" Ku mohon menikahlah dengan Tuan Sadam, rahimmu bisa menyelamatkan hidupku!" pinta Danu memohon kepada Istrinya, yakni Mahira.
Karena hutang Suaminya, Mahira rela membayarnya dengan rahim miliknya, ia pasrah Saat Suaminya menjatuhkan talak padanya dan memintanya untuk segera menikah dengan bosnya sendiri.
Apalagi Danu telah mendapatkan ancaman akan masuk bui jika syarat yang ia ajukan tidak di penuhi.
Tuan Sadam Narendra Hito adalah sosok seorang pengusaha kaya raya yang telah memberikan pinjaman tersebut. Dan ia juga yang mengajukan syarat seperti itu.
Akan kah Mahira bisa mengandung benih dari pria yang tidak di cintainya?
Di lain sisi, rupanya Danu telah bermain api selama dirinya menikah dengan Mahira. akankah kebusukannya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sah
Hari pernikahan akhirnya telah tiba, di dalam sebuah mesjid di area kota Jakarta dan acara cukup tertutup telah berlangsung nya sebuah pernikahan antara Sadam dengan Mahira.
Dan dengan berat hati Sadam melepaskan cincin pernikahan nya bersama Alisa, kali ini Sadam sengaja membelikan cincin pernikahannya dengan Mahira dengan bentuk dan motif yang sama dengan istri pertamanya, yang di bedakan hanyalah di dalam cincin tersebut terdapat ukiran inisial huruf nama pasangannya masing-masing.
"Saya terima nikah dan kawinnya Mahira Binti almarhum Daud Ar-Rasyid dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!"ucap Sadam dengan lantangnya, ia pun sama sekali tidak gugup, berbeda dengan Mahira, ia sangat gugup hingga kedua telapak tangannya berkeringat
"Bagaimana para saksi, sah?" tanya Pak penghulu.
"Saaaahhhh!" jawab Paman Husain dan juga Hans.
Paman Husain sempat menanyakan keluarga dari Sadam, namun dengan mudahnya Sadam berbohong jika kedua orangtuanya menetap di luar negeri dan Hans di utus untuk mewakilkan keluarganya, dan sepertinya Paman Husein tidak percaya begitu saja, menurutnya pernikahan antara keponakannya dengan Sadam, penuh kejanggalan, hingga akhirnya Paman Husein memberikan peringatan keras terhadap Sadam.
"Kalau sampai ada apa-apa terhadap Mahira, saya tidak akan segan-segan untuk menuntut mu ke ranah hukum, jadi anda tidak bisa bersikap sesuka hati terhadap keponakan saya!" cetus Husein sedikit mengancam.
Sadam cukup terkejut atas perkataan dari Paman Husein yang telah berani mengancamnya, begitu pun dengan Mahira, kedua bola matanya sampai melotot dan seperti mau copot.
'Aduh Paman Husein, kenapa Paman begitu berani mengancam Tuan Sadam? apakah Paman tidak tahu jika pria yang Paman Ancam itu adalah orang yang sangat menakutkan, sampai saat ini saja aku tidak berani menatap wajahnya, meskipun sekarang pria itu kini sudah menjadi suamiku.'
Karena merasa tugasnya sudah selesai, akhirnya Paman Husain memutuskan untuk kembali ke rumahnya tepatnya di kota Bandung.
"Terima kasih Paman, sudah mau menjadi wali nikahnya Mahira!" ucap Mahira sambil mencium punggung tangan Pamannya secara takzim.
"Sudah menjadi kewajiban ku Mahira, semoga kau selalu berbahagia dengan pernikahan keduamu ini, kalau begitu Paman pamit ya, dan untukmu Sadam, tolong bahagiakan Mahira, Paman titip keponakan Paman, jadilah keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah."
"Tenang saja Paman Husein, aku pasti akan membahagiakan istriku ini, iya kan sayang?" sungut Sadam mencoba memelototi Mahira, kali ini Mahira berani menatap dengan lekat wajah suaminya, kemudian Mahira tiba-tiba saja dirangkul oleh Sadam, meskipun Mahira merasa tidak nyaman dan juga risih.
'kau lumayan cantik juga di dandani seperti itu, kecantikanmu tidak beda jauh dengan Alisa, istriku!' ucap Sadam di dalam hati.
Mendengar hal itu Paman Husein menjadi merasa cukup lega, dan ia memberikan senyum tipis kepada mempelai pengantin.
Rupanya saat Paman Husein akan menaiki mobil miliknya, Hans memberikan sebuah kotak berwarna biru kepadanya, Paman Husein cukup penasaran dengan isi kotak tersebut.
"Kata Tuan Sadam, di bukanya nanti saja setelah anda tiba di Bandung, ini kejutan untuk anda!" tukas Hans dan kemudian langsung menunduk memberikan penghormatan.
Akhirnya Paman Husein segera bergegas pergi dari tempat tersebut.
Mahira terlihat gugup saat tangan kanannya di genggam oleh Sadam.
"Tanganmu basah?"
"iya Tuan, aku gugup!" jawab Mahira dengan polosnya.
"Ck..ck..ck! Belum di apa-apain saja sudah gugup, dasar payah!" celetuk Sadam.
Deg
Seketika tubuh Mahira menjadi semakin gugup sampai gemetar.
'apakah anda bermaksud akan langsung mengeksekusi diriku, tuan? Argh tidak, aku belum siap, di hatiku masih terukir nama Mas Danu, aku masih sangat mencintainya, Ya Allah tolong maafkan hambamu ini.' keluh Mahira di dalam hatinya seraya ingin menjerit.
"Ayo ikut denganku!" ajak Sadam.
"kita mau kemana, Tuan?" tanya Mahira dengan gugupnya.
"Apartemenku lah, sekarang kau sudah sah menjadi istriku, dan aku berhak atas dirimu, termasuk semua tubuhmu, aku sudah membayar semua itu dan jangan pernah kau menolak keinginanku, ngerti kamu!" sungut Sadam kembali memelototi Mahira.
Seketika Mahira langsung tertunduk, tanpa terasa bulir bening dari sudut matanya telah terjatuh, dan ia pun buru-buru menyusutnya dengan ibu jari tangannya.
'mengapa perkataan mu barusan seolah kau telah berhasil membeli harga diriku, apakah aku serendah itu di matamu?' jerit Mahira di dalam hati.
Dengan terpaksa, Mahira mengikuti keinginan suaminya, dan akhirnya mereka berdua pergi ke Apartemen dimana pertama kalinya mereka saling bertemu dan bertatap.
setibanya di Apartemen, Mahira cukup terkejut dengan suasana Apartemen yang di hiasi oleh taburan bunga mawar merah, seolah apartemen itu sudah di sulap menjadi sebuah taman, sungguh pemandangan yang sangat memanjakan mata, Mahira sampai terharu di buatnya, ternyata Tuan Sadam type pria yang romantis, berbeda sekali dengan Danu yang kaku dan juga sedikit cuek, Mahira jadi teringat saat malam pertamanya dengan Danu, yang hanya biasa saja dan terkesan sederhana, berbanding jauh dengan keadaan saat ini, hanya saja Mahira samasekali tidak mencintai Sadam, itu yang membuat hatinya begitu tersiksa, berbeda dengan Danu, pria yang telah menikahinya adalah cinta pertamanya.
Kemudian Sadam melemparkan sesuatu kepada Mahira.
"aku ingin melihatmu memakai pakaian itu!" perintah Sadam sambil berkacak pinggang.
Mahira dengan buru-buru meraihnya, dan bergegas menuju kamar mandi.
Malam ini Hans mendapatkan ijin untuk pulang lebih awal karena tugasnya sudah selesai.
'anda telah berani bermain api dengan Nyonya Alisa, Tuan! Semoga saja tidak ada yang mengetahui jika anda telah menikah lagi demi mendapatkan seorang anak, dan semoga saja Nyonya Mahira bisa memberikan nya untuk Anda, seperti nya Nyonya Mahira adalah wanita yang baik dan juga sabar, sampai-sampai ia rela membayar hutang dengan harga diri nya demi menyelamatkan suaminya yang brengsek dan tidak tahu malu itu!' cetus Hans di dalam hati.
Mahira sangat terkejut saat melihat pakaian yang saat ini tepat berada dalam genggamannya, yakni sebuah lingerie berwarna hitam dengan belahan dada yang terekspos jika ia memakainya, Mahira benar-benar sangat kesal dan geram, seumur hidupnya, ia tidak pernah memakai pakaian seperti itu, dalam benaknya pakaian seperti itu sering di gunakan oleh wanita nakal yang sering menjajakan tubuhnya, ia pun langsung berfikir.
'apakah Dimata Tuan Sadam aku ini adalah wanita murahan? seorang j*lang yang telah ia beli harga dirinya dan harus mengikuti semua kemauannya?' jerit kembali Mahira di dalam hatinya.
Entah kenapa hatinya begitu teramat sakit, ia merasa harga dirinya telah di injak-injak oleh Sadam.
Karena terlalu lama di dalam kamar mandi, Sadam kini buru-buru menggedor pintu dengan kasarnya
Tok
Tok
Tok
"Hey, ngapain kau berlama-lama di dalam kamar mandi hah? Cepat kau kenakan pakaian yang aku berikan padamu, jika tidak kau pakai, kau akan tanggung sendiri resikonya!" Ancam Sadam dengan sengaja.
Mendengar hal itu, Mahira jadi teringat mantan suaminya serta putri kecilnya, ia tidak ingin mereka kenapa-kenapa, dengan terpaksa Mahira mengenakan pakaian tersebut.
'Baiklah, jika ini maumu, akan aku turuti, buang harga diri dan rasa malumu itu Mahira, cobalah menjadi wanita j*lang, karena di mata suamimu kau adalah wanita j*lang yang tidak memiliki harga diri lagi.'
Ceklek
Pintu kamar mandi pun Mahira buka, dengan mata yang sudah berkaca-kaca ia mencoba mengayunkan kedua langkah kakinya yang terlihat mulus dan seputih susu itu menuju ke arah Suaminya yang sudah duduk di atas tempat tidur karena menunggu dirinya.
Sadam pun cukup terkejut saat melihat Mahira berpakaian seperti itu, apalagi rambut hitamnya yang tergerai sampai sepinggang, membuat Sadam tidak sadar mengucapkan kata "seksi" untuk Mahira,apalagi saat Sadam melihat Mahira dari ujung rambut sampai kaki, sampai-sampai jakunnya naik turun karena kemolekan tubuh Mahira yang berisi dengan ukuran dada yang sintal dan cukup mengepul. Bohong sekali jika seorang pria normal tidak akan tergiur dengan tubuh wanita yang seperti itu, termasuk Sadam yang sudah mulai terbakar oleh gairah yang sudah menggebu-gebu.
"Apakah kau sudah siap untuk melayaniku malam ini?" tanya Sadam tersenyum tipis.
glek
Mahira langsung menelan Saliva nya, tubuhnya gemetar serta di penuhi oleh keringat sebesar biji jagung.
'Sumpah, aku belum siap berhubungan badan dengan anda, siapapun tolong aku, rasanya aku ingin segera pergi dari sini!' batin Mahira seraya ingin berteriak dan melarikan diri, namun itu semua hanyalah sia-sia belaka.
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
terimakasih