Tuan Alaxander Almahendra adalah seorang CEO dan tuan tanah. Selain memiliki wajah yang tampan ia juga pintar dan cerdas dan nyaris sempurna. Namun, siapa sangka di balik kesempurnaan fisik dan kecerdasannya tuan Alex terkadang sangat kejam terkesan tidak berprikemanusiaan. Ia seperti tenggelam dalam lorong hitam yang menggerogoti jiwanya.
Nayla De Rain gadis canti dengan paras sempurna. Setelah mengalami kegagalan dengan Fandy ia memutuskan untuk menikah dengan Zainy lelaki yang tida di cintainya. Namun, sebuah peristiwa membuatnya tertangkap oleh anggota tuan Alex dan di bawa ke menara dengan seribu tangga memutar.
Nasib baik atau buruk yang menimpa gadis bernama Nayla iti malah mempertemukannya dengan tuan Alex. Entah tuan Alex dan anggotanya akan akan menyiksa Nayla seeprti yang lainnya atau malah menjadikannya tahanan abadi. Novel 'REMBULAN YANG TENGGELAM' adalah kisah cinta dan balas dendam. Para tokoh mempunyai karakter unik yang membuat mu jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dongoran Umridá, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengambil Keputusan.
Nayla menggeser tirai kamarnya, matahari sudah mulai condong ke arah barat. Sekali lagi ia melihat uang tukaran ratusan ribu di atas tempat tidurnya.
"Pasti lelaki itu orang kaya sehingga dia memberikan uang sebanyak itu untuk perobatanku padahal aku tidak terluka parah."
Gumam Nayla dalam hati. Ia kembali duduk di atas ranjangnya. Tiba-tiba HPnya berbunyi sepertinya ada pesa WA yang masuk. Nayla langsung membukanya.
"Nayla, kapan kamu putus dengan Fandy? Tadi aku liat dia jalan bareng Titin. Maaf ya Nay, aku baru tau kalo lo dan Fandy putus."
Begitu pesan WA yang di terimanya dari Lasmi. Nayla meletakkan HPnya tanpa membalasnya. Air matanya perlahan jatuh di pipinya. Tega sekali lelaki itu mencampakkannya tanpa sebab. Mudah sekali ia mengucapkan kalimat untuk memutuskan hubungan mereka padahal sudah tunangan. Secepat kilat ia gebet teman Nayla jadi pacarnya. Sepertinya Fandy tidak punya hati Nurani, bagaimana mungkin ia memutuskan Nayla dengan mudah tanpa rasa bersalah lalu pacaran dengan temannya? Bukankah itu namanya bajingan? Ya, bajingan, seperti lagu yang di bawakan oleh band wali 'emang dasar kamu bajingan'.
"Nayla ! Aku mencintai mu... jangan pernah berfikir untuk meninggalkan ku, itu membuat ku tidak bisa bernafas... aku sangat takut kehilangan mu..."
Nayla kembali teringat kata-kata itu. Selama ini Fandy selalu mencintainya dan selalu takut kehilangannya bahkan terkesan protektif. Namun nyatanya kini dialah yang lebih dulu meninggalkan Nayla. Ah, orang-orang memang berubah, tiada yang abadi, bahkan perasaan dan cinta pun tidaklah abadi. Air mata jatuh di pipinya yang lembut.
Selama ini Nayla selalu tulus mencintai Fandy. Sedikitpun ia tidak pernah berfikir untuk berkhianat, perasaanya benar-benar ia jaga. Tidak ada lelaki yang bisa menggoyahkannya untuk berpaling dari Fandy. Orang-orang juga mengetahui hubungan mereka, bahkan banyak di antaranya yang iri pada Fandy. Namun kini Fandy mengkhianati ketulusan dan kesetiaannya. Ah, kadang manusia memang begitu.
"Aku tidak hanya ingin hidup bersama mu, tapi aku juga ingin engkau kelak manjadi ibu dari anak-anak ku." Kata-kata itu di ucapkan Fandy menjelang hari pertunangan mereka. Namun kini hanya tersisa air mata daan kenangan.
Nayla memeluk bantal dengan erat, di remasnya ujung bantal sambil menangis tersedu-sedu. Bagaimanapun ia berfikir tidak di temukannya kesalahan yang telah di perbuat olehnya sehingga Fandy sanggup membatalkan pertunangan mereka dan memutuskan untuk meninggalkannya dan memilih temannya sendiri sebagai pengganti dirinya.
"Jahat sekali! Dasar egois! Hanya memikirkan diri sendiri."Gerutu Nayla sambil menangis. Rasanya sakit sekali dan menyesakkan dada. Ia meraih HPnya kembali lalu mencari kontak untuk menemukan nomor Fandy. Ia sangat penasaran apa yang membuat Fandy memutuskannya di hari ulang tahunnya. Gadis itu mulai mengetik.
"Assalamualaikum! Fandy, boleh aku tau apa sebabnya kau batalkan pertunangan kita?" Nayla menekan tombol kirim. Langsung ceklis dua pertanda lelaki itu sedang online sekarang. Tidak lama kemudiaan centang dua itu berubah jadi biru pertanda sudah di baca namun tiada balasan. Sepertinya lelaki itu tidak berniat untuk membalasnya.
"Tolong jawab pertanyaan ku, ku mohon Fandy." Pesan itu di kirimnya lagi. Tidak lama kemudian Fandy mengirim alasan. Air mata Nayla bercucuran memandanginya. Lelaki itu mengirim fotonya bersama Titin di beberapa tempat. Rupanya sudah lama lelaki itu menjalin hubungan dengan Titin, pantasan saja akhir-akhir ini lelaki itu berubah pada Nayla. Banyak dari teman-temannya yang tau bahwa Fandy menjalin hubungan dengan Titin. Titin adalah gadis cantik dan kaya jadi tidak ada yang berani memberi tahukan Nayla perihal hubungan Fandy dan Titin.
"Aku menemukan orang yang lebih baik dari kamu, ku harap kamu bisa mengerti dan menerima takdir kita." Itulah pesan balasan yang di terima Nayla selain foto-foto yang di kirimkan Fandy. Nayla menenggelamkan wajahnya ke bantal gulingnya. Lelaki yang kemarin datang bermanis-manis kini telah membuatnya menelan pahitnya rasa sakit. Ya, memang benar sekali, orang yang bermanis-manis itu tidak selamanya baik. Terkadang mereka memiliki topeng untuk melindungi diri dari ketahuan, hingga waktu yang tepat mereka akan membuka topeng itu. Dan saat itu tiba si korban tidak mungkin lagi un tuk kembali.
Berat sekali bagi Nayla menerimanya, berhari-hari ia mogok makan dan kuliahnya hampir hancur. Ayah dan ibunya heran melihatnya. Gadis cantik itu sampai sakit hampir seminggu. Ibunya sangat khawatir melihat putrinya hanya diam daan murung.
"Apa yang terjadi sayang?" Tanya ibunya ketika Nayla sedang termenung dekat kolam renang. Semenjak hubungannya dengan Fandy kandas gadis itu lebih banyak menghabiskan waktu termenung di pinggir kolam renang atau mengurung diri di kamarnya. Terkadang ia berenang seperti orang gila dan kadang tertawa sendiri lalu kemudian menangis.
"Apa yang terjadi? Ceritalah pada ibu sayang." Kata ibunya suatu ketika sambil membelai rambutnya. Nayla menangis di pelukan ibunya. Berkali-kali ia menangis di pelukan ibunya namun tidak sanggup untuk mengatakan apapun.
"Nayla sayang... bicaralah dengan ibu." Kata ibunya lagi membelai rambut hitamnya. Gadis itu sedang duduk di pinggir kolam renang dengan kaki terendam sampai mata kaki. Nayla masih diam dan matanya berkaca-kaca menatap kolam dengan pandangan kosong.
"Nayla sayang! Kamu sudah lebih dari dua pekan seperti ini. Ibu, ayah daan adikmu juga sangat khawatir apalagi kamu tidak mau cerita."
Ibunya membelai rambutnya dan ikut duduk di samping Nayla dan memposisikan kakinya seperti kaki Nayla, basah sampai mata kaki.
"Ibu..." panggil Nayla dengan suara pelan dan gemetar.
"Ia sayang..."
"A....
"A... aku..."
Tenggorokannya seperti tercekik, Nayla menghela nafas dan menelan ludah seperti baru saja ia menelan sesuatu yang sangat pahit.
"Ia, kenapa sayang? Perlakuan ibunya begitu lembut.
"Aku... aku mau meniklkah dengan Zaini bu."
Akhirnya kalimat itu keluar dari mulutnya. Buk Dalifah kaget mendengarnya. Matanya terbelalak tidak yakin. Tidak menyangka akan mendapat pernyataan seperti itu.
"Nayla sayang, coba tenang dulu bicaralah dengan jelas nak, ada apa sebenarnya?"
"Ibu, aku hanya ingin menikah dengan Zaini, aku sudah berkali-kali menolaknya tapi dia tetap baik padaku." Kali ini suaranya lebih jelas dan nadanya lebih tenang
"Sayang, kenapa tiba-tiba begini? Bagaimana dengan Fandy? Apakah kamu tidak menyukai Fandy lagi? Kan kamu sudah tunangan dengannya."
"Ternyata Fandy itu bajingan bu, dia sudah lama pacaran dengan teman ku bu, tapi dia baru saja membatalkan pertunangan kami, ku rasa dia terlalu beruntung jika aku menikah dengannya."
Perlahan butiran bening mengalir deras di pipinya yang lembut. Buk Dalifah menggeser tubuhnya merapat pada Nayla lalu menyandarkan tubuh Nayla ke bahunya dan menepuk-nepuk lengan putrinya dengan lembut.
"Sayang, Fandy mengkhianati mu dan membatalkan pertunangan kalian?" Tanya wanita paruh baya itu dengan hati-hati. Tangannya masih menepuk-nepuk lengan putrinya dan membelai rambut indah yang tergerai tidak di ikat. Terlihat sedikit acak-acakan namun tidak membuat gadis itu tampak kusut dan berantakan. Ia masih cantik mempesona.
"Bukan hanya menyakiti ku bu, dia menyakiti ku dan mengkhianati keluarga kita, dia membatalkan pertunangan kami dan memilih teman ku sendiri bu, Fandy itu jaha! Aku menyesal pernah mencintainya."