Dulu, nilai-nilai Chira sering berada di peringkat terakhir.
Namun, suatu hari, Chira berhasil menyapu bersih semua peringkat pertama.
Orang-orang berkata:
"Nilai Chira yang sekarang masih terlalu rendah untuk menunjukkan betapa hebatnya dia."
Dia adalah mesin pengerjaan soal tanpa perasaan.
Shen Zul, yang biasanya selalu mendominasi di Kota Lin, merasa sedikit frustrasi karena Chira pernah berkata:
"Kakak ini adalah gadis yang tidak akan pernah bisa kau kejar."
Di reuni sekolah beberapa waktu kemudian, seseorang yang nekat bertanya pada Shen Zul setelah mabuk:
"Ipan, apakah kau jatuh cinta pada Chira pada pandangan pertama, atau karena waktu yang membuatmu jatuh hati?"
Shen Zul hanya tersenyum tanpa menjawab. Namun, pikirannya tiba-tiba melayang ke momen pertama kali Chira membuatkan koktail untuknya. Di tengah dentuman musik yang memekakkan telinga, entah kenapa dia mengatakan sesuatu yang Chira tidak bisa dengar dengan jelas:
"Setelah minum minumanmu, aku milikmu."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pria Bernada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bikin Kehebohan
Pas Dara baru aja jongkok di toilet, ada dua cewek masuk dan mulai gosip deket wastafel.
"Siswa-siswa dari SMA Affiliated Nanshi emang keren banget," kata salah satu cewek, penuh percaya diri.
"Keren sih, tapi cuma beberapa doang yang beneran jago," cewek satunya jawab dengan nada ngeremehin. "Mala, lo lupa sama murid baru yang pindah minggu lalu? Dia kan dari SMA Nanshi juga. Dan dia cuma dapet nilai bagus karena nyontek jawaban lo."
"Via, jangan asal ngomong deh, gak bagus kalau ada yang denger."
"Kenapa harus takut? Di sini gak ada orang lain juga kan. Lagi pula, biarin aja kalo ada yang denger, gue cuma ngomong kenyataan. Sekolah mereka bahkan udah ngeluarin pengumuman soal pelanggaran itu, jadi yang malu ya sekolah mereka juga," kata Via sambil nyerocos terus, "Menurut gue, sekolah ternama itu cuma gimmick doang. Liat aja, nanti mereka pasti kalah dari kita."
"Mala..." Belum sempet Mala nyelesaiin kalimatnya, suara flush dari dalam toilet bikin mereka kaget.
Pas pintu toilet kebuka dan mereka ngeliat sepatu kets hitam sama seragam SMA Affiliated Nanshi, mereka langsung diem.
Dara keluar dengan muka datar, cuci tangan di wastafel, terus pergi tanpa liat ke arah mereka.
"Bos, tadi kamu ke mana aja sih?" tanya Dewi yang udah nyari-nyari. Begitu liat Dara, dia langsung nanya buru-buru.
"Ke toilet," jawab Dara datar.
Dewi jadi agak merinding, "Bos, kenapa lo?"
Dara ngeliat Dewi sebentar, "Kasih tau yang lain, apapun yang terjadi, kita harus menangin pertandingan ini."
"Kenapa?" Dewi bingung. Sebelum pertandingan mulai, Dara yang paling nekenin "persahabatan di atas segalanya." Tapi sekarang, malah Dara yang paling keras buat menang. Dewi pun bingung.
"Menangin dulu, nanti gue jelasin," jawab Dara.
Di babak kedua, suasana pertandingan berubah total.
Awalnya, kedua tim saling ngejar skor, tapi tiba-tiba jaraknya makin jauh.
Pertandingan jadi kayak dominasi sepihak dari SMA Affiliated Nanshi. Mereka bisa jawab setiap soal dari SMA No.1 Kota Lin, sedangkan anak-anak SMA No.1 malah bingung ngejawab soal dari mereka.
Akhirnya, bahkan guru pendamping dari SMA Nanshi sendiri ngerasa gak enak. Dia narik salah satu murid cowok yang duduk di deket panggung dan nanya, "Ini apaan sih? Bukannya udah dibilang buat ngutamain persahabatan? Kalian bahkan gak nyisain sedikit pun rasa hormat. Nanti gimana gue jelasin ini ke sekolah?"
Anak cowok itu garuk-garuk kepala, terus ketawa kecil, "Guru, ini permintaan dari Kak Dara. Katanya ada siswa dari SMA No.1 yang ngeremehin kita. Jadi, kita harus nunjukin kemampuan kita biar gak ada lagi kesalahpahaman."
Guru pendamping: "..."
Dia ngerasa bonus bulanannya mungkin bakal dipotong abis.
Pertandingan udah gak bisa dibalik lagi. Di kandang sendiri, siswa SMA No.1 Kota Lin kalah telak, dan para siswa yang nonton di bawah panggung pun gak sanggup ngeliat "pertandingan persahabatan" ini.
Pas pengumuman hasil akhir, guru yang jadi juri juga ikut ngerasa malu.
Kalah bukan masalah besar, toh yang ngalahin mereka adalah siswa dari sekolah ternama.
Tapi kalah telak kayak gini, jelas bikin sekolah mereka malu.
Yang paling sulit adalah, setelah pertandingan selesai, kedua tim harus ngirim kapten mereka buat ngasih kata-kata penutup.
Giliran SMA No.1 Kota Lin duluan. Setelah kalah telak, apapun yang diomongin rasanya udah gak penting lagi.
Terus giliran SMA Affiliated Nanshi. Sebenernya, kapten mereka Dewi yang seharusnya naik ke panggung.
Tapi Dara tiba-tiba ngomong, "Biar gue aja."
Guru pendamping langsung ngerasa ada firasat buruk.
Pas Dara berdiri di atas panggung, gak cuma guru pendamping yang ngerasa ada firasat buruk. Dara senyum manis, liat semua orang yang ada di bawah panggung.
Dia mulai ngomong dengan tenang, "Yang terhormat para pimpinan, guru, dan temen-temen dari SMA No.1 Kota Lin, seneng banget bisa datang ke sini buat sharing pengalaman belajar sama kalian semua."
Pembukaan ini bikin beberapa orang di bawah panggung gemes pengen naik dan nampol dia. Omongannya sih kedengeran bagus—tapi apa coba, berbagi pengalaman belajar? Barusan tuh kayak ajang pamer kecerdasan.
Dara cuek aja sama bisikan-bisikan di bawah, malah ngeluarin ponselnya. "Tapi, pas lagi istirahat di toilet, gue denger beberapa kalimat yang bikin gue agak berubah pandangan soal sekolah ini."
Setelah itu, Dara lirik guru pendamping yang kelihatan gelisah. Dengan nada kalem, dia lanjutin, "Guru kami terus ngingetin supaya kami gak bikin masalah. Tapi maaf, kali ini kayaknya gue gak bisa nurut."
Guru pendamping: "..."
Siapa coba yang kasih keberanian buat ngurusin para ‘pemberontak kecil’ ini buat acara pertukaran?
Seperti yang udah diduga, Dara ngearahin ponselnya ke mikrofon, dan rekaman suaranya diperbesar biar kedengeran jelas di seluruh ruangan:
"Bukannya dia cuma bisa dapat nilai bagus karena nyontek jawaban lo?"
"Via, jangan asal ngomong, nanti ada yang denger."
"Halah, takut apa? Di sini kan gak ada siapa-siapa. Biarin aja kalau denger. Gue cuma ngomong kenyataan. Sekolah kita udah ngasih hukuman buat dia, yang malu ya sekolah mereka."
"Menurut gue, sekolah ternama itu cuma omong kosong, mereka gak sehebat itu. Nanti juga pasti kalah dari kita."
Dara emang hobi main ponsel di toilet, dan kali ini skill cepet tangannya teruji banget. Meskipun dua kalimat pertama gak terekam, bagian sisanya kedengeran jelas.
Dua cewek yang suaranya kedengeran di rekaman langsung pucat di bawah panggung. Mereka gak nyangka obrolan mereka direkam, apalagi sampe diputer di depan orang banyak.
Dara lanjut ngomong, "Kayaknya ada salah paham soal kita dari sekolah ini. Tentu aja, sekolah kami juga punya siswa-siswa yang melanggar aturan, kayak gue ini."
"Tapi, belum pernah ada kejadian di sekolah kami di mana siswa yang dapat peringkat pertama langsung dibilang nyontek." Kalimat ini jelas-jelas nyindir banget.
Guru pendamping dari SMA Affiliated Nanshi kelihatan bingung, "Siapa yang dapat peringkat pertama terus dibilang nyontek?"
Semua orang di sekitar juga tampak bingung. Guru pendamping cuma bisa pasrah.
Beberapa siswa dari SMA No.1 Kota Lin mulai gak tahan lagi. Gak peduli siapa yang lagi berdiri di panggung, entah itu bidadari atau bukan, hinaan kayak gini udah keterlaluan.
"Kalau nyontek ya nyontek! Siswa baru dari sekolah kalian itu emang ketahuan nyontek. Memangnya kenapa kalau diomongin?"
"Iya, bener! Gak tahu malu banget!"
"Apa SMA Nanshi emang ngebolehin siswa-siswanya nyontek gitu aja?"
Suasana di bawah panggung langsung ribut parah.
Di saat itu juga, kepala pengajar kelas tiga yang ikut hadir liat situasi ini dan langsung ngamuk besar.
"Kamu, turun sekarang juga!" Teriakannya bikin suasana tambah kacau.
"Turun!" Ada yang ikutan teriak.
"Turun!"
"Turun!"
Dara ngeliatin mereka dengan tatapan dingin, dan dengan tegas bilang, "Gue gak peduli sama aturan di sekolah kalian, tapi gue, Dara, atas nama baik gue, bisa jamin Chira gak mungkin nyontek."
"Dan temen-temen serta guru yang datang bareng gue juga bisa jamin itu." Setelah ngomong gitu, Dara langsung turun dari panggung.