"maaf Tuan Muda, karena kesalahpahaman ini. Anda harus menikahi saya." Ucap Carine Anastasya Conwer dengan tatapan sendu.
"Aku tidak butuh maafmu Carine Anastasya, nama palsumu itu tidak bisa mengelabuiku. dan satu lagi, jangan mimpi untuk menjadi istri spesialku. kau bukan tipe, selera, dan wanita yang kucintai. paham!" Tekan Reno Zesnard Phoenix dengan mata menatap tajam.
"Baik Tuan, saya tahu posisi saya." Ujar Carine Anastasya Conwer seraya menundukkan kepala.
Notes: biar tidak bingung, dianjurkan untuk baca novel pertama dengan judul 👉SUAMIKU CEO TAMPAN BERDARAH MAFIA. agar ceritanya nyambung dan teman-teman tidak bertanya-tanya untuk beberapa isi cerita yang mungkin tak dijelaskan secara rincih, termasuk beberapa tokoh cerita yang tak di detail kan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momy ji ji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati yang terasa sakit.
pagi harinya....
seperti biasanya, Carine terbangun lebih dulu dan memilih untuk membersihkan diri di kamar mandi. setelah selesai membersihkan diri dan mengenakan outfit ala wanita karir yakni kemeja dengan bawahan celana panjang.
Carine menatap Tuan Muda yang masih berselimut di atas ranjang."kalau sedang tidur, dia seperti manusia normal pada umumnya." tutur Carine, kemudian keluar dari kamarnya menuju lantai satu.
"pagi Nona." sapa Alan yang sedang duduk disofa sembari menikmati secangkir kopi panas. saat melihat Nonanya, Alan menyapa dengan membungkukkan badan.
"Ya, pagi Alan." jawab Carine dengan senyum singkat.
"Nona mau membuat sarapan?" tanya Alan mengikuti Nonanya ke dapur.
"iya, ada apa? kau ingin aku buatkan juga?" tanya Carine menatap Alan dengan kening berkerut. kenapa Alan mengikutinya ke dapur.
"Hmm tidak usah Nona, tapi lebih baik Nona buatkan sekalian dengan Tuan Muda." tutur Alan mengutarakan pendapatnya. Ia yakin, Jikalau Nona Carine bersikap manis. mungkin dengan begitu bisa meluluhkan hati Tuan Muda.
"kan ada pelayan yang menyiapkan sarapan Tuan Muda." ucap Carine.
"Anda tidak lupa Tuan Muda merebut sarapan Anda tempo lalu." tutur Alan mencari alasan.
"Hmmm," Carine menganggukkan kepalanya, tidak masalah juga menyiapkan sarapan untuk Tuan Muda. daripada pria itu merebut sarapannya lagi.
Alan berlalu ke ruang tengah sambil menggulung senyum. Ia berharap ada perasaan yang segera muncul dalam pernikahan Tuan Muda dan Nona Carine.
...----------------...
suasana di meja makan.
Carine menikmati sandwich buatannya yang berbeda dengan sandwich buatan pelayan. Ia punya resep tersendiri dan itu begitu pas di lidahnya. Carine sudah terbiasa melakukan kegiatan seperti ini di apartemennya karena memang Ia mandiri dan melakukan semuanya tanpa di bantu pelayan satu pun. sejak kecil, Carine sudah terbiasa melakukan pekerjaan dapur. bukan tanpa alasan, papa Axel sudah menyewa pelayan untuk menjaga Carine tetap terpenuhi kebutuhannya. namun sifatnya yang tidak bergantung pada orang lain, membuatnya memilih untuk berusaha sebisa mungkin.
Tuan Muda menuruni tangga dengan penampilan yang sudah rapih. sembari memperbaiki jam tangan, Reno melirik Carine yang sedang menguyah sarapannya.
'wanita ini benar-benar tidak tahu malu, seharusnya dia menungguku baru sarapan.' batin Reno kesal, Ia merasa sebagai Tuan rumah. tidak boleh ada yang mendahuluinya termasuk Carine.
Reno duduk di kursinya sembari menatap Carine yang acuh tak acuh menyantap sarapannya tanpa mempedulikan sosok Tuan Muda. "kau itu sangat tidak sopan, seharusnya tunggu aku dulu baru kita sarapan bersama." ujar Reno dengan kekesalannya.
"tunggu Tuan Muda atau tidak, pada akhirnya sandwich ini akan masuk ke perutku kan." jawab Carine menggigit potongan sandwichnya.
"Rakus!" timpal Reno geram, lalu meraih sandwich yang sama persis dengan punya Carine. meletakan di piringnya lalu menguyah beberapa bagian.
"Tuan Muda, bagaimana. enak yah?" tanya Carine menatap Tuan Muda sambil menggulung senyum, Tuan Muda tidak menyadari perkataannya, kalau yang terlihat rakus sekarang adalah dirinya itu. batin Carine memerhatikan Tuan Muda yang makan dengan sangat lahap.
"Lumayan." jawab Reno mengalihkan pandangannya dari mata Carine. sambil memegang mulutnya yang terasa penuh. selesai menguyah habis yang didalam mulut. "mulai sekarang, kau harus buatkan aku ini setiap pagi." tutur Reno tegas.
"tapi Tuan Muda, pelayan sudah menyiapkan sandwich juga. kalau Anda pengen kan tinggal makan yang ada." jawab Carine menunjuk sandwich buatan pelayan.
mendengar ucapan Carine, Reno memanggil kepala maidnya. lalu menyuruh agar tidak ada yang membuat sandwich mulai besok. dan digantikan dengan Carine yang membuatnya.
"supaya kau berguna di Mansionku, semuanya tidak gratis." kata Reno datar, lalu menyantap kembali sandwich buatan Carine.
'Ihh dasar Tuan Muda pelit.' pekik Carine dalam hati sambil memutar bola mata malas.
"dan sudah ku katakan, jangan panggil aku Tuan Muda! kau itu tuli bin pikun? atau memang otakmu itu kurang kapasitas!" Umpat Reno dengan suara mulai naik satu oktaf, sambil melirik tajam Carine yang baru saja memutar bola matanya itu.
"maaf Tuan Muda, aku tidak bisa memanggil Anda dengan sebutan seperti itu. rasanya kaku sekali, bisa panggilan yang lain saja?" tawar Carine sembari tersenyum canggung, lagian panggilan sayang itu terlalu romantis untuk Anda Tuan Muda aneh.
Reno mendengus, lalu menatap Carine dengan tatapan nanar. "yasudah, panggil aku sesuka hatimu. asal tidak Tuan Muda. kau boleh memanggil namaku saja." tutur Reno pada akhirnya.
"Nama Anda?" tanya Carine memastikan. "Ya, panggil aku Reno." tutur Reno menganggukkan kepala.
"Baik R-eno." jawab Carine, lebih baik panggilan ini daripada harus memanggilnya sayang.
saat sedang berbincang sembari menikmati sisa sandwich di piring masing-masing, Tiba-tiba suara seseorang terdengar berteriak keras dari depan. orang tersebut memanggil nama Reno berulang kali dan memaki sekertaris Alan yang hendak mengusirnya.
lama beradu mulut dengan sekertaris Alan, wanita tersebut lolos sampai ke meja makan dan menatap tajam dua orang yang sedang menikmati sarapan mereka. "Ren! jadi kau mengacuhkan aku karena wanita ini." teriak sang wanita dengan nada tinggi. lalu menghentak kasar meja makan dengan tas mahalnya.
Carine yang dikaitkan melirik sekilas wanita tersebut, lalu pandangannya teralihkan pada wajah Reno yang sedang menatap wanita tersebut.
"Catlin cukup! sudah berapa kali aku katakan padamu. jangan ke Mansion ini, kalau kau ingin menemuiku kita bisa ke hotel." ucap Reno ikut marah pada Catlin.
"kenapa? kenapa aku tidak bisa ke Mansion ini, karena kau sedang menyimpan wanita murahan ini? jadi aku tidak boleh kesini." ujar Catlin dengan air mata yang sudah mengalir deras di kedua pipinya.
"jawab aku! dia lebih berharga bagimu atau aku?" teriak Catlin dengan wajah sembab.
"tidak kedua-duanya. sekarang ikut aku." Reno menaiki tangga menuju lantai dua. dan Catlin mengikuti langkah Reno sembari menghentakan kaki kasar. setelah sebelumnya melirik Carine dengan sorot mautnya itu.
Diam-diam Carine menatap dua orang yang sedang menaiki tangga dengan hati yang sedikit perih, "kenapa hatiku terasa sakit," tutur Carine menatap datar punggung Reno dan Catlin. hatinya tiba-tiba sesak, saat Tuan Muda tidak memilih salah satu di antara mereka dan mengatakan tidak ada yang berharga.
"Mereka mau melakukan apa?" tanya Carine dalam hatinya, "tidak! aku tidak boleh bersimpati padanya." Carine bermonolog pada dirinya sendiri.
...bersambung....... ...
lanjut lagi kak