Kejadian malam itu membuatku hampir gila. Dia mengira kalau aku adalah seorang jal*ng. Dia merebut bagian yang paling berharga dalam hidupku. Dan ternyata setelah aku tau siapa pria malam itu, aku tidak bisa berkata-kata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heyydee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Aku pergi ke makam ayah yang berada cukup jauh dari rumah utama. Sebelum sampai disana, aku mampir ke sebuah toko bunga dan membeli beberapa bunga cantik untuk mendiang ayahnya.
Sampailah di sebuah pintu menuju ke dalam pemakaman. Aku turun sambil membawakan bunga cantik. Berjalan perlahan sambil mencari makam ayahnya. Pemakaman itu kini sudah penuh dengan kuburan orang lain. Sudah cukup lama aku tidak berkunjung kesini untuk mendoakannya.
Aku tiba di sebuah batu nisan bertuliskan nama lengkap ayahku. Makamnya tampak bersih karena dijaga dan di bersihkan oleh penjaga disana. Hanya ada rumput-rumput kecil yang mulai tumbuh di area malam ayah. Aku mencabuti rumputnya dan membersihkan batu nisannya agar tidak berdebu. Setelahnya, aku berdoa agar ayah selalu bahagia disana. Selesai berdoa, aku menaruh bunga yang aku bawa tepat di samping batu nisannya.
"Papa, maaf ya Naura baru bisa berkunjung sekarang!"
"Naura rindu banget sama papa! Papa rindu kan sama Naura?" tanyaku sambil mengelus batu nisannya.
"Papa bahagia selalu ya disana! Jangan pernah sedih, Naura selalu mendoakan yang terbaik buat papa," ucapku sedih.
"Oh iya pa! Papa gak marah kan sama naura karena Naura udah nyetujuin mama buat nikah lagi?" tanyaku.
"Papa, mama sekarang udah bahagia lagi sama pasangan barunya! Papa baru Naura juga baik banget! Dia sayang sama mama dan juga Naura," ucapku.
Setelah selesai melepaskan rindu, aku mencium batu nisan ayah. Setelah melepas rindu dengannya aku kembali ke mobil dan pergi dari sana.
Di sisi lain, Revandra tengah termenung memikirkan sesuatu.
"Tuan, apa yang sedang anda pikirkan? Apakah tuan punya masalah?" tanya sekretarisnya yang baru saja datang.
"Bukan apa-apa,"
"Tuan, Mr, Deon sudah berada di bawah," ungkapnya.
"Baiklah," Revandra berdiri lalu pergi menemui partner bisnisnya.
Revandra menyapa kedatangannya dan mengajaknya ke ruangan meeting. Mereka bukan membahas tentang meeting melainkan ada hal lain yang mereka bahas.
"Saya akan mengadakan pesta di rumah! Apakah tuan bersedia untuk datang?"
"Suatu kehormatan besar bagi saya bisa mendapatkan undangan dari anda secara langsung," jawab Revandra.
Mereka berbincang santai dan tampak sangat akrab.
***
Sesampainya dirumah, aku bingung mau ngapain.
"Huh, ngapain ya?" tanyaku bingung.
"Nonton Drakor gak enak kalau siang-siang begini," ucapku.
"Nonton tv lagi bosan,"
"Ah, berenang aja deh!" ucapku.
Aku mengganti pakaian dan berjalan menuju kolam berenang. Saat melihat air, aku langsung merasa ingin segera terjun.
"Wah, kayaknya seger banget airnya," ucapku senang.
Aku duduk di pinggir kolam dan hanya kakiku saja yang masuk ke dalam air kolam. Aku bermain air dan terasa sangat menyenangkan.
Saat akan masuk kedalam air, tiba-tiba bibi pelayan menghampiriku.
"Nona! Maaf mengganggu waktunya," ucapnya.
"Ada apa?" tanyaku heran.
"Tuan Revandra menelpon," ucapnya.
Aku langsung mengambil ponsel bibi pelayan.
"Halo, ngapain lo nelpon?" tanyaku.
"Kenapa ponselmu tidak aktif?"
"Oh itu....ponsel gue tadi sengaja gue matiin dayanya, kenapa?"
"Aktifkan sekarang,"
"Ih, lo tinggal bilang aja apa susahnya sih?"
"Aku mau bicara di ponselmu! Tidak enak jika nelpon di ponsel orang,"
"Huh, padahal gue baru mau berenang, udah di ganggu aja sama nih orang," batinku kesal.
"Cepatlah," pintahnya.
"Iya," aku menutup telpon darinya.
"Ini bi,"
"Oh iya non," bibi mengambil ponselnya.
Aku bergegas ke dalam kamar dan mengaktifkan kembali ponselku yang ku matikan daya.
Drrt
Drrt
"Ada apa?" tanyaku.
"Nanti malam kau ada waktu?" tanyanya.
"Mau ngapain?" tanyaku.
"Kau ada waktu atau tidak?"
"Banyak,"
"Kalau begitu, nanti malam kau ikut aku!"
"Apa? Kemana?" tanyaku heran.
"Ke acara penting,"
"Tapi-
"Tidak ada penolakan! Aku sudah menyuruh orang untuk mendandani mu dan memberimu baju yang bagus. Aku akan menjemputmu saat kau sudah siap," ucapnya.
"Mau kemana sih?" tanyaku.
"Jangan banyak tanya! Kau harus bersiap untuk nanti malam," ucapnya.
"Tuan, meeting akan segera di mulai," ucap seorang wanita yang tidak lain adalah sekretarisnya. Suara itu terdengar jelas di telingaku.
"Sudah ya, aku tutup telponnya," Revandra segera menutup panggilannya.
"Cih, dia mau ajak gue kemana sih? Ke acara penting apaan?" tanyaku penasaran.
Jam pun berlalu dengan begitu cepat. Saat aku tengah maskeran, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku. Aku segera membukanya dan terlihatlah beberapa orang wanita dengan pakaian rapi.
"Selamat malam nona,"
"Iya, kalian siapa ya?" tanyaku.
"Kami adalah orang yang di pesan oleh tuan Revandra untuk nona,"
"Hah?"
"Baiklah nona, kita mulai sekarang juga,"
Mereka berbagi tugas untuk mendandani ku menjadi lebih cantik lagi. Ada yang membenahi rambut, memberi warna pada kuku tanganku dan juga bagian utama yaitu wajahku.
"Wah, nona sangat cantik! Kalau tidak make up pun wajah nona kelihatan sangat segar dan sehat. Kulit nona sangat bagus dan sempurna," pujinya.
"Kita hanya perlu memberi sedikit saja untuk membuat wajah nona lebih bersinar lagi,"
Aku hanya bisa diam dan pasrah saat mereka mendadaniku. Tak butuh waktu lama, akhirnya make up pun selesai. Saat aku melihat ke kaca, aku seperti menjadi orang lain.
"Ya ampun, ini aku?" tanyaku kaget saat melihat wajah yang sangat cantik dari sebelumnya.
"Ya nona, bagaimana? Apakah anda puas dengan hasilnya?"
"Iya, ini bagus banget! Mek up nya flawless banget," ucapku.
"Kalau kayak gini mah aku gak rela buat ngapus make up nya," ucapku.
"Nona, ayo kita pas kan gaunnya untuk anda,"
Mereka membawa gaun yang cukup banyak. Dengan berbagai model yang apik dan harganya sangat mahal. Semua itu sangat cantik sampai aku tidak bisa memilih.
"Aku gak tau pakai yang mana? Semuanya bagus banget! Kalian aja deh yang pilihkan yang cocok buat aku," ucapku.
"Baiklah nona, kalau begitu kita coba saja semua gaunnya,"
Aku mencoba satu per satu gaun cantik mereka. Setelah beberapa gaun yang sudah aku coba, ada satu gaun yang akhirnya sangat cocok dan bagus di tubuhku.
"Sempurna! Ini dia yang kita cari! Ini sangat luar biasa, nona tampak sangat luar biasa," ucapnya kagum.
"Benarkah?"
"Iya, nona tampak sangat sempurna! Pasti tuan Revandra akan sangat senang melihatnya,"
Lalu aku memakai heels yang cukup tinggi dan runcing yang sangat cocok untukku. Mereka juga memilihkan tas-tas mahal dan berkualitas tinggi bahkan edisi yang terbatas untukku.
"Apakah ini tidak terlalu berlebihan?" tanyaku.
"Tidak nona! Semua orang yang datang ke acara penting ini pasti akan berlomba-lomba untuk berpenampilan sempurna,"
Tak lama kemudian, datanglah pak supir yang biasa mengantarku.
"Nona, tuan muda sudah menunggu di depan,"
Aku segera kuar dari kamar menuju mobil. Berjalan dengan hati-hati agar tidak terplekok. Aku agak kesusahan karena aku tidak terbiasa dengan heels yang runcing seperti ini.
Saat aku keluar dari dalam rumah, pandangan Revandra langsung tertuju padaku. Dia keluar dari mobil karena melihatku kesusahan saat berjalan menuruni tangga pendek.
Dia berdiri sambil menatapku dengan kedua tangan berada di kantong celananya. Aku terhenti saat dia menatapku.
"Perlu bantuan?" tanyanya.
"Hah? Enggak, gue bisa sendiri kok," jawabku penuh percaya diri.
Aku perlahan menurunj anak tangga pendek. Namun walaupun sudah hati-hati, tetap saja kakiku akhirnya terpleset dan hampir jatuh. Untungnya Revandra segera menangkapku.
"Kau begitu percaya diri ya? Tapi lihatlah, kau bahkan terpleset lagi," ucapnya.
Revandra mengangkat ku ke dalam mobil. Aku tidak melawannya dan diam apa adanya. Setelahnya, mobil pun jalan dengan di dampingi beberapa anak buahnya yang naik mobil dan berada di belakang kami.
"Kita mau ke acara apaan sih?" tanyaku masih penasaran.
"Nanti kau juga akan tau,"
"Huh, nyebelin banget sih nih orang," batinku kesal.
"Mending gue tiduran di rumah aja," batinku.
"Di sana nanti, kau harus menjaga sikapmu,"
"Emang kenapa dengan sikapku?" tanyaku.
"Kau agak kurang sopan," jawabnya.
"Hei, ini tuh karakter gue! Ya suka-suka gue dong! Lagian gue tau tempat kok," ucapku kesal.
"Huh, kata-katamu itu agak kasar ya?"
"Apaan sih? Lo gak suka? Ya udah skip aja," ucapku.
"Jangan menggunakan bahasa yang sedikit kasar! Di sana banyak orang-orang penting yang hadir! Gunakanlah kata-kata yang lebih baik lagi,"
"Kalau gue gak mau gimana?" tanyaku.
Dia tiba-tiba menarik pinggang rampingku hingga tubuhku condong mendekat ke tubuhnya. Bahkan tanganku menyentuh d4da kekarnya. Dia mengelus pipiku dan membuatku hampir kehilangan kesadaran diri.
"Jika kau berani membantah, kau tau akibatnya bukan?" tanyanya.
"Iya, Oka! Gue-eh maksudnya aku bakal ngomong lebih halus lagi kok," ucapku pasrah.
"Anak baik," ucapnya sambil tersenyum manis.
Aku segera menjauhkan diri dari Revandra. Aku melihat ke arah jalanan malam yang tampak sepi dan hening. Lalu melihat lampu-lampu dari gedung-gedung yang tampak indah.
Tak berselang lama, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah mewah. Tampak semua orang yang di undang sudah berada disana.
Revandra keluar duluan lalu membukakan pintu untukku. Aku turun di bantu dengan Revandra.
"Astaga, ini terlalu ramai," batinku menjadi gugup.
Revandra menggandeng tanganku namun aku tak punya percaya diri untuk berjalan bersamanya apalagi dengan orang yang seramai ini.
"Kenapa tidak jalan?" tanya Revandra.
"Rev, aku di dalam mobil aja deh!" jawabku.
"Hah? Jangan bercanda,"
"Aku malu tau," ucapku.
"Malu kenapa?"
"Ya malu aja! Aku gak pede jalan di keramaian kayak gini, apalagi dengan dandanan yang mencolok kayak gini," ucapku.
"Tidak apa-apa, tidak ada yang perlu di khawatirkan selama kau bersamaku," ucapnya.
"Tapi-
"Sudahlah, ayo kita masuk," Revandra menggandeng tanganku seperti seorang kekasihnya.
Saat kami datang, semua mata langsung tertuju pada kami berdua.
"Wah, siapa wanita cantik yang bersama dengan tuan Revandra?"
"Wah tampan dan cantik, mereka serasi sekali!"
"The real couple goals idaman,"
Mereka banyak memuji kami berdua. Banyak yang mengira kalau aku adalah kekasihnya padahal kan aku adik tiri nya.
Seketika gosip lain berubah menjadi gosip tentang kami berdua.
Mr. Deon menyambut kami dengan senang.
"Wah akhirnya tamu penting kita datang juga,"
"Tidak mungkin saya tidak datang, apalagi anda mengundangnya secara langsung," ucap Revandra.
"Ngomong-ngomong, ini siapa? Kekasih kamu?" tanyanya penasaran.
"Hah, bukan pak! Saya adiknya," aku langsung menyambar.
"Oh, adik? Wah, saya baru tau?"
"Uh, dia ini adalah adik tiri saya," jawab Revandra.
"Oh, berarti ini adalah anak dari ibu sambung kamu?" tanyanya.
"Iya,"
"Ya sudah kalau begitu kita masuk saja sekarang," ucapnya.
Semua tamu masuk kedalam ruangan yang telah di sediakan. Terdapat banyak makanan dan minuman yang tersedia termasuk bir dan wine mahal. Tamu-tamu juga tampak sangat berkelas dengan balutan busana yang mewah.
"Huh, untung gue gak kebanting sama mereka," batinku saat melihat orang-orang di sekeliling.
"Pasti mereka semua orang-orang kaya," batinku.
Aku dan Revandra duduk di kursi yang telah di sediakan. Meskipun acara sudah di mulai, aku sama sekali belum tau sebenarnya ini acara macam apa.
"Ini acara apaan sih? Kok gue kagak mudeng ya?" batinku merasa goblok.
Acara ini membahas tentang perusahaan dan bisnis-bisnis yang ada di dalamnya. Acara ini di buat untuk mengumpulkan semua orang yang terlibat dalam perusahaan maju dan besar yang ada di ibu kota dan berencana membuat kerja sama yang besar.
Saat semua orang fokus mendengarkan penjelasan dan pidatonya, aku malah melihat sesuatu yang menyebalkan.
"Astaga, kok mereka disini juga sih?" batinku kesal.
"Kenapa harus ketemu lagi sih? Haduh, mood gue jadi buruk," batinku kesal.
Ternyata Leo dan Lisa juga di undang oleh Mr. Deon. Wajahku langsung berubah jadi cemberut. Setelah satu jam lamanya mendengarkan penjelasan dan pidato yang tidak berguna, akhirnya selesai juga.
Acara yang di tunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Pesta di mulai dengan sangat berkelas dan mewah.
"Naura, kau nikmatilah pestanya! Aku ada urusan bersama Mr. Deon," ucapnya.
"Hmm," aku hanya mengangguk pelan.
Dia pun pergi meninggalkanku sendiri. Aku melihat sekeliling, mereka semua tampak asik menikmati musik dan makanan juga minuman yang tersedia.
Aku yang tidak mau kalah pun juga ikut-ikutan. Aku mendekat ke arah meja yang penuh cake. Aku mengambilnya lalu mencicipinya dan ternyata rasanya sangat enak.
"Hmmm, ini enak!" ucapku.
Aku melipir ke meja lain dan mencicipi makanan yang ada disana. Saat tengah asik makan, Leo dan Lisa menghampiriku.
"Hai Naura!" sapa Lisa dengan senyuman manisnya.
Aku di buat kesal saat dia datang bersama Leo sambil bergandengan tangan.
"Sudah lama kita tidak bertemu," ucap Leo.
"Dasar tidak tau malu," batinku kesal.
"Wah, sepertinya kau sangat menikmati makanannya ya? Kau terlihat sangat rakus," ucap Lisa.
"Huh, rakus? Emangnya kalau aku rakus kenapa? Kok dia yang sewot?" batinku kesal.
"Sayang, jika kamu membawanya ke pesta seperti ini, apakah kamu tidak malu?" tanya Lisa.
"Tentu saja malu! Apalagi dia paling tidak bisa menjaga image. Dia bahkan makan dengan rakus begitu?" ucap Leo membuatku marah.
"Wah, si Leo bener-bener ya!!" batinku kesal.
"Aku heran, kenapa dia bisa ada di acara penting seperti ini? Apakah ada yang mengundangnya? Tapi aku tidak yakin tentang itu? Atau.... jangan-jangan dia diam-diam masuk ke tempat ini supaya bisa memakan semua makanan di sini," ucap Lisa mengejek.
"Sayang, apakah kita perlu memanggil seseorang untuk mengusirnya?" tanya Lisa.
"Aku rasa tidak perlu! Biarlah dia menghabiskan seluruh kue yang ada disini! Kasian, dia pasti tidak pernah makan kue mahal seperti ini," ucap Leo.