidur. Shanum yang sedang sibuk dengan kertas-kertas di atas meja, tiba-tiba ada yang menghampirinya.
"Num, kamu di suruh ke ruang Direktur." ucap Heru, yang merupakan kepala di bagian UGD.
Shanum terkejut lalu meletakkan kertas-kertasnya di atas meja. "Memangnya ada masalah apa Pak? Kenapa saya sampai di panggil ke ruang Direktur!" tanya Shanum penasaran. "Apakah saya ada melakukan kesalahan?" tanya Shanum balik.
"Kalo untuk masalah itu saya tidak tau! Tadi saya hanya di telpon agar kamu segera ke ruang Direktur."
"Oo... Ya sudah kalo gitu. Saya izin dulu ya Pak." ucap Shanum. Kemudian ia meninggalkan ruangan UGD lalu naik ke lantai atas.
"Heh, Num. Mau kemana kamu?" tanya Lia yang melihat Shanum akan pergi.
"Aku mau ke ruang Direktur Mbak. Katanya aku di panggil Bu Aisyah." jawab Shanum asal.
Kening Lia pun berkerut, merasa heran. "Kenapa juga Bu Aisyah jam segini masih di rumah sakit. Bukannya Bu Aisyah susah pulang dari tadi sore." Lia membatin.
"Apa kamu yakin, kalo di panggil Bu Aisyah? Bukannya......
"Sudah dulu ya Mbak, aku buru-buru. Gak enak kalo kelamaan di tunggu." potong Shanum. Ia lalu meninggalkan Lia yang sedang bingung dengan pikirannya sendiri.
Sesampainya di depan ruangan, yang di tuju Shanum pun mengetok pintu.
Tok....
Tok...
Tok...
"Masuk, " terdengar suara seorang pria dari dalam yang menyuruh Shanum masuk.
"Lho, Mas! Sudah lama nunggu?" Shanum melangkah menghampiri sang suami yang sedang duduk di Sofa. Namun sebelumnya tidak lupa ia menutup pintu ruangan tersebut.
"Baru dua jam yang lalu." ucap Bisma yang memandang sang istri menuju ke arahnya.
Shanum pun duduk di depan suaminya.
"Kenapa kamu duduknya jauh sekali!" protes Bisma. "Sini." Bisma menepuk tempat duduk di sebelahnya.
Shanum bangkit dari duduknya dengan anggun. Ia berpindah tempat duduk, duduk di samping suaminya. Suasana pun mulai terasa hening, namun debaran jantung keduanya semakin terasa. Seperti sedang terperangkap dalam belantara cinta yang membara. Shanum terlihat gelisah di hadapan sang suami.
"Ayo kita istirahat, hari sudah semakin larut, kasian kamu pasti sudah ngantuk." ucap Bisma.
"Tapi, Mas. Bagaimana dengan tugas ku malam ini? Bukankah saat ini jatah piket ku!" tanya Shanum.
"Sudah kamu tenang saja. Tadi aku sudah izin sama atasan kamu. Jadi dia tidak akan mencarimu." jawab Bisma santai.
"Tapi bagaimana dengan teman-temanku. Aku gak enak sama mereka." rengek Shanum.
"Kamu milih bersama teman-temanmu atau bersama ku suamimu." Bisma memberikan dua pilihan yang sulit bagi Shanum.
Tentu saja ia akan lebih memilih bersama suaminya dari pada teman-temannya. Walau hatinya berada di luar.
Kini keduanya masuk kedalam kamar yang memang telah di sediakan di ruangan tersebut. Kamar dengan ukuran tiga kali empat. Dengan tempat tidur king size. Tidak terlalu banyak interior yang ada di dalamnya. Kamar yang cukup sederhana tapi nyaman.
"Kamu tadi sudah sholat?" tanya Bisma.
"Sudah, Mas. Tadi waktu masih di rumah." jawab Shanum.
Shanum dan Bisma pun naik ketempat tidur. Hening sejenak, keduanya saling diam Bisma yang sibuk menatap atap kamarnya, sementara Shanum wanita cantik itu merasa canggung. Beberapa kali ia melirik Bisma yang hanya diam dan tidak melakukan apa pun.
"Apa dia tidak ingin meminta haknya?" Batin Shanum bingung. Karena pernikahan mereka sudah masuk satu bulan pertama. Belum pernah sekalipun Bisma menyentuhnya. Shanum teringat pesan ibunya, yang mengatakan bahwa ia harus melayani suaminya dengan baik. Namun bagaimana caranya ia tidak tau. Karena Shanum memang belum pernah melakukannya.
Sedangkan suaminya itu juga tidak berniat untuk memulainya. Hal itu semakin membuat Shanum bingung dan merasa gelisah. Ia mencoba merubah posisi tidurnya menghadap ke arah Bisma.
"Kalau di lihat seperti ini, dia terlihat tampan, aku dapat melihat hidung mancungnya dengan jelas." Batin Shanum. Yang tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Bisma. Yang begitu tampan sehingga membuat matanya tidak berkedip sama sekali.
Saat Shanum sedang asik mengagumi wajah suaminya itu, tiba-tiba saja Bisma mengalihkan pandangannya menghadap kearah Shanum. Dan membuat pandangan keduanya bertemu. Untuk sejenak mereka saling bertatapan.
Tangan Bisma terulur, mengusap kepala Shanum yang tertutup hijab. Dengan penuh kasih sayang. Tubuh Shanum seketika membeku, merasakan usapan di kepalanya itu. Jantungnya berdebar dengan kencang, sementara tenggorokannya terasa kering. Dan membuatnya harus menelan ludahnya dengan kasar. Menghilangkan kegugupan yang tengah ia rasakan saat ini.
"Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu!" tanya Bisma lembut. Meskipun lidah Shanum terasa kelu, namun ia tetap berusaha untuk mengucapkan sepatah dua patah kata untuk menjawab pertanyaan suaminya.
"Mas, tampan." Ucap Shanum yang keceplosan. Karena saking gugupnya saat ini. Shanum langsung menutup mulutnya karena saking tidak percaya bahwa ia akan mengucapkan kata-kata itu.
"Ma... Maksudnya, apa Mas belum ngantuk kenapa belum tidur?" ucap Shanum malu-malu. Wajahnya yang tertutup cadar bahkan sudah memerah saat ini. Ia hanya bisa menundukkan wajahnya saat ini, dan tidak berani menatap wajah Bisma saat ini.
"Kamu bisa saja, Kemarilah mendekat," ujar Bisma.
"Maksudnya Mas?" tanya Shanum. Menahan dada suaminya itu agar tetap memberi jarak antara tubuhnya dengan suaminya itu.
Shanum, sedikit panik. Apakah Bisma akan meminta haknya malam ini. Jika ia, maka Shanum harus siap melayani. Antara takut dan bingung. Shanum hanya terpaku di tempat.
"Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu, Aku tau kamu belum siap, aku pun sama. Aku ingin kita melakukannya nanti, setelah kita sama-sama saling mencintai. Aku ingin melakukannya karena cinta, bukan karena nafsu semata." tutur laki-laki di hadapannya itu. Seketika membuat Shanum merasa lega.
Dari jarak sedekat itu Shanum bisa mencium aroma tubuh sang suami. Aroma itu sungguh menenangkan membuatnya merasa nyaman, saking nyamannya, Shanum sampai memejamkan mata menikmati aroma tersebut.
"Bukankah kamu tidak bisa tidur. Malam ini aku akan memelukmu. Agar kamu bisa tidur dengan nyenyak." ucap Bisma kemudian melabuhkan sebuah kecupan hangat di kening sang istri.
Merasakan kecupan di keningnya, Shanum pun jadi salah tingkah. Gadis cantik itu hanya menyembunyikan wajahnya di dada sang suami. Senyum pun terukir di wajah Bisma. Kala melihat tingkah Shanum yang menggemaskan. Ia semakin mengeratkan pelukannya dan mencoba untuk memejamkan mata. Agar segera terlelap dalam tidurnya. Malam itu sepasang suami istri tersebut tidur dengan saling berpelukan.
sambil menunggu jadwal therapy ada baiknya kaki bisma tetap di pijat oleh shanum
lanjut kak