Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Sesampainya dirumah, aku disambut bocah kecil berusia 4 tahun yang langsung berlari ke pelukanku.
"Bunda sudah pulang?" aku tersenyum sembari mengelus rambut hitam pekat miliknya.
"Wah ini banyak sekali Bunda, terimakasih ya" CUP. Ujarnya sambil mengecup pelan pipiku.
Aku memasuki rumah minimalis peninggalan orangtuaku, disini hanya ada aku, Keeynan, dan salah satu babysitter beserta asisten rumah tangga. Keeynan, aku menamainya Keeynan Gustav Raharatmaja. Dia hadir 4 tahun lalu, walaupun begitu aku sangat bersyukur dia telah hadir dalam hidupku. Kehadirannya mengajarku arti hidup yang sesungguhnya, menjadi single mother tidak pernah terbayangkan dalam hidupku sebelumnya. Tapi ternyata takdir berkata lain. Aku sangat mencintainya, apapun akan kupertaruhkan untuknya, hidup dan matiku, nafasku, jantung hidupku.
Aku memikirkan pertemuanku hari ini dengan 'dia' yang menghancurkan hidupku, mengapa harus dipertemukan lagi setelah aku mampu untuk menjalani hidupku lagi. Tak lama, lamunanku buyar ketika rasa sakit itu menyerang dadaku kembali. Dengan cepat aku mengambil sebungkus obat dalam nakas disebelahku. Mengapa akhir-akhir ini aku sering kambuh, padahal aku rajin sekali meminum obat yang sudah di resepkan oleh Profesor kepadaku. Setelah meminum obat, perlahan rasa sakit itu mereda dengan sendirinya. Mendadak aku takut jika sewaktu waktu pergi meninggalkan keeynan.
"Bunda, are you oke?" tanyanya padaku, aku tersenyum dan mengangguk meng-iya kannya.
"Kamu sudah makan?" dia menggeleng pelan.
"Kenapa tidak makan sayang?"
"Aku ingin makan bersama Bunda"
"Baiklah, bagaimana kalau kita makan saja diluar?" tanyaku kepadanya. Dia pun mengangguk lalu kami bersiap untuk pergi makan malam diluar.
"Tapi Bunda mandi dulu ya, Keeynan sama Mbak dulu ya" aku mengusap pelan pipinya. Tak lama dia mengganguk dan mencari babysitter kesayangannya itu.
Aku memasuki kamar dengan nuansa biru dengan sangat letih, lalu menyambar handuk kemudian mandi. Setelah 15 menit kuhabiskan ritual mandi, aku bersiap untuk segera pergi makan malam bersama Keeynan. Kupadukan dress salem selutut dengan sepatu kets dan tas bahu, terkesan santai namun masih terlihat anggun. Tak lupa ku poles tipis wajahku menggunakan blush on dan lipstik berwarna coral.
Klek.
"Bunda sudah siap?" kepala Keeynan menyembul dibalik pintu yang tidak terkunci. Aku tersenyum dan melihat dia sudah tampan dengan cemong cemong diwajah khas bedak bayi yang selalu aku berikan.
"Wah, anak bunda ganteng banget" lalu aku mendatangi dan menggendongnya. "Sudah siap?" dia mengangguk mantap kemudian kami berangkat menuju resto yang sudah ku reservasi sebelumnya. Keeynan terkekeh geli karena ia tidak suka jika digendong seperti ini oleh bundanya, katanya 'aku sudah besar Bunda, Bunda kan perempuan mana kuat gendong aku ' jika diingat aku masih geleng geleng kepala karena anak seusianya harus selalu mengerti situasi dan kondisi Bunda-nya.
...****************...
"Keey mau pesan yang mana sayang?" tanyaku padanya sembari membolak balik buku menu diatas meja.
"Yang ini" Dia menunjuk menu dengan gambar udang dan jamur. Oh tidak, keeynan alergi seafood.
"Keey kan alergi sayang sama seafood, yang lain saja ya?" lalu ia mengangguk dan beralih memilih menu nasi goreng dengan topping sosis.
"Bunda, keeynan mau cuci tangan dulu" aku siap siap berdiri mengantarnya tapi kemudian..
"Keey sendirian aja Bunda, kan aku sudah besar" aku terkekeh geli mendengar pernyataannya, ia memang selalu seperti itu. Ingin selalu mandiri dan tidak mau menyusahkan orang disekitarnya.
Kemudian aku memanggil waiters dan memesan makanan serta minuman yang telah kami pilih pada buku menu. Hampir 5 menit berlalu, tapi Keeynan belum saja kembali, aku khawatir dan langsung berlari menyusulnya. Langkahku terhenti ketika melihat sosok lelaki berjas hitam berjongkok didepan Keeynan. Aku terdiam sejenak, menerka siapa lelaki ini. Ketika Keeynan berhambur ke pelukanku, barulah lelaki itu berdiri dan membalikkan badan ke arah kami. Aku terkejut mendapati sosok yang tengah berdiri dihadapanku dan Keeynan sekarang. Sontak aku membalikkan badan dan tergopoh gopoh menjahuinya untuk kembali ke meja kami. Kenapa bajingan itu ada disini..
"Keeynan, kan sudah Bunda bilang kalau diajak ngobrol sama orang yang tidak kita kenal jangan mau" ucapku kepadanya dengan badan sedikit bergetar menahan amarah. Keeynan mengkerut ketakutan karena aku terus menatapnya dengan marah.
"Om itu tadi cuma nolongin Keey, Bunda. Keey nggak bisa naik ke atas tangga wastafel" jawabnya dengan kepala menunduk.
"Betul sepert-"
"Benar, aku hanya membantunya" kami menoleh kearah samping meja, mendapati sosok laki-laki itu berdiri sambil tersenyum pada Keeynan. Aku tidak menghiraukannya, dan memilih makan saja.
"Om ganteng tidak makan juga?" apa kata keeynan? Tampan? Aku melirik sekilas pada lelaki itu kemudian mulai menyuapi Keeynan.
"Bunda, Keey sudah besar. Bisa makan sendiri" aku berdecak kecil kemudian menyerahkan sendok dan garpu kepadanya. Dalam hati aku bersungut sungut, mengapa harus bertemu dengannya lagi setelah kejadian dikantor tadi siang.
"Mau sampai kapan kamu menatap piring kosong itu?" aku tersentak kaget mendengan ucapan lelaki didepanku itu.
"Bukan urusan mu" lalu aku beralih pada Keeynan yang lemot sekali makan-nya. Dengan sedikit kesal aku aku mulai bertanya kepadanya.
"Keey, sudah atau belum sih. Dari tadi bunda tungguin nggak selesai-selesai deh kamu. Mangkannya jangan ngobrol mulu kalau lagi makan" marahku padanya.
PRAKK
Aku sedikit terkejut ketika Keeynan membanting sendok yang ia pakai, lalu turun dan berhambur ke pelukan lelaki itu. Aku terdiam, mengapa Keeynan terlihat begitu nyaman dengannya, padahal baru bertemu.
"Keeynan, tidak boleh seperti itu!! Ayo pulang saja kalau begitu" sahutku dengan marah, aku mulai berdiri dan dan bersiap akan menggendongnya. Keeynan memberontak. Dan aku semakin kencang menarik tangannya.
"BUNDA JAHAT, LEPASKAN BUNDA SAKIT" berontaknya dengan sedikit menangis. Lalu lelaki itu mendorongku pelan dan menatap marah kearahku.
"Kamu ini apa apaan Ness, ini anak kamu sendiri. Jangan kasar!!" Sentaknya marah padaku.
"Diam, dia 'anakku' tidak ada urusannya denganmu" sahutku dengan nada sedikit naik. Lalu aku merebut kasar Keeynan dari gendongan laki laki itu. Aku menatap nyalang kearahnya, emosiku benar-benar sudah memuncak.
"KAMU- AH" aku memerkas dada sebelah kiriku dengan kuat, ini nyeri sekali. Tak lama semuanya terdengar senyap dan pandanganku mulai buram. Yang ku ingat hanya teriakan Keeynan dan wajah panik Ethan Antonio.
"BUNDAAA"
"ANESSA" Lalu semuanya menggelap.
...****************...
Laki-laki itu berjalan mondar mandir didepan ruang perawatan rumah sakit dengan perasaan cemas. Sedangkan Keeynan dari tadi menangis terus dan tak kunjung berhenti.
"Apa Bunda sering seperti ini?" Tanya Ethan sedikit berjongkok pada Keeynan. Bocah itu mengangguk dengan air mata yang masih terus menetes.
"Setiap Bunda kesakitan, Bunda hanya minum obat. Lalu tidak lama setelah itu Bunda sudah tidak kesakitan lagi" jawabnya dengan tersenggal senggal. "Keeynan biasanya mengantar Bunda ke rumah sakit untuk periksa pada Profesor" jawabnya lagi.
CKLEK.
Tidak lama seorang dokter keluar dengan raut wajah serius. Sontak mereka berdua menoleh ke arah pintu dan langsung berdiri.
"Apa anda suami dari ibu Anessa Kirana?"
"Benar dokter" dokter tersebut mengangguk.
"Kalau begitu anda ikut ke ruangan saya, ada hal penting sekali yang harus saya sampaikan" Kemudian Ethan menyuruh Keeynan masuk ke ruangan rawat Anessa dan ia mengekor pada dokter untuk ke ruangannya. Setelah sampai pada ruangan dokter tersebut, keheningan mulai menyelimuti keduanya. Hingga suara dokter memecah keheningan tersebut.
"Bapak, apakah tahu bahwa selama ini ibu mengidap Jantung Koroner?" Hati Ethan seperti tersambar petir ketika mendengar penuturan dokter. Ethan menggeleng pelan, kemudian dokter kembali menjelaskan.
...****************...
penulisannya bagus..
/Smile//Smile/