Demi menyelamatkan perekonomian keluarganya, Herlina terpaksa menikah dengan Harlord, seorang CEO muda yang tampan, namun terkenal dengan sifat dingin dan kejam tanpa belas kasihan terhadap lawannya.
Meski sudah menikah, Herlina tidak bisa melupakan perasaannya kepada George, kekasih yang telah ia cintai sejak masa SMA.
Namun, seiring berjalannya waktu, Herlina mulai terombang-ambing antara perasaan cintanya yang mendalam kepada George dan godaan yang semakin kuat dari suaminya.
Harlord, dengan segala daya tariknya, berhasil menggoyahkan pertahanan cinta Herlina.
Ciuman Harlord yang penuh desakan membuat Herlina merasakan sensasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Entah kenapa aku tidak bisa menolaknya?" Herlina terperangah dengan perasaannya sendiri. Tanpa sadar, ia mulai menyerahkan diri kepada suami yang selalu ia anggap dingin dan tidak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Saat makan malam bersama calon suaminya, Herlina merasa hati dan pikirannya mulai tenang. Namun, ketenangannya seketika terpecah saat ia melihat seseorang yang tak terduga.
Herlina tercengang, seolah waktu berhenti sejenak. Ia menatap George yang sedang bergandengan dengan Irene. George pun menyadari tatapan marah Herlina. Wajahnya memucat, dan dengan cepat ia menundukkan kepala, seolah menghindari tatapan Herlina. Tak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya.
Irene yang melihat situasi canggung mereka, tersenyum penuh kemenangan, ia merasa sangat senang bisa melihat amarah yang terpancar dari wajah Herlina. Irene pun tertawa, suara tawanya menggelitik telinga Herlina. "Hahaha... Maaf ya, aku datang bersama mantan kamu." ucap Irene, perkataannya seolah menambahkan luka pada hati Herlina yang sedang rapuh.
Herlina merasakan sesak. Kenapa harus sekarang? Kenapa harus di sini? Perasaan sedih yang sudah ia coba lupakan kini muncul lagi dan kali ini berputar-putar di kepalanya. Namun, sebelum ia sempat mengucapkan apa-apa, Harlord menggenggam lembut tangannya yang tergeletak diatas meja. Senyuman lebar terukir di wajahnya.
"Herlina sayang..." ucap Harlord dengan suara lantang dan penuh kehangatan, "Jangan lupa untuk mengundang mereka berdua ke acara pernikahan mewah kita yang akan diadakan seminggu lagi..." Harlord berbicara dengan nada yang hampir seperti guyonan, namun penuh kepastian.
Herlina tertegun. Harlord, dengan sikap santainya, seolah tidak merasa canggung dengan situasi yang begitu tidak nyaman saat ini. "Dasar gila!! mana tega aku mengundang George ke acara pernikahanku!!" batin Herlina yang kesal.
George yang mendengar perkataan Harlord semakin merunduk, seakan malu dengan situasi yang terjadi. Irene, meski terlihat terkejut, berusaha menutupi ketegangannya dengan senyuman yang dipaksakan. Herlina hanya bisa menarik napas panjang.
“Baiklah, aku akan mengundang mereka," jawab Herlina pelan, namun dalam hatinya, ia merasa begitu kacau. Perasaannya antara marah, bingung, dan kesal bercampur aduk. Makan malam yang semula ia harapkan sebagai kesempatan untuk mengenal Harlord lebih dekat, kini berubah menjadi momen penuh ketegangan.
****
Hari pernikahan.
Pagi ini, Herlina berdiri di depan cermin, matanya tertuju pada gaun pengantin putih yang terpasang dengan sempurna di tubuhnya. Ia tersenyum tipis, karena hari ini akan menjadi moment istimewa dalam hidupnya.
TENG.... TENG.... TENG!!
Lonceng gereja berbunyi, kedua insan yang baru saja dipersatukan dalam sebuah ikatan seumur hidup, mereka keluar dari pintu gereja sambil bergandengan tangan mesra, para tamu yang hadir langsung menyambut mereka dengan melemparkan kelopak-kelopak bunga mawar putih ke udara, kelopak-kelopak mawar putih jatuh berhamburan seperti salju keatas kepala Herlina, bunga mawar putih melambangkan "Kehidupan cinta yang baru."
Acara resepsi pernikahan digelar tidak jauh dari tempat pemberkatan, kedua mempelai dan para tamu hadirin berjalan memasuki area resepsi yang sudah di hias dengan sangat indah, berhiaskan kristal-kristal, dan juga bunga-bunga segar di sepanjang sudut ruangan pesta.
Sepanjang acara pesta pernikahan Herlina dan Harlord berdiri diatas panggung menerima ucapan selamat dari para tamu undangan yang datang. Herlina harus terus berusaha tersenyum, agar tidak mengecewakan suaminya, kedua orangtuanya, dan terutama teman-teman sebayanya yang dulu suka menghina kebangkrutan keluarga Herlina.
"Happy Wedding Herlina sayang." Irene si musuh bebuyutan Herlina juga turut diundang menghadiri acara pernikahannya.
"Terima kasih kamu sudah mau datang Irene." ujarnya dengan senyum terpaksa.
Sambil tersenyum culas, Irene berbisik, "Syukurlah kamu menikah lebih dulu, dengan begini tidak ada lagi yang bisa menghalangi aku untuk memiliki George." Irene memperlihatkan seringai liciknya.
Deg!
Hati Herlina langsung berdenyut sakit mendengar perkataan itu, sebenarnya Herlina masih sangat mencintai kekasihnya George, namun ia sendiri tidak berdaya untuk melawan kedua orangtuanya yang memaksa dirinya untuk menikahi Harlord pemuda kaya raya.
Dengan terpaksa dan rasa sedih mendalam, Herlina terpaksa memutuskan hubungan asmaranya dengan George dua minggu sebelum acara pernikahan. Mereka berdua sama-sama menangis kencang, karena tidak bisa berbuat apapun, profesi George hanyalah seorang penyanyi di cafe-cafe, walaupun katanya sudah merilis sebuah album musik, namun belum tahu kapan album musik itu akan sukses laku di pasaran.
Memikirkan itu semua membuat wajah Herlina selalu terlihat sendu, dirinya tidak kuasa menahan tangis jika memikirkan perasaan hancur sang kekasih saat ini, bahkan George sama sekali tidak datang hadir ke acara pernikahan Herlina.
Setetes dua tetes air mata Herlina mulai berjatuhan, Harlord yang melihatnya nampak sangat tidak senang, "Jangan perlihatkan air matamu, tetaplah tersenyum, jangan sampai ada keluargaku yang menanyakan soal ekspresi sedihmu itu." bisik Harlord yang tidak suka istrinya terlihat sedih dihadapan umum apalagi saat hari yang penting ini.
Herlina langsung mematuhi ucapan suaminya, kalau tidak entah apa yang akan Harlord lakukan terhadapnya setelah acara resepsi ini selesai. Suaminya ini benar-benar pria yang tidak punya perasaan, seminggu sebelum acara pernikahan, ia tega sekali memaksa Herlina mengirimkan surat undangan pernikahan kepada George.
"Dasar pria gila!!" umpatnya dalam hati.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**