Anastasia, seorang gadis cantik namun bernasib malang.
Dia di tinggalkan oleh kedua orang tuanya dan kini hidup sebatang kara.
Tapi, hal itu sama sekali tak melunturkan semangat hidup Anastasia.
Dia tetap tumbuh jadi gadis yang cerdas dan berpendidikan tinggi.
Hingga pada suatu hari, kehidupan Anastasia seketika berubah drastis saat ia harus terjebak dengan seorang pemuda tampan, kaya raya, namun berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Sedangkan di tempat lain, Elliot sedang merasa galau di perusahaan, sejak tadi dia tidak fokus pada pekerjaannya.
Pikirannya tertuju pada gadis yang menarik perhatiannya itu.
Biasanya Adam akan memintanya untuk mengisi acara seminar tersebut.
Tapi hari ini Adam justru menolak di gantikan, dan dia sendiri yang akan mengisi acara tersebut.
Tok...tok....tok....
"Permisi Tuan, ada yang ingin bertemu dengan Tuan Adam, dia memaksa untuk masuk?" Ucap sekretaris Elliot.
"Biarkan dia masuk!" Tanpa mendengar perintah Elliot seseorang sudah terlebih dulu masuk ke dalam ruangan Elliot.
"Dimana Tuan Adam, saya ada urusan dengannya?" Ucap perempuan yang terlihat sangat sexi tersebut.
Dia menggunakan pakaian dengan belahan dada yang cukup rendah.
"Memangnya siapa kamu? Berani sekali kamu masuk ke perusahan ini?"
"Aku Sovia, calon istrinya Adam." Perempuan tersebut tanpa rasa malu sedikit pun mengaku sebagai kekasihnya Adam.
"Hahahah!!!" Tawa Elliot pecah saat melihat Sovia, tanpa rasa malu sedikit pun duduk di hadapan Elliot.
"Kamu tahu? Adam sama sekali tidak menyukai perempuan seperti kamu , kalau dia tahu kamu ngaku-ngaku jadi calon istrinya, bisa aku pastikan detik ini juga kamu akan dihabisi." Sovia yang mendengar perkataan Elliot tidak sedikit pun merasa takut.
"Aku tidak memiliki urusan denganmu, lebih baik sekarang kamu hubungi Adam, katakan kalau aku ingin menemuinya."
"Pengawal, seret wanita ini keluar dari sini!" Tanpa menunggu lama lagi Elliot langsung menghubungi security.
Disaat itu pula Adam tiba, dan semua orang membungkuk hormat.
Tanpa mengetuk pintu dia langsung masuk ke ruangan Elliot.
Sovia yang masih berada di sana langsung terlihat kegirangan.
"Akhirnya kamu kesini." Sovia langsung mendekat ke arah Adam.
Adam yang melihat Sovia seketika merasa jijik. "Siapa yang mengizinkannya masuk?" Tatapan Adam beralih pada Elliot, dengan tatapan tajam.
Sovia yang melihat itu langsung ketakutan, yang di depannya saat ini bukan Adam yang dulu ia kenal.
"Apa kamu sudah lupa sama aku?" Tanya Sovia dengan wajah memelas.
Sovia adalah teman SMA Adam dulu, wanita yang sangat populer di sekolah,.
Adam juga sempat menyukai Sovia, tapi Sovia tidak tertarik sama sekali dengan Adam saat itu.
Ketika Ayahnya mengatakan bahwa Adam sekarang sudah sukses, dia langsung mencari tahu tentang Adam.
Saat tahu jika Adam adalah pengusaha sukses, dia jadi tertarik untuk mendekati dia.
Apalagi sekarang Adam sudah terlihat lebih tampan, gagah dan berkharisma.
"Aku tidak pernah lupa dengan perempuan yang menjual tubuhnya demi karir?" Ucap Adam santai.
Sovia yang mendengar itu seketika terkejut, apa yang dikatakan Adam memang benar adanya.
Sewaktu SMA dia memang sudah menjual tubuhnya pada orang kaya.
Oleh karena itu sekarang dia sudah sukses dan menjadi model papan atas. Selain menjadi model dia juga bekerja sebagai pemuas nafsu pria kaya raya.
"Aku sudah tidak begitu lagi, Dam." Sovia mencoba membujuk Adam, tapi Adam tidak perduli sama sekali, dia langsung meminta security untuk mengusir Sovia.
"Adam, aku mencintaimu, dari dulu aku sudah tertarik padamu , tapi aku ...." Ucapan Sovia terjeda, karena dia sudah lebih dulu di tarik keluar.
"Awas kalian, aku akan meminta Adam memecat kalian semua, lihat saja nanti!" Sovia dengan marah keluar dari perusahaan Adam.
Dia menuju rumahnya, rumah yang tidak terlalu mewah, dengan wajah yang kesal dia datang menemui Ayahnya.
"Apa kamu gagal?" Tanya seorang pria paruh baya itu.
"Ya, dia menolak pesona seorang Sovia, tapi aku yakin kalau dia masih menyukaiku. Aku melihat dari tatapannya yang sangat dalam padaku." Sovia terlihat sangat percaya diri.
"Kamu harus terus mendekatinya, jangan sampai gagal, kamu bisa merayu pria-pria kaya raya. Papa yakin, Adam yang dulu pernah menyukaimu pasti bisa kamu gapai." Pria tua dengan perut buncit itu sedikit tersulut emosi.
Bagaimana tidak, Adam sudah menyiksanya waktu itu, Adam juga sudah melukai tangannya.
Perusahaannya saat ini juga bangkrut, dan itu semua ulah Adam.
Dia masih belum mengerti kesalahan apa yang di lakukannya malam itu, sehingga membuat Adam murka padanya.
***
Sedangkan Ana, setelah makan siang di restoran mewah tadi, dia langsung di antar ke mansion oleh Adam.
Karena Adam memiliki sedikit urusan, dia mengizinkan sahabat Ana mengunjungi Ana di mansion mewah tersebut.
Saat ini mereka berada di mansion mewah sambil menikmati cemilan, mereka bertiga berada di taman dekat kolom renang.
"Aku tidak menyangka Ana bisa seberuntung ini, aku juga ingin seperti ini." Putri merasa sangat semangat saat Ana meminta mereka mengunjunginya.
"Iya, aku juga ingin seperti ini, katakan pada Adam, jika ada sahabatnya yang sedang mencari pasangan, aku siap menjadi pendamping hidup mereka untuk selamanya." Tawa Lisa pecah saat mengatakan itu.
"Mimpi kamu, kita tidak cocok dengan mereka yang berasal dari kalangan atas , kita cocoknya dengan pria yang sederajat dengan kita." Ucap Putri.
"Siapa tahu nanti jodoh seperti Ana saat ini, awalnya tidak mau, lama kelamaan jadi tidak mau jauh." Lisa dan Putri sibuk berdebat, sedangkan Ana hanya tersenyum menanggapi sahabatnya itu.
"Sudah-sudah, malam ini kalian kerja gak?" Tanya Ana.
"Iya, tolong katakan pada Adam kalau kita mau cuti malam ini, untuk menemani kamu disini." Putri berbicara sambil mengunyah makanan.
"Aku tidak seberani itu tahu." Ucap Ana.
"Oh iya, kamu lihat tidak pembantu yang tadi membawa minuman kesini? Sepertinya dia tidak menyukai keberadaan kamu, kamu merasakannya juga, tidak?" Putri sempat melihat Bela yang menatap sinis ke arah Ana.
"Iya, aku juga berfikir seperti itu, masa ekspresi wajahnya seperti itu, seperti melihat musuh bebuyutan!" Lisa juga sepemikiran dengan Putri.
"Tidak tahu, aku juga tidak mengerti. Saat pertama kali aku datang kesini juga seperti itu. Dia mengatakan kalau aku seorang jalang, yang sebentar lagi akan di buang oleh Adam, wajahnya juga terlihat seperti sangat kesal." Jawab Ana menjelaskan.
Mereka saling bertukar cerita hingga pukul empat sore.
Ana dan sahabatnyasedang berada di ruang tamu, mereka asik bercerita sampai tidak sadar jika Adam sudah kembali.
Ehem!!!!
Semuanya menoleh ke sumber suara, Ana yang melihat Adam tersenyum, sedangkan Putri dan Lisa langsung shock saat melihat Adam.
"Kita langsung pamit pulang ya, sebentar lagi mau kerja." Putri langsung menyambar tasnya, Lisa juga melakukan hal yang sama.
"Kalian hati-hati dijalan, sampai ketemu besok." Ana tidak mengantar mereka ke depan, dia melihat Adam yang masih setia menendanginya.
"Senang ....?" Adam mendekat ke arah Ana.
Cup!!
Satu kecupan mendarat di bibir Ana.
Ana yang mendapat kecupan langsung merah merona.
"Malam ini aku mau keluar sebentar, ada sedikit urusan."
Adam merangkul Ana menuju lantai 3, sejak malam itu Ana sudah tidur di sana, semua barang-barang Ana juga sudah dipindahkan.
"Apa aku boleh bekerja lagi?"
Pertanyaan Ana menghentikan langkah Adam.
"Tidak, sudah kubilang sekarang kamu itu wanitaku, jadi semua milikku juga akan menjadi milikmu!"
"Tapi aku ingin hidup mandiri, aku akan mencari pekerjaan yang layak."
"Aku sudah bilang, kamu cukup dirumah saja, jangan ngeyel."
Adam masuk ke kamar mandi, dia membersihkan tubuhnya setelah itu keluar menggunakan handuk yang melilit pinggangnya.
Ana yang melihat itu langsung menunduk, Adam terlihat begitu sexi dimatanya.
"Kenapa menunduk, kamu tidak mau melihatku telanjang? Padahal diluar sana banyak yang ingin melihatku." Ucap Adam dengan penuh percaya diri.
Malam ini dia akan ke markas, dia akan mengunjungi Rendi dan kawan-kawannya.
Sudah seminggu mereka di tahan dan Adam belum melihat mereka, hanya Elliot dan Joane yang sering berkunjung kesana.
Setelah memakai pakaian lengkap, Ana juga sudah selesai mandi, mereka menuju ruang makan, disana sudah terhidang berbagai makanan yang sangat menggunggah selera.
"Terima kasih Bi." Ucap Ana lembut saat salah satu pelayan yang hampir seumuran dengan Bi Yanti menarik kursi untuk Ana.
"Sama-sama Nyonya!" di rumah itu hanya Bi Yanti yang memanggil Ana dengan sebutan Non.
Adam melihat Ana yang lahap dengan makanannya.
Semenjak tinggal disana Ana sudah terlihat lebih berisi, berat badan Ana juga ikut bertambah.
"Kenapa, apa aku belepotan?" Ana melihat Adam yang terus memperhatikannya.
"Cantik!" Satu kata yang keluar dari mulut Adam, langsung membuat pipi Ana memerah.
**********
**********