Arsyila Maharani harus terpaksa melalui hari- hari yang sulit, hanya karena sebuah kesalahan satu malam yang di luar kendalinya.
Arsyila menjadi korban dari bos tempat Ia bekerja yang pada saat itu sedang terpuruk, kehilangan mahkota yang sangat berarti dua hari sebelum pernikahan mereka.
Mampukah Arsyila melalui hari- harinya ke depan, bukan hanya masalah dari keluarga nya dan juga masyarakat yang memandang dirinya hina.
Bagaimana Ia menghilangkan rasa trauma berat dalam hidupnya, apakah ada cinta tulus yang akhirnya menghampiri nya. Yuk simak kelanjutan nya disini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jujur pada Arkan
Arsy menatap rintik- rintik hujan yang turun dari balik jendela, tangannya mengusap bagian perutnya yang masih rata.
Mengulik kebelakang, ada sebagian hari- hari bahagia nya yang masih membekas di ingatan nya, ketika Ibunya masih bersamanya. Hingga tiba-tiba Ibunya di temukan tak berdaya di kebun belakang rumah dengan berbagai luka di tubuhnya.
Laksmi sempat di larikan ke rumah sakit dan sempat siuman, saat itu Arsy kecil benar-benar bahagia karena sang Ibu ingin berbicara dengan nya, namun ternyata itu adalah pesan terakhir sebelum wanita itu menutup mata untuk selama- lamanya.
Ketika itu Arsy masih berumur delapan tahun dan sama sekali belum banyak yang bisa Ia mengerti dengan otak kecil nya. Setelah kepergian Ibunya, sang Ayah selalu bekerja siang malam untuk mencukupi semua kebutuhan dan selalu meninggalkan nya dirumah seorang diri.
Ketika umur nya menginjak sepuluh tahun, tiba-tiba Ayahnya pulang membawa seorang wanita kerumah. Wanita itu sangat baik, bahkan sering mengunjunginya semenjak itu. Membawakan makanan yang sudah di masak oleh nya, hingga Arsy tidak perlu susah payah memasak lagi.
Beberapa bulan kemudian Ayahnya membawa kabar mengejutkan, kalau Ia akan menikahi wanita itu. Arsy hanya mengangguk saja ketika sang Ayah meminta pendapat nya.
Namun ada sesuatu yang mengejutkan Arsy, satu hari sebelum hari pernikahan wanita itu tidak datang sendiri melainkan bersama seorang anak perempuan yang kira- kira berumur lima atau enam tahunan.
Tapi bukan hanya itu yang membuat Arsy terkejut, sang Ayah memperkenalkan anak kecil itu sebagai anak kandung nya dan meminta Arsy untuk menerima nya.
Arsy benar-benar shock, bagaimana bisa Ayahnya membawa seorang anak kecil berumur enam tahunan, sedangkan ibunya meninggal baru dua tahun yang lalu. Apa Ayahnya menghianati Ibunya dan mempunyai WIL di belakangnya.
\*\*\*
Waktu sudah berlalu, kini usia Arsy sudah menginjak dua puluh tiga tahun dan saat ini Ia tidak lagi sendiri. Di dalam dirinya ada nyawa lain yang bersemayam.
" Apa yang harus aku lakukan sekarang, apa aku harus mengatakan pada Pria itu dan meminta pertanggung jawaban darinya. "
Bunyi pintu terdengar ketika knop nya di putar, Arsy enggan untuk menoleh. Membiarkan siapa saja yang masuk ke kamarnya.
" Sy, ayo sarapan. Apa kamu nggak kasihan sama dia, sejak kemarin kamu sudah menghukum nya dengan tidak makan apapun. "
Terdengar helaan nafas berat, Larissa pun bingung harus bagaimana membujuk sahabat nya itu.
Arsy memang di minta untuk istrahat oleh Arkan sampai kondisi nya membaik.
" Sy, kalau kamu terus seperti ini aku khawatir Tuan akan mengetahui siapa sebenarnya Ayah dari janin itu. "
Ya, akhirnya Rissa pun tau fakta yang sebenarnya dari Bude Lastri. Wanita itu tidak bisa berbohong lagi ketika Larissa yang meminta nya.
" Tidak... ! bagaimana caranya Tuan Arkan mengetahui nya kalau tidak ada yang memberitahu nya. Lagi pula sampai kapan pun aku tidak akan memberitahukan siapa Ayah dari janin ini. Ini hanya anak ku, aku akan membesarkan nya sendiri, aku tidak butuh Pria gila dan egois seperti dia. " Tanpa sadar Arsy bersuara begitu keras.
Mungkin Ia punya ketakutan tersendiri, Larissa yang melihat itu pun dengan sigap menenangkan nya. Ia memeluk tubuh itu dan mengusap punggung nya pelan.
" Tenang Sy, tenang. "
" Dia memang milikmu, kamu benar kita tidak akan mengatakan nya pada siapapun. "
Selang beberapa saat Arsy perlahan mulai merasa tenang, apalagi kata- kata Larissa yang seolah menjadi penyemangat nya.
" Kamu janji, tidak akan mengatakan pada Pria brengsek itu. "
" Hm. "
Larissa mengangguk mantap sembari mengelus butiran bening yang jatuh di pipinya kemudian beralih mengusap pipi Arsy yang juga basah dengan air mata.
" Sudah jangan menangis lagi, nanti cantiknya hilang. Ayo sekarang waktu ny kita sarapan. "
Di balik pintu Lastri pun mengulas senyum tipis, Ia merasa lega karena Larissa bisa di andalkan. Hatinya berkecamuk, apakah akan diam saja melihat ketidak adilan ini.
Bagaimana nanti kedepannya, Arsy akan di pandang hina oleh warga sekitar karena hamil di luar nikah. Hamil tanpa suami, tapi apa ada yang percaya kalau Ia mengatakan yang sebenarnya.
Lastri memutuskan pergi dari sana, Ia tidak ingin mengganggu kedua wanita muda itu. Namun langkah nya terhenti manakala mendapati orang lain ada di belakang nya.
Tubuh nya mendadak dingin melihat majikan nya berdiri hanya beberapa langkah darinya. Entah sejak kapan Pria itu berdiri disana, Lastri tidak menyadari nya.
Apakah Pria itu mendengar semuanya atau tidak, Lastri benar-benar tidak mengetahui nya.
" Siapa Pria yang mereka maksud Mbok. "
Suara Arkan yang nyaris tak terdengar tapi sungguh seperti bunyi petir di telinga Lastri. Menambah kesan horor hingga membuat tubuhnya bergidik.
" Bicara di ruang kerja ku Mbok. "
Arkan balik badan dan pergi meninggalkan Lastri yang nampak mematung untuk beberapa saat, namun kemudian wanita itu pun berlari kecil mengikuti langkah kaki majikannya.
" Ris, apa kamu dengar tadi ada suara di luar. "
Larissa yang sedang memegang sendok pun menghentikan suapannya. Ia keluar dan mengintip di balik pintu namun tidak melihat siapa pun disana.
Sementara di ruang kerja, Lastri meremas jari tangannya sendiri. Jantung nya berpacu lebih cepat. Sungguh saat ini dirinya seperti di hadapkan dengan malaikat maut yang seolah siap saja kapan pun mengeksekusi nya.
" Katakan Mbok, "
Atmosfer di ruangan itu semakin dirasa tidak nyaman, apalagi dengan desakan Arkan. Lastri sempat berbelit untuk mencari alasan namun tentu dengan membawa - bawa kekuasaan Arkan berhasil membuat Lastri tak berdaya.
" Kalau saya mengatakan yang sebenarnya apa Tuan akan percaya. "
Lastri masih menunduk, seperti biasa Ia tidak berani menatap wajah Pria yang mempunyai kekuasaan itu.
" Katakanlah. "
Meskipun ragu namun Lastri memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya, mengungkapkan kebenaran. Masalah percaya atau tidak itu hal belakangan. Toh berbohong pun tidak ada gunanya.
Raut wajah Arkan berubah-ubah ketika mendengar cerita yang mengalir dari bibir Lastri.
Tangannya sesekali mengepal begitu juga dengan rahang yang mengeras, hampir saja meja kerjanya menjadi alat pelampiasan amarahnya.
" Alvaro !! Aku sudah peringatkan padamu untuk tidak mengganggu orang- orang ku. Ternyata peringatan ku hanya kamu anggap angin lalu saja. "
Arkan mengeram, hatinya benar-benar di kuasai amarah. Ya, hati kecilnya percaya sepenuhnya tentang apa yang di katakan oleh asisten rumah tangga nya.
Mungkin kalau ini terjadi pada wanita lain Arkan tidak akan percaya, namun hati kecilnya begitu mempercayai Arsy.
Ia wanita baik, lugu dan polos. Sejak pertemuan pertama mereka tidak ada kesan yang tidak baik, Arsy tidak seperti wanita lain yang menunjukkan sikap liar untuk menggodanya. Seperti kebanyakan wanita pada umumnya yang Ia temui, mereka dengan terang-terangan menggoda nya menunjukkan bagian terbaik dari tubuh mereka.
" Kamu harus kembali dan mempertanggung jawabkan perbuatan mu. "
***
lope lope dah pokoknya ini mah cantik habis othor. next visual yang lain ya jangan lupa wiliam juga oke