Jangan Tanyakan Mengapa Aku Berubah

SMA xyz masih dalam masa berkabung selama lima hari ke depan. Sosok Asha memang cukup terkenal di kalangan penghuni sekolah itu.

Selain buku absennya yang sering alpa, gadis itu di kenal pintar. Tapi sayang, tak terlalu banyak yang mau berteman dengannya. Bukan karena tak mau karena Asha 'nakal' , tapi mereka takut dengen tiga bodyguard nya alias tiga sahabat Asha.

Sahabat Asha memang tampan dan tajir, banyak yang tergila-gila padanya. Sayangnya, tidak ada satupun gadis yang bisa membuat mereka tertarik. Selain Asha tentunya, sahabat kesayangan mereka.

"Boleh ngga sih gue main feeling?", tanya Nikala pada dua sahabatnya. Mereka bertiga sedang ada di belakang sekolah.

"Kenapa sama feeling Lo?", Visnu balik tanya.

"Orang yang bikin Asha celaka jatuh di tangga itu orang yang sama, yang udah bikin kita kehilangan Asha!", jawab Nikala.

Dion yang sejak tadi diam pun menganggukkan kepalanya.

"Gue juga berpikiran sama, cuma...gue ngga punya bayangan siapa pun yang bisa di jadikan tersangka!", ujar Dion.

Tanpa mereka sadari, ada yang menguping pembicaraan mereka bertiga dengan senyuman licik.

Salah satunya memberi kode untuk meninggalkan trio sahabat itu.

Dan Nikala menyadari jika sepertinya ada yang mengintai mereka. Sayangnya, saat ia mencurigai salah satu sudut justru tidak ada siapa pun.

"Kenapa Nik?", tanya Visnu.

"Kayak ada yang ngintai kita tadi!"

Dion dan Visnu saling berpandangan. Mungkin kah ada yang memiliki niat buruk pada mereka bertiga seperti yang di lakukan pada Asha????

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Fazal memasuki kamarnya. Aisha tampak duduk santai di balkon kamar mereka.

Dengan langkah pelan, Fazal menghampiri Aisha. Tapi sepertinya Aisha memang tidak mood untuk berbicara dengan suaminya.

Fazal memang tampan dengan postur tubuh yang sempurna. Tapi di mata Asha, gadis seusianya memang mungkin kurang tertarik dengan lelaki dewasa yang sepuluh tahun lebih tua darinya. Berbeda dengan Aisha yang selisih empat tahun dengan Fazal.

"Besok kakek akan mengurus sekolah kamu, Sha!", kata Fazal membuka obrolan.

"Oh...!", sahut Aisha datar. Gadis itu menatap bintang yang bertaburan di langit gelap.

Ternyata aku belum bisa bertemu bunda! Bunda lihat sekarang aku ada di tubuh siapa? Bahkan aku merasa sangat asing di sini, bund!

"Sha?", panggil Fazal. Gadis itu pun menoleh.

"Besok kita beli keperluan sekolah kamu, lusa kamu baru masuk sekolah. Tapi...kamu masuk di kelas dua belas, ngga keberatan kan? Pokoknya, semampu kamu saja Sha. Yang penting kamu lulus tahun ini juga."

Aisha tersenyum sinis.

"Kamu meremehkan kemampuan ku?", tanya Aisha sambil memicingkan matanya. Fazal menggeleng pelan.

"Nggak, bukan itu maksud ku Sha! Tapi....?!"

Aisha mengangkat tangannya agar Fazal diam.

"Kamu lihat saja nanti seperti apa saat aku menjadi siswi terbaik di sana!", kata Aisha penuh percaya diri.

Fazal hanya mampu menganggukkan kepalanya. Lalu tak lama kemudian ponselnya berdering. Ada nama Naura tertera di layar ponsel itu.

Aisha kebetulan melihat nama itu. Fazal terlihat menolak panggilan dari Naura. Dia sudah berjanji akan memperbaiki hubungannya dengan Aisha.

"Kenapa di reject? Angkat saja! Aku juga tidak peduli!", kata Aisha berdiri dari sofa balkon lalu berjalan menuju ke ranjang mereka.

Fazal hanya bisa menghela nafas panjang. Aisha mungkin sama sekali tak merasa cemburu pada sosok Naura.

Lelaki itu memilih memblokir nomor Naura dan setelahnya, ia pun beranjak ke ranjang di mana Aisha berada.

Aisha menatap Fazal dengan curiga saat lelaki itu memilih tidur di sampingnya.

"Kita tidur satu ranjang?", tanya Aisha.

"Iya, selama ini kita memang tidur bersama di ranjang ini."

Aisha pun memilih abai lalu menenggelamkan tubuhnya di balik selimut. Dia memunggungi Fazal dan tak lupa meletakkan bantal guling di antara mereka.

Fazal menatap punggung kecil yang tertutup selimut tebal tersebut. Jika selama ini ia yang mengabaikan Aisha, kali ini sebaliknya.

Jadi begini rasanya di abaikan pasangan sendiri? Batin Fazal.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

"Mau ke mana kalian pagi-pagi begini?", tanya Eva pada Fazal dan Aisha. Gadis itu memilih meninggalkan ibu dan anak itu ke dapur.

"Eh??? Menantu kurang ajar emang ya!", protes Eva.

"Udah lah Bu! Aku sama Aisha mau beli peralatan sekolah. Aisha akan mulai berangkat besok."

"Elehhhh! Udah tua juga masih mau SMA segala. Tinggal kejar paket aja kan bisa! Lagian ya mana ada anak SMA umur dua puluh tiga tahun. Tuaan dia sama gurunya yang udah S1 dong!", celetuk Eva.

"Udah ya Bu, mending kita sarapan!", ajak Fazal.

"Eh, tunggu!", Eva menahan Fazal.

"Apalagi Bu?"

"Kakak mu baru kembali ke sini lusa."

"Ya udah, terserah mba Binar aja. Yang penting urusan kerjaan beres!"

Lagi-lagi Eva menahannya.

"Apa lagi sih, Bu?"

"Kamu memblokir nomor Naura? Semalam dia hubungi ibu, kamu menolak panggilannya habis itu ngga bisa di hubungi. Kamu tuh apa-apaan sih, Zal!"

Fazal memijat pelipisnya.

"Bu, Fazal udah ngga ada hubungan apa pun lagi sama Naura. Jadi tolong sebaiknya ibu juga nasehatin Naura, berhenti hubungin aku."

Eva memanggil-manggil Fazal namun terus di abaikan oleh sang putra.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

"Aku pakai gamis lebar begini?", tanya Aisha berkacak pinggang di depan cermin. Hanya gamis, belum memakai hijab.

Tapi....Aisha memang biasa tertutup, tidak seperti ku! Batin Asha.

Fazal kembali memasuki kamar mereka.

"Sudah siap?", tanya Fazal.

"Aku ngga mau pakai jilbab!", kata Aisha. Fazal yang pasrah hanya mengangguk. Toh istrinya sudah memakai pakaian yang tertutup saat ini, dan itu jauh lebih baik di banding memakai pakaian miliknya.

"Sudah kamu tulis apa saja yang mau kamu beli?", tanya Fazal.

"Kebutuhan sekolah?", tanya Aisha.

"Semua kebutuhan kamu, Sha!", jawab Fazal. Aisha memiliki ide yang cemerlang.

"Semua kebutuhan ku?", tanya nya sambil menaikan salah satu alisnya.

"Iya, semua tanpa kecuali!", jawab Fazal.

Selama menjadi istriku, aku bahkan belum pernah membelikan sepotong pakaian untuk mu, Sha!

"Oke! Aku mau beli kebutuhan pribadi ku di luar urusan sekolah!"

Fazal mengangguk. Dia akan menemani Aisha full day, di kantor sedang tak terlalu sibuk.

"Iya Sha!", kata Fazal. Aisha mengedikan bahunya dan berjalan mendahului Fazal. Otaknya sudah mulai bekerja. Apa saja yang akan di beli nanti.

Oke Aisha! Mari kita bersenang-senang! Kita habiskan uang suami mu, Aisha! Bisik Asha.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

terimakasih 🙏