John Ailil, pria bule yang pernah mengalami trauma mendalam dalam hubungan asmara, mendapati dirinya terjerat dalam hubungan tak terduga dengan seorang gadis muda yang polos. Pada malam yang tak terkendali, Nadira dalam pengaruh obat, mendatangi John yang berada di bawah pengaruh alkohol. Mereka terlibat one night stand.
Sejak kejadian itu, Nadira terus memburu dan menyatakan keinginannya untuk menikah dengan John, sedangkan John tak ingin berkomitmen menjalin hubungan romantis, apalagi menikah. Saat Nadira berhenti mengejar, menjauh darinya dan membuka hati untuk pria lain, John malah tak terima dan bertekad memiliki Nadira.
Namun, kenyataan mengejutkan terungkap, ternyata Nadira adalah putri dari pria yang pernah hampir menghancurkan perusahaan John. Situasi semakin rumit ketika diketahui bahwa Nadira sedang mengandung anak John.
Bagaimanakah akhir dari kisah cinta mereka? Akankah mereka tetap bersama atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Rencana Licik
Di ruang keluarga yang mewah, Sasha duduk dengan wajah kesal, melampiaskan emosinya kepada Beno, ayahnya. "Papa harus tahu, dia mempermalukan aku di depan banyak orang! Berani-beraninya dia bicara seperti itu! Apa dia lupa siapa kita?" Sasha menghentakkan kakinya, suaranya terdengar penuh emosi.
Sandra, ibu Sasha, duduk di sofa sebelahnya, tampak tak kalah geram. "Gadis tak tahu diri itu memang sudah harus diberi pelajaran! Dia tidak pantas berbicara seperti itu pada putri kita, Pa. Aku benar-benar tidak habis pikir bagaimana dia bisa begitu lancang!" ujarnya sambil melipat tangan di dada, matanya menyipit dengan tatapan penuh amarah.
Beno yang duduk di kursi berlengan besar di sudut ruangan hanya menghela napas panjang. Ia memijat pelipisnya seolah mencoba meredakan ketegangan. "Sudahlah, Sasha. Tidak perlu memperbesar masalah ini. Aku akan bicara dengannya jika memang diperlukan," katanya dengan nada datar namun tegas.
Sasha mendelik, tidak puas dengan respons ayahnya. "Papa! Ini bukan hal kecil! Dia tidak hanya mempermalukan aku, tapi juga keluarga kita!" protesnya keras.
Sandra menimpali dengan suara yang lebih tajam. "Sasha benar, Pa. Gadis seperti dia tidak boleh dibiarkan begitu saja. Kalau kita tidak mengambil tindakan, dia akan semakin berani merendahkan keluarga ini."
Namun, Beno hanya menggeleng pelan. "Kita tidak bisa bertindak gegabah. Aku perlu tahu lebih banyak sebelum memutuskan sesuatu," ucapnya sambil berdiri. "Dan kau, Sasha, coba tenangkan dirimu. Jangan biarkan emosimu menguasai tindakanmu."
Sasha menggertakkan giginya, merasa seolah tak ada yang mendukungnya sepenuhnya. Sedangkan Sandra terus bergumam dengan nada kesal, sementara Beno pergi ke ruang kerjanya tanpa banyak kata lagi.
Begitu ruangan kerja Beno tertutup, Sasha menatap Sandra, mamanya. "Kenapa, sih, Ma? Papa jadi nggak tegas sama Nadira? Anak itu jadi semakin berani, Ma. Lama-lama dia akan menginjak kita kalau Papa terus lunak sama dia," keluh Sasha dengan nada kesal, pandangannya sesekali mengarah ke pintu ruangan kerja Beno yang tertutup rapat.
Sandra menghela napas panjang, ikut meluapkan kekesalannya. "Mama juga nggak tahu. Seharusnya papamu nggak perlu takut dengan ancaman gadis sialan itu. Bukannya dia cuma anak yang nggak punya siapa-siapa?"
"Kenapa nggak dilenyapkan saja, sih, Ma? Aku benar-benar muak melihat mukanya! Tadi dia berani menghina aku, padahal dia sendiri yang nggak tahu diri," Sasha semakin geram, tinjunya mengepal di atas meja.
"Masalahnya, kalau dia mati, harta ibunya itu bakal jatuh ke pemerintah. Kita nggak dapat apa-apa," jawab Sandra dengan nada dingin, penuh perhitungan.
Sasha menyeringai, ide licik mulai terlintas di pikirannya. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita paksa dia menandatangani surat pemindahan semua kekayaan yang dia miliki? Bukankah kalau dia setuju, kita nggak perlu repot-repot lagi?"
Sandra terdiam sejenak, memikirkan kemungkinan itu. "Itu bisa dilakukan... tapi kita harus memastikan dia nggak punya pilihan lain. Kalau tidak, dia pasti akan melawan."
"Kita harus buat dia tidak berdaya, Ma," tambah Sasha penuh tekad. "Anak itu harus tahu kalau melawan keluarga kita hanya akan membawa kehancuran untuk dirinya."
Entah rencana licik apa yang akan direncanakan oleh Sandra dan Sasha.
Sementara Beno duduk di kursi ruang kerjanya. Di tangannya, sebuah ponsel menempel di telinganya. Wajahnya tegang saat mendengarkan suara dari seberang. Nada bicara pria dari seberang terdengar lemah dan penuh rasa sakit.
"Maaf, Tuan Beno, saya tidak bisa melanjutkan pekerjaan ini. Saya benar-benar tidak menemukan informasi apa pun tentang orang yang mungkin memperkerjakan Nona Nadira. Bahkan, ketika saya mencoba mencari informasi dari penjaga apartemen, saya diserang oleh orang yang melindungi Nona Nadira. Orang itu menghajar saya habis-habisan dan mengancam agar saya menjauh dari Nona Nadira," jelas pria itu dengan suara gemetar.
Beno memejamkan mata, menekan batang hidungnya untuk meredakan emosi yang mulai membuncah. "Kau serius? Mereka berani menyerangmu hanya karena ini? Sejauh mana lukamu?"
Pria itu terbatuk pelan sebelum menjawab. "Cukup parah, Tuan. Tulang rusuk saya patah, wajah lebam, dan beberapa luka lain. Sekarang saya dirawat di rumah sakit. Saya benar-benar menyerah, Tuan. Pekerjaan ini terlalu berbahaya. Saya tidak bisa melanjutkannya."
Beno terdiam sejenak, merasa terkejut sekaligus kesal. Situasi ini jauh lebih rumit daripada yang ia bayangkan. "Baiklah. Fokus saja pada pemulihanmu. Aku akan mengurus masalah ini dengan caraku sendiri," jawabnya dingin sebelum menutup telepon.
la meletakkan ponselnya di meja dengan kasar, lalu bersandar di kursi, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. "Siapa sebenarnya yang melindungi gadis itu? Dan apa yang mereka sembunyikan?" gumamnya dengan nada penuh rasa ingin tahu yang bercampur dengan rasa frustrasi.
Di balik sikapnya yang tenang, Beno tahu bahwa ia harus berhati-hati. Ancaman fisik terhadap orang suruhannya adalah peringatan jelas bahwa ini bukan urusan kecil. la harus mencari cara lain untuk mengetahui rahasia di balik keberadaan Nadira tanpa membahayakan dirinya atau orang-orangnya lagi.
Beno merasa perlu mengawasi Nadira bukan hanya karena dendam pribadi, tetapi juga karena ketakutan yang mendalam bahwa Nadira suatu hari bisa menjadi ancaman nyata bagi posisinya. Sebagai anak hasil hubungan sah istri pertamanya, Nadira memiliki hak hukum atas hartanya, apalagi ada sebagian harta pribadi peninggalan ibu Nadira dalam kekayaan yang sekarang Beno miliki. Hal ini mengusik Beno karena ia telah membangun kehidupan baru bersama Sandra dan Sasha, putrinya dari pernikahan kedua.
Ketakutannya semakin besar setelah melihat keberanian Nadira menentang Sasha di depan umum. Itu menunjukkan bahwa gadis itu bukan lagi anak penurut yang bisa ia tekan seenaknya. Di balik tindakan Beno, ada kekhawatiran bahwa Nadira mungkin akan muncul sebagai pesaing yang kuat, mengambil apa yang menurutnya seharusnya menjadi milik keluarga barunya.
Selain itu, Beno juga terbebani rasa bersalah atas perlakuannya terhadap Nadira dan ibunya di masa lalu. Tetapi alih-alih memperbaiki hubungan, ia memilih untuk mengawasi dan mencoba mengendalikan keadaan, takut kehilangan kendali atas warisan dan reputasi yang telah ia bangun.
***
Di sisi lain, setelah Angga pergi, John duduk di sofa ruang tamu dengan wajah lelah. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Namun, ponselnya tiba-tiba berdering, menampilkan nama salah satu orang kepercayaannya di layar. John segera mengangkat panggilan itu.
"Bagaimana perkembangannya?" tanya John dengan nada tenang namun tegas, memperlihatkan sisi profesionalnya.
John mendengarkan dengan alis yang berkerut tajam, ekspresi wajahnya berubah semakin gelap seiring laporan dari orang kepercayaannya.
"Orang itu benar-benar tidak tahu batas, Tuan," suara orang kepercayaannya terdengar penuh rasa kesal. "Dia terlalu agresif. Awalnya hanya mencari informasi tentang Nona Nadira, tapi kemudian mulai bertanya-tanya tentang siapa yang tinggal bersamanya. Bahkan, dia menghajar salah satu penjaga apartemen dengan diam-diam untuk mendapatkan data penghuni."
...🍁💦🍁...
.
To be continued
belajarlah membuka hatimu tuk nadira dan nadira walaupun msh polos dan lugu sangat cocok john sangat patuh n penurut.....
Sampai kapan john akan hidup bayang2 masalalu dan belajar melangkah masa depan bersama nadira....
masak selamanya akan menjadi jomblo abadi/perjaka tuwiiiir🤣🤣🤣😂
Angga sangat kepo dan pgn tahu sejak kapan john membawa gadis muda ke apartemennya....
untung john cpt plg nadira sampai ketakutan krn angga terus instrogasi nadira.....
lanjut thor update lg....