Aku hidup kembali dengan kemampuan tangan Dewa. Kemampuan yang bisa mewujudkan segala hal yang ada di dalam kepalaku.
Bukan hanya itu, banyak hal yang terjadi kepadaku di dunia lain yang penuh dengan fantasi itu.
Hingga akhirnya aku memiliki banyak wanita, dan menjadi Raja Harem yang membuat semua pria di dunia ini merasa iri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karma-Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suku Kanibal
“Hoaaam, sungguh melelahkan sekali kegiatan tadi pagi sampai-sampai aku tertidur di sini,” gumamku setelah membuka mata, kuregangkan sekujur tubuhku agar lebih terasa rileks.
Sebelumnya aku sudah menyelesaikan semua urusan dengan Maria, Aluna, dan Laura. Kami sempat berdebat sengit tentang masalah Catrine, terutama masalah tentang sumpahku yang ingin menjadi ksatria sihir demi melindungi Catrine.
Bagaimanapun, mereka tidak percaya aku akan menjadi ksatria sehebat itu, karena mereka pikir aku anak lemah yang hanya ingin membual saja.
Namun, aku langsung membungkam mulut mereka menggunakan sihir ledakan kuat untuk menumbangkan satu pohon besar sekaligus.
Mereka pun tercengang dan tak bisa berkata-kata lagi tentang keinginanku untuk menjadi ksatria sihir terkuat.
Sayangnya aku langsung kehabisan mana usai mengeluarkan sihir sebesar itu, padahal aku sudah susah payah mengumpulkannya dari tubuh Laura selama kami bersetubuh, tapi aku malah menghabiskan semuanya di depan Maria dan Aluna.
Karena itu, aku langsung tertidur saat masuk ke dalam kereta kuda, tubuhku benar-benar lelah serta dilanda kantuk luar biasa.
Aku kini sedang dalam perjalanan menuju kota tetangga alias kota River. Katanya sih kota tetangga, tapi aku masih harus menempuh perjalanan dua belas jam untuk tiba di sana.
Sungguh jauh sekali jarak antar kota yang ada di dalam kerajaan Narandra ini, belum lagi akses jalan yang sulit sehingga akan memperlambat perjalanan.
“Kita sudah sampai mana, Leon? Kenapa jalannya menanjak begini?” Tanyaku kepada Leon, yang kini sedang menjadi kusir.
“Kita terpaksa naik ke gunung Gelap, Tuan Muda. Soalnya jembatan yang menghubungkan antara kota kita dengan kota River masih belum beres diperbaiki gara-gara ulah kelompok bandit kemarin,” sahut Leon.
“Gunung Gelap? Apa kita akan baik-baik saja bila lewat jalan ini? Katanya ada manusia kanibal yang tinggal di gunung ini?” Tanyaku agak khawatir, lalu kulihat Catrine di atas pahaku. Wanita kucing itu masih tidur lelap dengan wajah cantik yang sangat menggemaskan.
Terkadang aku merasa sikap Catrine seperti kucing persia milik Anggie di dunia ku sebelumnya. Tingkah lembut dan manjanya benar-benar membuatku candu hingga aku tak ingin melepaskannya.
Sungguh beruntung sekali diriku ini, karena bisa memiliki wanita secantik Catrine. Aku pun sangat ingin membahagiakannya lebih dari apapun.
Kiiit!
Kereta kuda tiba-tiba berhenti, Leon segera membuka papan kayu penutup lubang agar bisa melihat situasi di tempatku duduk bersama Catrine.
“Ada apa? Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku barusan?” Tanyaku sembari mengerutkan kening.
“Begini, Tuan Muda. Saya lupa mengingatkan sebelumnya, bahwa kita jangan asal sebut tentang manusia kanibal di gunung ini. Saya takut mereka akan mendatangi kita nanti,” jelas Leon.
“Berarti mereka memang hidup di gunung ini?” Tanyaku lagi.
Leon hanya mengangguk kecil untuk menanggapinya, wajahnya tampak pias seakan ia sudah mendengar hal yang sangat mengerikan.
“Apa mereka sekuat itu?” Tanyaku untuk kesekian kalinya, habisnya aku benar-benar penasaran dengan sosok manusia kanibal ini.
“Sangat kuat, katanya kekutan mereka sudah setara dengan kekuatan ksatria sihir,” sahut Leon.
“Bahaya dong kalau begitu, gimana kalau kita kembali saja selagi masih sempat?” Saranku, lagian kekutan sihirku belum terisi kembali dan akan bahaya jadinya bila aku terus memaksakan perjalanan di gunung ini.
“Tak perlu, Tuan Muda. Mereka tak akan mendatangi kita bila kita tidak banyak bicara selama melewati gunung ini. Akan lebih baik bila kita tidak mengeluarkan suara sama sekali,” ujar Leon.
“Baiklah, aku tak akan banyak bicara lagi kalau begitu,” sahutku patuh.
Leon menutup kembali papan kayu itu, kemudian melanjutkan perjalanan.
Dan entah kenapa hatiku selalu merasa gelisah setelah mengetahui fakta tersebut, bayang-bayang manusia kanibal pun terus berkeliaran di dalam benakku.
“Bangun, Catrine. Bangun ….” Aku terpaksa membangunkan Catrine kalau sudah begini.
“Meow,” sahut Catrine, tapi masih belum membuka matanya.
Wanita kucing ini malah tidur lagi, mana pose tidurnya sangat lucu dan semakin menggemaskan.
Pasalnya, setiap gelagat Catrine murni berasal dari kebisaannya sehari-seharinya, dia tidak seperti cosplayer yang suka berakting menjadi manusia kucing.
Aku benar-benar tak tahan lagi dengan wanita kucing yang satu ini, segera saja ku dekatkan wajahku untuk mengecup bibirnya yang merah merona itu.
Cup!
Aku melakukannya dengan lembut, kurasakan kehangatan dan rasa manis dari bibir Catrine.
Catrine akhirnya membuka matanya, tapi ia tidak banyak protes dan langsung membalas ciumanku dengan begitu liarnya.
“Astaga, saya lupa mengingatkan hal yang paling penting, bahwa manusia kanibal itu bisanya akan langsung datang bila ada orang yang berbuat mesum di gunung ini.”
“Sial! Apa-apaan ini? Kenapa banyak sekali wanita telanjang dada berlarian ke sini?”
“Hei, jangan ganggu perjalanan kami! Kami hanya numpang lewat saja! Hei!!!”
“Arghhh! Lari, Tuan Muda!!! Manusia kanibal ada di sini!!!”
Aku spontan menghentikan perbuatanku dengan Catrine usai mendengar teriakan Leon, bergegas ku ambil pedang di sebelahku untuk menyelamatkan Leon.
“Tunggu di sini, Catrine. Aku akan melihat situasinya dulu,” ucapku seraya keluar dari kereta kuda.
Seeeet!
Trang!
Sebuah tebasan pedang langsung menyambutku, tapi aku masih bisa memblokirnya.
Aku melihat ke sekeliling dan ternyata manusia kanibal itu benar-benar ada di gunung ini.
Namun, mereka semua berjenis kelamin wanita dengan paras yang lumayan cantik, belum lagi mereka tidak mengenakan pakaian selain secarik kain yang menutupi ranah kewanitaannya.
Mereka sengaja membiarkan buah dada mereka bergelantungan dengan begitu bebasnya, sontak membuatku tidak fokus saat menghadapi mereka.
“Pergilah! Aku tak ingin menyakiti kalian,” teriakku mengusir mereka.
“Tidak! Orang cabul harus dihukum mati,” tukas salah satu wanita kanibal.
Aku pun tersentak usai mendengarnya, tak kuduga mereka bisa bahasa manusia seperti pada umumnya.
“Aku bukan orang cabul, aku hanya orang romantis yang ingin membahagiakan wanitaku. Tolong jangan salah paham dulu, oke?” Jelasku, lalu kubuka pintu kereta kuda agar mereka bisa melihat Catrine.
“Wanitaku ini bernama Catrine, kami sudah menjalin hubungan sangat dekat layaknya suami istri. Jadi, perbuatan kami tidak termasuk perbuatan cabul,” jelasku lagi.
“Itu benar, aku dan Brian tidak berbuat cabul. Kami melakukannya karena saling menginginkan, dan kebutuhan kami sebagai pasangan,” sambung Catrine, sengaja tak pakai bahasa formal untuk membuktikan ucapannya di depan wanita kanibal.
“Kami tak peduli dengan hubungan kalian, intinya kalian tak boleh berbuat cabul di wilayah kami,” ujar seorang wanita cantik bertubuh jangkung, ia tiba-tiba muncul dari belakang kerumunan manusia kanibal.
Ada semacam mahkota yang dikenakan oleh wanita itu, dia mungkin kepala suku dari manusia kanibal.
“Maaf, aku tak tahu dengan aturan itu, soalnya aku baru pertama kali melewati jalan ini,” ucapku meminta maaf dengan tulus.
“Tidak ada alasan! Cepat bunuh pemuda cabul itu,” titah wanita jangkung tak mau tahu.
Aku terpaksa bertarung melawan mereka kalau situasinya sudah begini, segera kuhunuskan pedang ke arah mereka, serta ku gunakan gerakan Lancelot untuk memulai serangan.
Sat!
Set!
Sat!
Set!
Tebasan pedangku sangat cepat, aku berhasil melukai beberapa wanita kanibal di sekitarku.
Harusnya sih seperti itu, tapi nyatanya mereka tidak terluka sama sekali.
“Hah? Apa yang terjadi? Kenapa seranganku tidak berhasil?” Gumamku kebingungan, kemudian kuserang lagi mereka menggunakan gerakan Benedetta dan Alucard.
Omong-omong, setiap gerakanku sama seperti ketika aku membantai kelompok bandit, kekuatannya juga tidak aku kurangi sama sekali.
Namun, aku masih saja gagal melukai mereka, malah aku yang kelelahan sendiri gara-gara kehabisan tenaga.
“Hentikan, anak muda. Atau aku akan membunuh wanita kucing ini,” ucap wanita jangkung mengancamku.
Aku spontan menoleh ke arah suara, kulihat Catrine sedang dicekik oleh wanita jangkung itu.
“CATRINE!!!” Aku berteriak sekeras-kerasnya, lalu kubayangkan sosok Kenshin dari anime Samurai X di dalam benakku.
“Menyingkir dari wanitaku,” teriakku lagi seraya menebaskan pedang ke arah wanita jangkung itu.
Trang!
Sayangnya serangan terkuatku berhasil ditahan oleh belati wanita jangkung itu.
Bam!
Sebuah pukulan kuat mendarat di perutku setelahnya.
Ugh!
Aku menyemburkan darah segar usai menerima pukulan dari wanita jangkung itu, kesadaranku juga perlahan menghilang.
‘Sial! Masa aku akan mati di tempat ini? Sungguh memalukan sekali,’ batinku meringis getir.
Spontan kulihat wanita kanibal lain di sekitarku, dan ternyata mereka sudah bersiap mengeksekusiku dengan belati.
Aku benar-benar pasrah saat ini, kekuatan tangan sakti juga sudah tak berguna lagi untuk melindungiku.
‘Apanya ksatria sihir terkuat? Melawan wanita kanibal saja aku tak mampu!’ Pikirku mengeluh akan kondisiku sendiri.
Tepat seperti itu, kulihat sosok wanita cantik berlari ke arahku. Tapi, wanita itu tidak telanjang dada seperti wanita kanibal lainnya, ada semacam gaun berbahan daun yang dikenakan pada tubuhnya.
“Hentikan, Zola. Kita tak boleh membunuh orang di tempat terbuka seperti ini. Mari kita bawa mereka ke desa, lalu interogasi dengan benar di sana. Bagaimanapun, kita masih membutuhkan seorang pemuda tampan untuk melakukan ritual membuat anak. Kupikir pemuda ini sangat cocok untuk melakukannya,” ujar wanita cantik itu.
“Saya mengerti, putri Helena.” Sahut wanita jangkung, lalu membawaku dan Catrine di pundaknya.
Leon juga dibawa oleh wanita kanibal lain, termasuk kereta kuda yang aku pakai sebelumnya.
Kini aku tak tahu lagi dengan nasib yang akan mendatangiku nanti, semoga saja ritual membuat anak itu bukan hal berbahaya yang akan menuntunku ke jalan kematian.