NovelToon NovelToon
Kau Campakkan Aku, Kunikahi Abangmu

Kau Campakkan Aku, Kunikahi Abangmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dikelilingi wanita cantik / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Si Mujur
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Layli Dinata

Hubungan Inara dan Artha harus kandas karena perselingkuhan Artha. Padahal mereka sudah mau menikah.

Malu pernikahan batal, Inara terpaksa menyetujui perjanjian dengan Argha, kakak Artha demi untuk membalas Artha dan tidak mempermalukan orang tuanya.

Inara kalah dengan perasaannya. Ia jatuh cinta pada suaminya yang misterius. Hanya saja, dendam Argha membuat Inara merasa rendah diri. Dan godaan Artha selalu datang pada mereka.

Akankah Argha dan Inara bisa bersatu, atau masa lalu Argha akan terus membuat jarak di antara mereka dan memilih berpisah demi kebaikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Layli Dinata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 19 Berdebar

Sementara itu, di kamar lain Argha tampak duduk di tepi ranjang. Matanya mengedar pada ruangan yang besarnya mungkin hanya seperti kamar mandinya saja. Rapi, dan cukup dingin karena ada AC. Hanya saja kamar yang ia tempati ini dominasi dengan warna ungu.

Argha menghela napas. Seumur hidup, ia tak pernah berinteraksi seintens ini dengan seseorang yang baru ia kenal. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Gimana cara mengakrabkan diri sama orang ya? Perasaan, aku tidak pernah sepeduli ini sama orang. Argh, Inara benar-benar buat pusing. Mana orang tuanya kaya gitu.”

Tok tok tok

Argha mengangkat wajahnya. Menoleh pada pintu. Rasa tertekan kembali datang. “Masuk! Tidak dikunci.”

Susi memberikan anggukan. Wanita paruh baya itu membawakan teh hangat untuk calon menantunya itu.

“Argha, ini tante buatin teh anget buat kamu, mungkin kamu capek. Oh ya, kamu sudah makan belum? Kalau belum, biar makanannya tante angetin.” Seperti biasa, Susi memang orangnya gampang akrab dengan seseorang. Meski begitu, Argha yang kini terlihat bingung.

“Em, sudah, Tan. Saya sudah makan di jalan tadi bareng Inara,” jawab Argha dengan sopan. “Makasih teh hangatnya, Tante.”

“Sama-sama. Ya sudah kalau begitu, tante keluar. Kalau ada apa-apa, panggil Om Amar, ya.”

“Baik, terima kasih.”

Saat Susi keluar dari kamar Argha mengembuskan napas. Seakan mengisi energi yang terkuras habis. “Mau nikah saja ribet  perasaan.” Argha bangkit dari tepat ia duduk, ia mulai menyeruput teh yang dibuat oleh Susi sebagai bentuk penghargaannya. Setelah itu, ia membuka koper dan mengeluarkan baju.

Beruntung di dalam kamar sudah ada kamar mandi. Lantas, ia menuju ke kamar mandi yang sempit.

“Ini showernya mana?” Argha mengembuskan napas kasar. Merasa frustasi jika harus mandi menggunakan gayung dan air dingin.

 

***

Seperti biasa, Argha selalu bangun lebih awal. Usai menunaikan kewajibannya, ia keluar dari kamar, dengan memakai celana training dan kaos oblong. Rasanya kalau tidak olah raga, badannya akan terasa pegal-pegal.

“Loh, sudah bangun ya?” Susi yang hendak masak, terkejut melihat Argha keluar dari manar.

“Iya, Tante. Mau joging.”

“Eh, sebentar ya, tante bangunin Inara dulu. Dia harus temani. Soalnya, di sini jalannya bingungin, nanti kamu kesasar lagi.”

Argha menggerayangi tengkuknya dengan meringis. Ia mengangguk pelan, lantas duduk di bangku menunggu Inara keluar dari kamarnya.

Susi membuka kamar Inara yang tak terkunci. Sudah beberapa kali ia mengetuk pintu, putrinya itu tak kunjung menyahut.

“Nara, bangun!” Susi mengguncang tubuh Inara, berharap putrinya itu segera bangun.

“Emmm.” Inara hanya bergumam.

“Nara, bangun.”

“Nara sudah bangun tadi, Ma. Nara ngantuk. Kapan lagi Nara bisa bangun siang gak mikir kerjaan.”

“Udah dibilangin, gak boleh tidur setelah subuh. Pamali!” Susi menyeret selimut yang membungkus di tubuh putrinya itu. Berharap Inara lekas bangun. “Bangun, Nara! Temenin Argha jogging, entar dia tersesat. Iya kalau tersesat, kalau sampai digodain sama janda kan ngenes, kamu.”

Inara mengacak rambutnya, frustasi. “Lagian siapa yang mau sama dia, sih, Ma! Aneh gitu.”

“Aneh?”

Inara buru-buru membuka matanya. Hampir saja ia keceplosan. Matanya mengedar ke seluruh ruangan. Lantas mengurut dadanya sendiri. ‘Untung dia gak ada di sini.’

“Aneh gimana maksud kamu?” tanya Susi menelisik. Jujur saja ia sangat penasaran. Ya jelas, orang baru juga berkenalan dengan Argha, ia juga tak tahu bagaimana kelakuan calon menantunya itu.

“Ya aneh, Ma. Suka prengat-prengut gitu, gak lenjeh sama cewek lain.”

Senyum Susi merekah, lalu menoyor kepala putrinya itu. “Itu bagus, dong! Tandanya Argha itu pria yang suka menjaga pandangannya. Bukannya bangga malah kamu aneh-anehin. Gak mau tahu, cepet ganti baju terus temani dia. Atau, kamu enggak mama kasih makan.”

Mulut Inara mengerucut. “Anak mama aku apa Mas Argha, sih, Ma?”

“Kamu anaknya tukang odading. Sudah, buruan!”

“Iya, iya, ah! Mana ada anaknya Mang Odading cantiknya kebangetan kek gini. Anaknya Mang odading laki semua soalnya. Mueheheheh.”

Susi tak mau mendebat lagi. Berbicara dengan Inara akan memakan waktu lama. Ia memilih keluar dari kamar Inara. Menemui calon menantunya itu.

“Mau ngopi dulu atau gimana?”

“Tidak usah Tante. Langsung jogging aja. Inara gimana? Jadi ikut?”

“Jadi, dong.”

Argha mengulum senyuman. Padahal, ia sempat dengar kata-kata yang diucapkan oleh Inara. Dalam hati, ia menyimpan dendam. Ia berniat akan membalas Inara nanti. ‘Enak saja dia bilang saya aneh.’

“Ya udah. Tante masak dulu, ya.”

“Siap, Tan.”

Tak lama, Inara keluar dari kamar.Ia memakai celana panjang ketat dan jaket hitam yang ia tarik zippernya sampai ke leher, jelas pakaian seperti itu menunjukkan lekuk tubuh Inara yang aduhai.

Argha hampir saja gagal fokus. Ia memalingkan wajahnya. Padahal, selama ini ia juga sering melihat wanita berpakaian seksi, hanya saja ia tampak acuh tak acuh dan tak merasa gugup seperti ini.

“Ayo, Pak!” Inara menenteng sepatunya, duduk di sebelah Argha dan memakai sepatu putihnya itu.

Argha mendahului Inara. Membuat Inara mencebik. Lantas, menyusul bosnya itu.

“Pak, kalau lari jangan cepet-cepet kenapa!” keluh Inara yang kewalahan mensejajarkan langkahnya.

“Saya enggak cepat. Biasa aja, perasaan. Kamunya aja, tuh yang lelet.”

Inara berhenti. Ia memilih untuk jalan kaki. Ia tipe gadis yang memang malas kalau disuruh lai. Olahraga yang biasa Inara lakukan ya senam. Ia mengabaikan Argha yang mulai terlihat jauh.

“Udara di sini seger ya?”Argha senang dengan udara di kampung Inara. Segar dan tanpa polusi, mengingat ini masih sangat pagi. Merasa tak ada yang menyahuti, ia langsung berhenti dan menoleh. Kepalanya menggeleng melihat Inara yang tampak berjalan dengan ngos-ngosan. “Selain lola, dia juga lelet, payah banget jadi perempuan,” gerutunya.

“Kamu jalan aja kaya siput!”

Inara mengerucutkan bibir. Kesal. “ Padahal enak-enak tiduran di kamar daripada lari. Kakiku juga belum begitu sembuh.” Inara memang tidak berbohong, kakinya belum sepenuhnya sembuh. Ia berjalan normal di depan orang tuanya karena memang tidak ingin membuat mereka khawatir.

Rasa bersalah menyeruak pada diri Argha. Pria jakung itu meraih tangan Inara. Membawanya duduk di bawah pohon beringin. Di sana terdapat bangku.

“Masih sakit?” tanya Argha khawatir.

Inara manggut-manggut. Ia akan memanfaatkan kakinya yang sakit ini.

“Kita pulang aja kalau kamu tidak nyaman.”

Inara mengangguk. Ia senang, pada akhirnya ia bisa tiduran di kamarnya lagi. Namun, saat melihat Argha berjongkok memunggunginya, Inara mendelik. “Bapak ngapain?”

“Naik,” titah Argha seraya menepuk punggungnya.

“Ha? Naik?”

“Iya. Saya gendong sampai rumah. Takutnya nanti kaki kamu sakit lagi.” Argha menoleh, tatapannya begitu lembut. Hanya saja sikap Inara membuatnya tak sabar. Gadis itu justru bengong di tempat. “Naik! Apa mau gendong depan?’’

Inara menggeleng dengan cepat. Naik di punggung Argha saja dia sudah malu setengah mati, apa lagi gendong depan? Ah, dari pada Argha nekat, Inara langsung naik ke punggung Argha.

“Pak, aku berat loh.”

“Kamu ringan, kaya orang kurang makan.”

Mata Inara mendelik. Mulut Argha memang suka ceplas-ceplos. “Pak, malu.”

“Saya lebih malu karena dari tadi kamu Pak Pak Pak terus. Kamu bukan anak saya! Saya bukan bapakmu.”

Mata Inara mengerjab beberapa kali. ‘Sejak kapan dia banyak bicara seperti ini? Sejak kapan dia sebawel ini, biasanya juga prengat-prengut, kan?’

“Hey, kamu ketiduran!” tegur Argha karena Inara hanya diam saja.

“Gak. Cuma malu aja, orang-orang pada lihatin kita.” Inara menenggelamkan mawajahnya pada leher Argha.  Sampai, pipi Argha merona merasakan kehangatan yang luar biasa. Pria itu sama sekali tidak pernah berbuat seperti ini pada perempuan manapun.

“Sudah dibilangin, kan? Jangan peduli sama anggapan orang.”

‘Aduh, kenapa tiba-tiba jantung berdebar begini ya.’ AInara mencengkeram jaket yang Aerga kenakan, mencoba untuk mengendalikan diri.

“Pegangan yang kuat, saya akan lari!”

Inara mendelik, ia langsung memeluk leher Argha, pria itu berlari, tak menuju arah pulang. Sambil menggendong Inara, Argha berlari. Keduanya berteriak, sampai mengundang atensi para tetangga Inara. Keduanya sudah mirip pasangan yang sangat romantis.

Keduanya tertawa bersama, sejenak, Argha melupakan penatnya pekerjaan, menikmati hidup di desa kecil yang asri.

“Mas Argha! Jangan kencang-kencang!” teriak Inara antas tertawa geli sendiri.

“Pegangan yang kuat!”

1
yo..h72🦂🥀
😍😍👍
yo..h72🦂🥀
Karna PINISIRIN di aplikasi ono gk jadi , Mampir deh di mari 😁😍😍
Layli Dinata: hehehe makasih Akak
total 1 replies
Afiroh
ceritanya menarik..lnjutkn
Layli Dinata: siap Akak. terima kasih
total 1 replies
Jenk Ros
aku mampir donk.. cerita nya keren ❤️🥰
Layli Dinata: makasih akak. semangati aku terus ya
total 1 replies
Anawahyu Fajrin
semangat Up ya Thorrt❤
Layli Dinata: siap Akak
total 1 replies
Anawahyu Fajrin
karyamu bagus banget Thor,,❤
Layli Dinata: makasih Akak
total 1 replies
Jhulie
lanjut thor
Layli Dinata: thank you Kak Jhulie
total 1 replies
Phedra
Bahasanya mudah dimengerti, jadi mudah masuk ke dalam ceritanya.
Layli Dinata: makasih Akak. ikutin terus ya
total 1 replies
Kiran Kiran
Salah satu cerita terbaik yang pernah aku baca, terimakasih thor❤️
Layli Dinata: Ahhh terima kasih, Akak 🤍❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!