Benih Rahasia CEO Cassanova

“L-Layla? Pak Saka sedang mencari salah satu pegawai kami?” tanya Bu Pamela dengan wajah gugup dan sangat kebingungan. Layla yang berdiri di belakangnya pun ikut menegang karena itu jelas jelas adalah namanya siapa lagi yang dicari pria ini?

Kali ini Layla sudah tak takut takut lagi utuk menatap Saka. Toh, dia juga sudah dipecat dan akan angkat kaki dari perusahaan ini setelah semua drama ini. Layla hanya berharap setelah ini dia tak dipertemukan lagi dengan pria ini.

“Benar. Layla, wanita yang ada dibelakang anda Bu Pamela,” ujar Saka sambil menunjuk ke arah Layla yang berdiri di belakangnya. Semua orang memperhatikan semua itu dengan raut wajah penasaran sekaligus tegang.

Karena menurut rumor, CEO baru bukan orang yang lembut seperti Pak Abraham tapi malah sebaliknya. Apa Layla akan dimarahi habis habisan oleh CEO kali ini?

“Hh, lihat sudah kubilang kan wanita gatal seperti itu tidak akan bertahan lama di perusahaan ini”

“Tadi juga aku dengar Bu Pamela memarahinya, memang pantas. Apa perusahaan ini milik nenek moyangnya hingga dia bersikap seenaknya seperti itu?”

“Rasakan saja, kita lihat bagaimana dia dimarahi Pak Saka. Lagian siapa yang menyuruh kabur saat pelantikannya, memang sangat ingin mencari perhatian!”

“Heh! Gatau masalah diam kalian semua!” Jena, sahabat Layla langsung membentak  pegawai pegawai yang menggunjungkan Layla itu. jena terlihat sangat emosi saat mendengar Layla direndahkan seperti itu.

Dia juga tidak tahu ada masalah apa Layla sampai seperti itu, Jena belum sempat bertanya dan Layla sudah dipanggil terlebih dahulu oleh Bu Pamela.

“Ah…Pak Saka juga ingin memberikan pehaman pada pegawai satu ini. Maaf saya Pak Saka, saya selaku manager sudah berusaha memberikan nasehat karena dia mendahului dan hilang entah kemana saat pelantikan anda dan pagi ini dia juga datang terlambat di hari pertamanya. Saya sudah mengurus pegawai ini, serahkan ke saya saja Pak Saka,” ujar Bu Pamela berusaha sopan dengan nada yang dibuat buat lembut padahal tadi dia murka seperti nenek lampir saat berbicara pada Layla.

Saka mengangguk. “Jadi benar dia orangnya yang kabur saat acara pelantikan itu?” tanya Saka masih dengan raut wajah yang tenang, sementara Layla masih berdiri di belakang Bu Pamela.

“Bukan hanya itu Pak Saka. Saya rasa ada kesalahan di bagian HRD karena sebenarnya Layla tidak memenuhi persyaratan menjadi pegawai jadi bapak tidak perlu bersusah payah, saya barusaja memecat wanita ini.”

Semua orang berteriak syok, semuanya langsung menjadi gaduh di bagian pemasaran itu karena mendengar Layla yang katanya sudah dipecat.

“Menarik sekali,” celetuk Saka membuat Pamela dan Layla juga terkejut, apalagi melihat senyuman tipis di wajah pria itu.

“M-maaf Pak Saka, apanya yang menarik? Ini keputusan saya sebagai manager dan saya barusaja memecatnya,” jawab Pamela.

“Apa saya boleh tahu alasanmu memecatnya, bukankah ini hari pertamanya?” tanya Saka membuat Bu Pamela seketika bungkam, dia terlihat sangat gugup.

“Ah…itu. Anda tahu sendiri Pak Saka, ini hari pertamanya bekerja dan banyak sekali kesalahan yang sudah dia perbuat dan dia juga tidak megakui itu semua dan malah memarahi saya sampai membawa bawa masalah pribadi, jadi saya memutuskan memecatnya,” bohog Pamela membuat Layla hanya bisa terkekeh pelan.

Bagus, sekarang dia memutar balikkan fakta. Karena tak ingin menambah masalah dan membuat dirinya semakin malu lagi, Layla langsung maju. “Karena saya sudah dipecat, kalau begitu saya pamit,” ujar Layla berusaha memberikan hormat untuk terakhir kalinya karena setidaknya dia tahu sopan santun.

“Berhenti!” Suara berat Saka seakan membuat seluruh ruangan bising itu menjadi hening. Layla otomatis berhenti, mendengar nada final itu entah kenapa rasanya dia tidak punya nyali untuk melawan.

“Bagus jika memang sudah anda pecat, Bu Pamela. Kalau begitu saya akan langsung merekrut Layla secara pribadi untuk menjadi sekretaris saya.”

Deg!

Apa katanya? Sekretaris?

Mata Bu Pamela membulat sepenuhnya dan dia sudah tak percaya dengan apa yang barusaja ia dengar. “Layla, ikut ke ruangan saya, sekarang juga!” titahnya lagi sebelum akhirnya berjalan mendahului dan Layla langsung mengekor di belakang pria itu.

Walau dia belum sepenuhnya paham dengan maksud pria ini tapi dia rasanya tak cukup kuat untuk sendirian di ruangan itu setelah semua yang terjadi dan fitnah yang dilakuka Bu Pamela. Layla paling benci terlihat lemah, dan sekarang dia sudah kehabisan tenaga.

Bahkan sekedar untuk melawan Saka saja dia sudah tak bisa. Alhasil dia mengekori pria ini yang entah membawanya kemana. Layla sudah pasrah.

Ting!

Lift terbuka dan mereka tiba di lantai paling atas. Layla berjalan dengan tatapan kosong sambil mengekor Saka ke ruangannya, beberapa pegawai yang ada disana terlihat melihat keduanya dengan tatapan penuh tanda tanya.

Namun, dia berusaha tak menghiraukannya karena Layla terlihat lebih seperti rekan bisnis dibandingkan seseorang yang mencurigakan. Pakaianya rapi, tubuhnya tinggi jenjang dengan pinggang yang ramping, terlihat sangat elegan ketika berjalan dengan heels setinggi 5 cm.

Beberapa pegawai bahkan ada yang terpana melihat keduanya, mengatakan bahwa mereka terlihat seperti pasangan yang serasi.

“Apa itu Nyonya Meira? Istri Pak Saka?”

“Wah cantik sekali benar benar serasi tidak heran Pak Saka sangat setia, Nyonya Meira terlihat sangat anggun.”

”Wah, ini pertamakalinya melihat istri Pak Saka.”

”Gimana? Jadi mau menggoda Pak Saka? Gak lihat istrinya secantik itu?”

Semua orang disana salah paham mengira Layla adalah istri pria itu walau sepenuhnya tidak salah karena penampilan Layla memang sangat anggun dan rapi, ditambah postur tubuh dan kakinya yang jenjang bak model.

Layla berusaha tak menghiraukan apapun, dia fokus berjalan mengikuti Saka dari belakang. Walau pria itu memang tidak ada niatan untuk berjalan berdampingan dengannya, tapi Saka tetap menunggunya, terbukti dari caranya memperkecil langkah kakinya untuk mengimbangi Layla.

Keduanya akhirnya masuk ke ruanngan Saka. Ruangan itu terlihat sangat luas, bahkan ruangan terluas yang pernah Layla lihat, dengan nuansa abu abu dan cream, gaya minimalis membuat ruangan itu sangat cocok dengan kepribadian Saka.

Layla tak ingin membuang buang waktu dengan duduk, ketika melihat Saka duduk di kursinya dengan aura gagahnya. “Saya barusaja dipecat. Jika anda melakukan ini untuk menyelamatkan saya terimakasih, saya akan pulang dengan selamat. Dan satu lagi, saya pastikan tidak akan pernah muncul di hadapan anda lagi, Pak Saka,” ujar Layla dengan tenangnya, walau seluruh pikirannya buyar entah kemana, apalagi melihat tatapan Saka yang sangat dalam padanya.

“Saya tidak pernah bermain main dengan ucapan saya,” jawab Saka, membuat atmosfer di ruangan itu mendadak berubah. Raut wajah Layla sangat kebingungan.

Tidak mungkin kan Saka benar benar merekrutnya menjadi sekretarisnya? Ini pasti hanya mimpi.

Oh tidak, di mimpipun rasanya Layla tidak berani mengkhayal hal sejauh itu.

“A-apa…”

Saka berdiri sambil membenarkan kemejanya membuat Layla sontak memundurkan langkahnya, seiring langkah Saka yang mendekat. “Mulai hari ini, detik ini, kamu resmi menjadi sekretaris saya. Kamu bisa bekerja mulai besok jika hari ini terlalu mengejutkan bagimu,” ucap pria itu dengan entengnya.

Layla tak bisa lagi menyembunyikan keterkejutannya. “A-apa Pak Saka serius?” tanya Layla dengan wajah cengo. “L-lalu…bagaimana? Maksud saya apa itu mungkin? Saya barusaja dipecat dan reputasi saya sudah hancur di hari pertama bekerja. Bukankah ini mustahil?”

Saka terkekeh, membuat Layla memperhatikannya lekat lekat. “Jika kamu lupa, saya bosnya. Dia bisa memecatmu seenaknya tapi saya bisa menempatkanmu dimanapun saya mau,” jawab Saka dengan entengnya.

“Dan….jika kamu lupa.” Nada suara Saka kemudian berubah menjadi pelan, sangat pelan hingga menbuat Layla merinding. Apalagi, pria itu mendekatkan langkahnya membuat Layla terpaksa terus mudur, hingga punggungnya menabrak meja.

“Hmm…Pak Saka….” Lirih Layla ketika dia terpaksa menahan napasnya ketika Saka memgunci tubuhnya dengan menempatkan kedua tanganya di sisi kanan dan kiri, lalu pria berumur 35 tahun itu mendekatkan wajahnya hingga hanya berjarak beberapa senti.

Layla benar benar menahan napassnya, entah apa yang pria ini lakukan. “Jika kamu lupa….Layla. Kamu masih istri saya.”