John Ailil, pria bule yang pernah mengalami trauma mendalam dalam hubungan asmara, mendapati dirinya terjerat dalam hubungan tak terduga dengan seorang gadis muda yang polos. Pada malam yang tak terkendali, Nadira dalam pengaruh obat, mendatangi John yang berada di bawah pengaruh alkohol. Mereka terlibat one night stand.
Sejak kejadian itu, Nadira terus memburu dan menyatakan keinginannya untuk menikah dengan John, sedangkan John tak ingin berkomitmen menjalin hubungan romantis, apalagi menikah. Saat Nadira berhenti mengejar, menjauh darinya dan membuka hati untuk pria lain, John malah tak terima dan bertekad memiliki Nadira.
Namun, kenyataan mengejutkan terungkap, ternyata Nadira adalah putri dari pria yang pernah hampir menghancurkan perusahaan John. Situasi semakin rumit ketika diketahui bahwa Nadira sedang mengandung anak John.
Bagaimanakah akhir dari kisah cinta mereka? Akankah mereka tetap bersama atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Gejolak Hati Dibalik Pelukan
John terdiam, tak mampu berkata-kata. Untuk pertama kalinya, ia tak tahu harus memberi jawaban apa. John menatap Nadira dalam diam, seakan kata-kata tersangkut di tenggorokannya. Pertanyaan itu, pertanyaan sederhana, namun penuh makna, membuatnya sulit bernapas. Ia sudah menghindar, sudah mencoba menjaga jarak, tapi gadis ini, kehadirannya, senyumnya, tatapannya, semakin hari semakin membuat dinding yang ia bangun runtuh sedikit demi sedikit.
“Aku…,” John terdiam, mencari kata-kata yang tepat. Ia tak ingin menyakiti perasaan Nadira, tapi juga tak bisa memberikan harapan. Dalam benaknya, semua ini adalah batas yang tak boleh ia lewati, meski perasaannya sendiri sudah mulai memberontak.
Tatapan Nadira tak berubah, masih menunggu, penuh harap namun diselimuti kekecewaan. "Jadi… apa arti kehadiranku bagi Om?" ulangnya lagi dengan suara lebih lirih, menyentuh sisi rapuh yang selama ini John coba pendam.
Akhirnya, John hanya mampu menghela napas panjang dan membuang pandangan ke arah lain, berusaha menyembunyikan kebingungannya. Melihat sikap Nadira yang polos namun manis ini. Ia berusaha menjaga ekspresi datar, meskipun sebenarnya ia mulai kesulitan menahan debaran jantungnya. "Kau ini, Nadira... Kau membuat semuanya jadi rumit, tahu!" gumamnya, tapi tak mampu mengelak dari pesona gadis di hadapannya.
Melihat betapa kerasnya Nadira mempertahankan posisinya di sisinya, hati John bergetar. la merasa dilema, tetapi di sisi lain ada rasa hangat yang perlahan mulai menembus tembok yang ia bangun di antara mereka.
Nadira tersenyum kecil, puas karena berhasil membuat John terdiam. Ia pun semakin mengeratkan pelukannya, menikmati kehangatan itu sambil berkata pelan, “Pokoknya aku nggak akan biarkan Om dekat-dekat sama perempuan lain!”
John mendesah frustrasi,"Sekarang cepat turun!" Titahnya tak ingin perasaanya semakin kacau karena tingkah gadis ini.
"Iya .iya...Om jangan galak-galak sama aku. Entar aku makin cinta," ucap Nadira patuh dan turun dari pangkuan John, membuat John tak bisa berkata-kata mendengar ucapan itu.
Namun yang membuat John kembali terkejut adalah baru saja ia meminta Nadira turun dari pangkuannya, tapi tanpa diduga, gadis itu malah membaringkan diri di atas ranjangnya, menarik selimut dan memejamkan matanya seolah bersiap untuk tidur.
“Hei, kenapa kau malah tidur di sini?” suaranya terdengar seperti protes, campuran antara kaget dan bingung. John mengusap wajahnya dengan frustasi, tak tahu harus bersikap seperti apa menghadapi gadis yang keras kepala di hadapannya ini.
Nadira membuka matanya sekilas, lalu menatap John dengan tatapan polos, “Aku akan tidur di sini, Om. Mulai malam ini, kita tidur bareng.”
John membulatkan matanya, terkejut dengan pernyataan itu. Ia menghela napas panjang, mencoba meredakan perasaannya yang berkecamuk. “Kalau begitu, aku akan tidur di kamar lain saja.”
Namun Nadira hanya tersenyum tipis, seolah telah mempersiapkan jawabannya. “Aku akan tidur di mana pun Om tidur. Kalau Om tidur di lantai sekalipun, aku akan ikut tidur di lantai.” Ia melipat kedua tangannya di dada dan menatap John dengan tatapan penuh keyakinan. “Bahkan jika Om mengunci diri di dalam kamar, tidak membiarkan aku masuk, aku akan tidur di lantai di depan pintu kamar Om. Om nggak akan tega kalau aku tidur di lantai, 'kan?”
John kembali mendesah, frustrasi melihat keras kepala gadis ini. Pikirannya melayang pada kejadian sebelumnya, ketika Nadira pernah menunggu di depan pintu apartemennya selama berjam-jam hanya demi menunggunya pulang. Saat itu, setelah ia meminta pihak apartemen memeriksa CCTV, ia benar-benar terkejut melihat gadis itu duduk diam di sana sejak pagi. Kenangan itu membuatnya tak kuasa lagi untuk bersikap dingin.
“Nadira, kamu ini benar-benar keras kepala, ya,” gumamnya pelan, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri.
Nadira yang sudah.memejamkan matanya hanya tersenyum kecil, tak membuka matanya. “Om juga keras kepala, selalu menjauh dariku, padahal aku cuma ingin dekat sama Om,” jawabnya dengan suara lembut namun penuh keteguhan, seakan tak peduli seberapa sering John menolaknya.
“Haish... gadis ini! Sudahlah! Tidurlah!” katanya akhirnya, dengan nada yang jauh lebih lembut. “Besok kamu tidak boleh melakukan hal gila lagi, paham?”
Nadira mengangguk pelan sambil tersenyum. "Asal Om janji nggak bakal deket-deket sama perempuan lain lagi."
John tak lagi merespon perkataan Nadira. Akhirnya, dengan dengan terpaksa, John berbaring di sebelah Nadira. Ia tetap menjaga jarak, membiarkan punggungnya menghadap gadis itu.
“Nadira, jangan keras kepala lagi,” gumamnya lemah, hampir seperti permintaan yang ia tahu tidak akan didengarkan.
Nadira hanya tersenyum, menatap punggung John dengan penuh perasaan. “Tenang saja, Om. Aku nggak akan keras kepala, asal Om menjaga hati Om untukku.”
John tak menjawab, hanya menghela napas dalam-dalam dan berbaring dengan tubuh kaku. Meski sebagian hatinya masih ingin menjauh, ada sisi lain yang mulai merasa tak rela jika gadis ini pergi atau beranjak dari sisinya. Nadira memang tak pernah mudah baginya, tapi kehadirannya seperti membawa secercah kehangatan yang tak pernah ia sadari ia butuhkan.
Melihat John tertidur sambil menunggunya, Nadira berinisiatif mendekat dan memeluknya dari belakang, bahkan dengan berani meletakkan kakinya di atas paha John. Spontan, John terkejut dan matanya langsung terbuka. "Nadira! Tidur yang benar!" tegurnya, mencoba mengingatkan gadis itu. Tingkah Nadira benar-benar membuatnya kesulitan menahan diri.
Dengan santai, Nadira menjawab, "Posisi tidurku sudah benar, Om, ini nyaman kok. Apalagi kalau Om berbalik dan memelukku juga," ujarnya sambil tersenyum.
John memijit pelipisnya, berusaha sabar menghadapi sikap Nadira yang semakin berani. Sesaat, ia berpikir bagaimana caranya agar gadis itu tak terus menempel padanya dan membuatnya sulit menahan diri. Setelah berpikir sejenak, ia akhirnya berkata, "Nadira, aku ini berasal dari negara yang berbeda. Di tempat asalku, tinggal serumah tanpa ikatan bukan masalah besar. Tapi di negara ini, budaya dan normanya berbeda, dan kamu asli orang sini. Apa yang kamu lakukan ini tidak sesuai dengan budaya bangsamu."
Namun, Nadira hanya tersenyum kecil, menepis peringatan John dengan tenang. "Om, banyak kok orang-orang zaman sekarang yang hidup bersama tanpa ikatan resmi. Jadi menurutku, Om nggak perlu terlalu khawatir soal itu."
John kembali menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya dari gejolak perasaannya yang bercampur aduk. Tatapan Nadira yang penuh harap, seolah meminta kepastian darinya, membuat hatinya semakin berat. Dalam hati, ia bergumam, "Kenapa aku jadi serumit ini dengannya? Nadira... kenapa kau harus membuat segalanya terasa begitu sulit?"
Ia mengingat Nadira yang selalu memandanginya dengan mata penuh keyakinan, dan tak bisa menahan perasaan hangat yang menyusup pelan ke dalam hatinya. Namun, John tahu betul bahwa membiarkan perasaan ini tumbuh hanya akan membuat segalanya semakin rumit. "Kau tahu aku tidak bisa memberikan yang kau harapkan, Nadira. Aku bukan pria yang siap untuk semua ini," bisiknya dalam hati.
Nadira memejamkan matanya, tetapi pikirannya terus berkelana. Dalam diam, ia masih memeluk John dari belakang, tubuhnya yang mungil menempel erat pada punggung pria itu. Keheningan malam menyelimuti mereka, tetapi hati Nadira tak pernah benar-benar tenang.
"Apa yang sedang aku lakukan? Aku tahu ini salah. Tinggal satu atap dengan pria yang bukan suami atau kerabat dekat... bahkan berbagi ranjang dengannya... ini melanggar semua norma, adat, dan agamaku."
Ia menghela napas pelan. Di dalam hatinya, ia terus bertanya-tanya. "Aku selalu diajarkan untuk menghormati batasan, menjaga kehormatan, tapi di sini aku malah mengabaikan semuanya. Apa yang sudah terjadi padaku? Apa aku benar-benar sudah gila karena cinta?"
Tangannya perlahan mengeratkan pelukan, seolah takut jika John akan pergi. "Tapi... aku merasa aman bersamanya. Bersama dia, aku merasa... dicintai, meskipun aku tahu dia tidak pernah mengatakan itu padaku. Aku ingin dia melihatku lebih dari sekadar gadis yang numpang hidup di apartemennya. Aku ingin dia melihatku sebagai wanita yang pantas untuk dicintai."
...🍁💦🍁...
.
To be continued
beno Sandra dan sasa merasa ketar-ketir takut nadira mengambil haknya dan beno Sandra dan sasa jatuh jatuh miskin....
mampus org suruhan beno dihajar sampai babak belur sampai patah tulang masuk rmh sakit....
Akhirnya menyerah org suruhan beno resikonya sangat besar mematai2 nadira dan dihajar abis2an sm anak buahnya pm john....
belajarlah membuka hatimu tuk nadira dan nadira walaupun msh polos dan lugu sangat cocok john sangat patuh n penurut.....
Sampai kapan john akan hidup bayang2 masalalu dan belajar melangkah masa depan bersama nadira....
masak selamanya akan menjadi jomblo abadi/perjaka tuwiiiir🤣🤣🤣😂