Lanjutan If I Met You First...
- Jessica adalah seorang sarjana sejarah dan harus bekerja di museum New York di bulan Desember dimana semua orang antusias dengan natal. Kedatangan Nick yang seorang pemilik restauran halal untuk menumpang di museum karena lebatnya salju, membuat keduanya menghabiskan malam itu sambil melihat-lihat museum. Hingga Jessica harus mencari artifak yang hilang dan Nick membantunya. Lama-lama keduanya pun jatuh cinta.
- Joy bekerja sebagai konsultan finance ketika hendak ke Washington DC, terjebak dengan salju dan terpaksa tinggal di kota kecil bernama Crystal Valley. Disana joy bertemu dengan Ben, seorang pemilik rumah sakit kecil dan juga toko roti di kota itu. Joy yang tidak bisa kemana-mana, mau tidak mau membantu Ben membuat cookies untuk Natal. Ben pun semakin tertarik dengan Joy tapi saat gadis itu harus kembali ke Washington DC, Ben bisa melihat bahwa dirinya tidak pantas dengan gadis kota yang kaya raya seperti Joy.
7th generation of klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sniper v Baker
"Jordan, apa kamu tidak terlalu keras dengan Nick?" tanya Adelaide.
"Nope. Aku hanya ingin tahu seberapa kemampuan Nick. Apakah sesuai dengan tugasnya dulu sebagai seorang sniper," jawab Jordan santai. "Bagaimana Nick?"
Nick hanya tersenyum. "Maka aku terima permintaan kamu."
"Good! Aku suka gayamu." Jordan pun berdiri. "Mari kita ke arena tembak."
***
Washington DC
Rylee membuka matanya saat mencium bau kopi di apartemen Joy. Hari ini memang Rylee tidak masuk kantor karena mendapatkan libur setelah sebulan kemarin dia lembur demi menyelesaikan kasusnya. Pria berwajah dingin itu pun turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi luar untuk wudhu sholat subuh.
"Pagi, Joy," sapa Rylee.
"Pagi Ry. Mau subuhan?" senyum Joy sambil menuangkan kopi ke dalam mugnya.
"Iya. Kamu hari ini ngapain?" tanya Rylee sambil ke kamar mandi.
"Mau menghapalkan jalan."
Rylee tertawa. "Hapalin jalan gimana Joy ? Gedung kantor kamu itu cuma dua blok dari sini."
"Hapalin tempat makan, tempat kopi dan tempat belanja Ry," jawab Joy gemas. "Aku kan belum hapal Washington."
"Mahika kan juga ada di Baltimore, Joy ...." sahut Rylee sambil wudhu.
"Woi, wudhu itu fokus, jangan sambil ngomong !" balas Joy sambil menggelengkan kepalanya.
Suara bel apartemen Joy berbunyi dan gadis itu melihat dari layar monitor cctv nya. Tampak Ben sudah ada di depan sambil membawa paper bag dan Joy yakin itu adalah makanan. Gadis itu pun menuju pintu apartemen dan membukanya.
"Pagi Joy," sapa Ben.
"Pagi Ben. Kamu tidak ... Tidur?" tanya Joy saat melihat mata panda Ben.
"Tidak bisa tidur jadi aku buat roti saja. Boleh aku masuk?" Mata biru Ben menatap penuh harap.
"Masuk saja. Lho memang apartemen Dipta ada peralatan baking ?" tanya Joy yang meminggirkan tubuhnya untuk memberikan kesempatan Ben masuk.
"Surprisingly, semua ada. Aku tinggal membeli bahan-bahan di toko 24 jam dan membuat roti buat kamu."
Joy menggelengkan kepalanya. "Seriously Ben. Kamu harus tidur nanti !"
Rylee yang keluar dari kamar mandi habis wudhu, terkejut melihat Ben datang dengan tas harum bau roti baru matang. "Kamu tidak tidur ?"
Ben hanya nyengir. "Insomnia. Biasa di tempat baru dan ada rasa tidak nyaman."
"Dan akibatnya kamu buat roti? Dasar baker!" kekeh Rylee sambil masuk ke dalam kamarnya.
Ben tersenyum sambil mengeluarkan roti-roti buatannya. "Ada roti coklat, roti tawar dan roti bagel."
Joy tertegun dengan banyaknya roti buatan Ben. "Ya ampun Ben, kita kan tidak sedang membuka toko roti di Crystal Valley."
"Tidak apa-apa. Buat persediaan kamu."
Joy sampai tidak bisa berkata-kata karena semua roti yang dibuatkan Ben adalah semua roti favoritnya selama di Crystal Valley dan pria itu membuatkan untuk dirinya. "Terima kasih Ben."
"Sama-sama." Ben menata roti di tempat roti yang ada disana.
***
Poughkeepsie NY
Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, akhirnya Jordan dan Nick tiba di markas milik keluarga Pratomo Blair. Tempat itu dulunya adalah sebuah gedung terbengkalai yang kemudian dirombak oleh Edward Blair menjadi tempat gym, Dojo dan arena menembak. Keluarga Blair punya tidak hanya di New York tapi juga di London sementara keluarga Pratomo Al Jordan punya di Tokyo dan Dubai dan keluarga Pratomo Giandra di Jakarta.
"Wow !" ucap Nick saat melihat bangunan sepert pabrik atau sekolah dengan bata merah di luar. "Tempat ini sangat awesome!"
"Sampai kamu lihat isinya." Jordan memencet tombol angka dan melakukan scanner retina mata sebelum membuka pintu.
"Seriously Jordan, ini keamanannya saingan dengan Fort Knox," kekeh Nick yang melihat dengan banyaknya cctv di sekeliling bangunan yang berada diatas tanah yang dia perkirakan seluas 5000 meter persegi ... Bisa lebih.
Note
Fort Knox adalah sebuah pangkalan militer milik Amerika Serikat yang terletak Persemakmuran Kentucky, 35 mil di sebelah selatan kota Louisville. Markas tersebut mempunyai luas daerah sekitar 170.4 mil persegi, termasuk lapangan, daerah latihan, dan barak tentara. Di dalam Fort Knox terdapat berbagai fasilitas latihan tentara seperti tempat simulasi, lapangan menembak, lapangan manuver. Tempat latihan ini dapat dimanfaatkan oleh tentara dari berbagai penjuru Amerika Serikat. Di markas ini juga terdapat pusat latihan strategi dan doktrin untuk unit kavaleri (kendaraan lapis baja). Fort Knox menyediakan latihan dasar untuk prajurit baru dan tempat tinggal bagi Komando Rekrutmen Angkatan Darat Amerika (U.S. Army Recruiting Command).
Sumber Wikipedia
"Kamu tidak tahu saja apa yang ada di bangunan ini," jawab Jordan sambil menyalakan lampu dan Nick melongo.
"Gila !" seru Nick saat melihat isi bangunan itu. Bangunan dua lantai dengan Dojo dan arena tinju di pintu masuk. Jordan pun melangkah menuju sisi timur dan Nick semakin terbengong bengong melihat adanya arena menembak dan sebuah pintu besi besar yang membuat Nick bertanya-tanya apa isinya.
"Lantai satu berisikan ini sementara lantai dua tempat istirahat dan latihan memanah dari atas."
"Berapa luas tanah ini Jordan ?" tanya Nick.
"Hampir satu hektar. Kamu baru lihat depannya belum sampai belakang," jawab Jordan yang menuju pintu besi besar itu. Sekali lagi Jordan melakukan scan sidik jari dan retina mata sebelum membuka pintu itu.
Nick tampak shock saat melihat isinya. "Astaghfirullah ...."
"Selamat datang di simpanan keluarga Pratomo Blair," senyum Jordan.
Nick pun masuk ke dalam vault itu dan melihat berbagai senjata disana dan beberapa diantaranya disimpan dalam lemari kaca termasuk sebuah Glock bewarna pink. "Ini punya siapa?"
"Punya Oma buyutku, Yuna Pratomo. Hadiah ulang tahun dari Opa Edward Blair. Tidak ada yang boleh memegangnya kecuali Oom Bayu O'Grady. Mungkin nanti akan diwariskan ke dua cucunya, Dom dan Pip."
"Ini gila!" seru Nick yang melihat koleksi senjata gila-gilaan milik keluarga Jordan.
"Sekarang kita mulai acara adu tembak sniper." Jordan memperlihatkan koleksi senapan sniper termasuk sebuah Barrett M82 di dalam kotak kaca.
"Itu punya siapa?" tanya Nick sambil menunjuk senapan klasik dalam kotak kaca.
"Punya Oma Sabine Al Jordan Schumacher. Dulu dia di tentara perdamaian sebagai sniper. Harusnya si Baby disimpan di Dubai tapi akhirnya disimpan disini."
Nick seperti anak kecil dalam toko mainan. "Jordan, aku tidak mengira kalian juga weapons junkie!"
"Bukan junkie tapi kolektor. Kami tidak memakainya sembarangan, hanya dipakai untuk latihan dan melepaskan stress. Sekarang kamu tahu kan kenapa sistem kemanan ini macam Fort Knox?" senyum Jordan.
Ya jelas kalau begini karena koleksinya gila-gilaan! - batin Nick.
***
Yuhuuuu up Pagi Yaaaaaaaa
thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️
tinggal Ben nih yang belum dites....
harusnya yang ngetes om eagle ato fesya ya
warisan budaya Indonesia yang sarat makna dan filosofi hanya senjata
monggo persiapkan dan tunjukan kemampuan tembak menembak nya....