Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 (Flea Selamat)
Ketiga penjaga rumah itu kembali ke posisinya semula. Saat mereka sudah kembali, mereka bertiga terkejut melihat pintu rumah itu terbuka lebar. Bukan hanya itu saja, mereka terkejut melihat bos mereka dalam keadaan terikat kaki dan tangannya serta mulutnya disumpal dengan lakban.
Mereka bertiga segera melepaskan ikatan tali dan sumpalan mulut itu.
"Apa yang terjadi, bos, kenapa bos bisa seperti ini?" Tanya salah satu penjaga rumah itu.
"Kalian kemana! Kenapa ada orang yang bisa masuk kesini dan bawa si target pergi, dasar gak guna kalian!" Pria paruh baya itu memarahi ketiga anak buahnya.
"Maaf, bos, tadi ada cewek yang minta bantuan kita, dia dikejar-kejar orang, jadinya kita bantuin sebentar" jelas salah satu diantara mereka bertiga.
"Iya, bos, benar itu. Lagipula kita tidak menyangka kalau ada orang yang masuk kesini dan bawa kabur target kita itu" sahut yang lainnya.
"Iya, bos, kita juga gak lama-lama amat kok" yang lainnya lagi menyahut.
"B***h kalian! Kalian tidak becus kerja" pria paruh baya itu sangat marah.
"Apa jangan-jangan cewek yang tadi minta tolong ke kita itu, cuma umpan aja yah supaya temannya bisa masuk kesini dengan mudah dan menyelamatkan si target itu" salah satu dari ketiga penjaga rumah berpikir.
"Baru mikir kan setelah bertindak, makanya pake otak dong kalian, Arrghh!" Pria itu semakin kesal saja.
"Aku gak mau tahu, kamu harus temukan target kita itu dan bawa dia kemari secepatnya!" Perintah pria itu. Ketiga penjaga anak buahnya itu segera pergi dan mencari keberadaan Flea.
......
"Sil, Co, makasih banyak yah kalian udah bantuin aku" Flea mengucapkan terima kasih pada Silva dan juga Marco.
"Iya, Fle, sama-sama" jawab Silva singkat.
"Tapi, aku gak ngerti, bagaimana kalian tahu kalau aku dibawa sama pria tua itu ke sebuah rumah kosong" Flea terlihat bingung.
"Awalnya kita berdua juga gak tahu, tapi, pas dijalan tadi, aku gak sengaja lihat kamu berdiri di pinggir jalan. Nah... Aku dan Marco niatnya mau samperin kamu, tapi, keburu ada mobil dari pria tua itu yang berhenti tepat di depan kamu, lalu kamu ikut bersamanya, terus aku minta Marco buat ikuti mobil itu sampai di rumah kosong itu" Silva bercerita panjang lebar.
"Aku bersyukur bisa terlepas dari pria tua itu" kata Flea dengan raut wajah senang.
"Kalau boleh aku tahu, kamu ada masalah apa sama pria tua itu sampai dia berbuat seperti itu?" Tanya Silva penasaran. Sambil menghela nafas panjang, Flea pun menceritakan semuanya dari awal.
Flea sudah mencari pekerjaan pada beberapa perusahaan yang dia datangi. Namun, tidak ada satupun yang menerimanya. Selain karena dia hanyalah lulusan SMA, alasan lainnya adalah mencari yang sudah berpengalaman pada bidang pekerjaan tertentu.
Karena itulah, Flea harus menjalani pekerjaan yang haram itu demi untuk kelangsungan hidupnya, karena orang tuanya sudah tak mampu lagi mengirimkan uang untuknya, dikarenakan kondisi keuangan orang tua Flea yang tidak stabil semenjak bapaknya berhenti bekerja karena sering sakit-sakitan. Tinggal ibunya saja yang bekerja di kebun teh dan memiliki penghasilan yang minim.
Silva dan Marco yang mendengarkan cerita dari Flea, turut merasakan apa yang dirasakan oleh Flea saat ini.
"Fle, kamu kok gak bilang sama aku, kalau tahu seperti itu kan, aku bisa bantuin kamu, aku bisa minta mami buat pekerjakan kamu di perusahaan miliknya sebagai salah satu staffnya disana" kata Silva.
"Justru itu aku gak bilang ke kamu, Sil, aku sudah terlalu sering merepotkan kamu dan mami kamu, kalian berdua terlalu baik dan aku takut tidak bisa membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan sama aku" jawab Flea dengan perasaan sungkan.
"Ya ampun, Fle, kamu kok mikirnya gitu sih, aku sama mami senang bisa bantu kamu dan kita berdua gak pernah mengharapkan imbalan apapun dari kamu dan gak menganggap itu semua sebagai hutang Budi atau apalah" Silva merengkuh pundak Flea.
"Lagipula kamu kan sahabat aku, jadi, aku akan bantuin kamu selama aku mampu, kenapa gak gitu kan, itulah gunanya sahabat, yang selalu ada di kondisi senang maupun sulit" lanjut Silva. Marco yang sedang mengemudikan mobil, hanya menyimak percakapan kedua gadis itu dan tatapannya fokus ke jalan.
"Sayang, kita anter Flea balik yah" pinta Silva.
"Oke, sayang" jawab Marco singkat.
"Eh, yang, handphone kamu berdering tuh" Silva mendengar handphone Marco berdering.
"Tolong kamu lihat dong, siapa yang telpon, aku fokus nyetir nih" pinta Marco. Silva meraih handphone Marco dan melihat siapa yang menghubunginya. Silva pun menjawab panggilan dari Zea.
"Halo, Ze" Silva menjawab panggilan dari Zea.
"Loh, ini Silva yah?" Tanya Zea yang merasa tidak asing dengan suara tersebut.
"Iya, Ze, ini aku Silva, ada apa, Ze?" Silva berbalik bertanya.
"Kamu pasti lagi sama Marco kan" Zea menerka.
"Kamu kasi tahu Marco yah, tolong jemput aku disekolah, karena ini udah jam pulang sekolah, aku tunggu di warung depan sekolah yah" lanjut Zea.
"Oke kalau gitu, kamu tunggu disitu yah, mungkin sekitar 20 menit lagi kita sampai, okey, see you" Silva pun mengakhiri panggilan.
"Dari siapa, yang?" Tanya Marco sesaat Silva mengakhiri panggilan.
"Zea, dia udah pulang sekolah dan sekarang nunggu di warung depan sekolahnya" kata Silva.
"Ya udah, kita langsung ke sekolahnya aja, kasihan kalau dia nunggunya lama" Marco pun segera memacu mobil agar cepat sampai di sekolah Zea.
"Baru abis itu, kita antar Flea balik ke kostnya" lanjut Marco.
"Gak apa-apa kan, Fle, kalau jemput Zea dulu di sekolahnya, soalnya kasihan kalau dia nunggu lama" Marco melirik melalui kaca spion ditengah.
"Iya, gak apa-apa kok, malah aku yang harus bilang makasih karena mau anterin balik ke kost" jawab Flea.
"Sip deh, langsung ke sekolah Zea kalau gitu" seru Marco dengan bersemangat.
Silva terlihat heran dengan sikap Marco yang terkesan perhatian dengan Zea dan bahkan terlintas rasa cemburu dalam hatinya. Namun, Silva menepisnya dan mencoba mengerti posisi Marco yang merupakan supir pribadi Zea. Silva tidak ingin egois yang akan berdampak pada pekerjaan Marco