Fell Harder to You
Awalnya Marley merasa biasa saja dengan Elang. Semakin kesini takdir selalu mempertemukan mereka. Berteman dengan kaka dan teman teman kaka nya membuat Marley seperti berada di kebisingan yang tiada henti.
Termasuk Clara ia lah mak comblang bawel nya.
Apakah Marley akan menyukai ketos itu?
atau apakah Marley akan menelan ludah nya sendiri dengan berkata tak akan suka dengan lelaki populer?
Saksikan kisah mereka dii Fell Harder to You yaaa
jangan lupa tinggalin jejakkkk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byanzaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balkon
Nyatanya Marley tak benar benar tidur. Dengan insomnia yang ia punya dan kejadian di rooftop hotel dnegan Elang. Membuat nya susah tidur.
Ia dengan kesal mengambil buku dan alat tulis nya, untyk di balkon ada kursi dan meja yang di sediakan.
Menatap rembulan sembari memasangkan earphone nya kembali. "kenapa sih gw harus punya insomnia insomnia ini, gw juga mw tidur" kesal nya membuka buku.
...*...
Jam menunjukan pukul 06.20 Syakila teman se kamar nya yang benci pada Marley itu bangun dari tenggelam nya ia di mimpi.
Ia sedikit terkejut dengan Marley yang tak ada di kasur sebelah nya, namun ia tak peduli ia lebih berjalan ke arah kamar mandi.
Niat Syakila setelah mandi itu membuka kaca balkon, membiarkan udara segar di pagi hari itu masuk ke kamar hotel.
Alangkah terkejut nya ia, melihat Marley dengan buku berantakan di meja, Marley dengan tangan yang menjadi bantal di meja, Syakila hampir aja melemparkan handuk yang ia bawa.
Terganggu dalam tidur nya, melihat akward Syakila yang masih ada di depan kaca balkon "lo ngapain tidur di sana?"
"abis sholat, gw ketiduran di situ. Napa? Khawatir sama gw?" ucap Marley datar, membersihkan buku buku nya dan cemilan yang ia beli kemarin.
Syakila memutarkan mata nya kesal "ngapain khawatir sama lo? Gw lebih khawatir kalo lo sakit siapa yang jadi partner nya Elang, nanti pacar gw di sana sendirian kan kasian."
"ngaku ngaku" ucap nya ketus melewati Syakila yang masih mendumel.
Setelah minum di botol kesayangan nya yang berwarna peach, ia merapikan rambut nya yang kusut tadi.
Ia baru sadar bahwa ia masih memakai jaket kaka kelas nya, Elang. Mengingat itu Marley membuka jaket itu lalu mengambil handuk dan alat mandi nya untuk membersihkan diri nya di kamar mandi.
Lagi dan lagi kamar hotel Marley harus di isi dengan banyak orang seperti ini lagi, untuk latihan. Marley sebenarnya tak suka, ia lebih suka belajar sendiri atau hanya dengan partner nya saja.
Dalam diam nya ia melamun, menetapkan tangan di dagu sebagai penopang kepala. Tak ada yang ia pikirkan hanya ingin melamun saja.
Tangan nya di tarik oleh Elang menuju balkon yang saat itu sepi, hanya ada dia dan Elang. Semua peserta dan bu Wulan masih di dalam, entah membicarakan apa.
"1+1 ?"
"dua" Jawab Marley cepat walau alis nya ia kerutkan.
Elang tersenyum, di lanjutkan menduduki kursi yang tersedia. Ia menyadari genggaman pada tangan Marley belum terlepas, ia melepasnya.
"ngapain?" tanya Marley bingung.
"belajar, di sana berisik, saya juga kurang fokus" jawab Elang menunjuk kamar yang di sekati kaca itu dnegan dagu nya.
Marley mengangguk paham dengan jawaban Elang berikan. "tidur nya nyenyak?"
"iya" jawab nya bohong, ya bohong. Sebenarnya sampai jam adzan subuh berkumandang Marley belum tidur, ia masih bergelut dengan rumus dan arus laut di kepala nya.
"nyenyak banget sampai sekeliling mata kamu coklat gitu, kaya mata panda?" kali ini Elang memenuhi atensi nya pada perempuan di pinggir nya.
"cih, kaya cenayang. Males."
Elang menggelengkan kepala nya, menatap sang awan yang kesana kemari bahkan menutupi sang mentari yang akan memperlihatkan cahaya nya. Namun Elang tersenyum, udara nya sangat segar.
"ga cenayang juga atuh mar, sudah hapal dan mengerti rumus nya kan?"
Marley mengangguk "iya hapal dan ngerti, kenapa? Mau tes?"
Elang terkekeh "ga bakal saya tes kalau kamu yakin, saya ga maksa kamu buat bisa menangin juara. Yang penting kamu bisa, saya sudah bangga sama kamu" dengan nada yang lembut nya kembali, membuat mata Marley dan mata Elang bertemu, saling memandang meyakinkan.
"lah? Tadi katanya mau belajar, disini?" Marley menunjuk meja dengan telunjuk nya.
Elang mengangguk "iya belajar, belajar kan gak perlu berisi soal soal? Lagian otak ga bisa nerima informasi berlebihan, nanti lelah. Anggap saja sebagai tempat peristirahatan otak kamu. Nanti kita belajar lagi."
"kalau begitu, mari berjuang bersama? I just wanna bring the cup and buat guru guru yang haus akan reputasi sekolah" Marley tersenyum tipis akan itu, High School Nusantara memang haus reputasi, mereka tak puas jika ada siswa/i yang lomba dan tak membawa piala, memalukan. Katanya.
Elang menatap mata Marley kembali dan mengangguk "ayok, tapi saya gak mau bawa piala buat sekolah. Saya mau bawa piala untuk diri kita sendiri, bagaimana?"
Marley memukul lengan Elang "lawak, piala nya aja bakal di pajang di ruangan. Kita cuma bawa sertifikat dan medali doang"
"iya memang, kalau begitu kita maling aja harus piala nya kita yang bawa?"
Marley tersenyum, menggelengkan kepala nya "haha ayok aja gw mh, kalo berurusan kesiswaan gw ga ikut campur ya. Itu urusan lo wahai ketua osis"
"heii? Kok saya lagii?"
"hahaha kan lo yang bertanggung jawab, gw yang tanggung piala nya"
"itu ga adil nama nya"
"adil, itu di bagi rata"
Kedua nya tertawa akan asbun (asal bunyi) yang mereka keluarkan. Di High School Nusantara memang piala yang di bawa tak bisa di bawa oleh peserta nya sebagian, katanya untuk menarik perhatian calon siswa/i yang nanti akan bersekolah di situ.
Hmm padahal jika di liat liat, sebagian piala nya banyak debu bahkan sebagian ada yang patah. Dasar haus reputasi.
...*...
Tapi walau begitu, jangan lupa tinggalkan jejak dan like, dan komen, dan votee 🆙 terimakasih semuanya