Mayang terpaksa harus menikah dengan Randi. Ia di jodohkan oleh ibu tiri nya pada pria arogan dan tempramen itu, demi bisa melunasi hutang kakak tiri nya bernama Sonya pada Randi.
Mayang menempati rumah orang tua Randi dan satu rumah dengan mertua juga kakak ipar nya yang sudah menikah.
Selama ini Mayang selalu di perlakukan semena-mena oleh suami dan keluarga suaminya. Kecuali Rion yang merupakan suami Lia, kakak ipar Randi.
"Mayang, kenapa kamu tidur di teras? Ayo masuk, disini dingin. Apa Randi yang melakukan ini?" ajak Rion, yang baru pulang dari bekerja. Ia terkejut melihat Mayang yang tidur meringkuk diatas lantai teras.
Mayang yang kaget mendengar suara bariton milik kakak iparnya langsung duduk dan menunduk malu. "Nggak papa mas! Aku takut mas Randi akan memarahiku, jika aku memaksa masuk dan tidur di dalam."
"Keterlaluan sekali Randi, bisa-bisa nya menyuruh istrinya tidur di luar, padahal di luar hujan deras." Rion menggertakkan rahangnya hingga menegas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Hari bergulir.
Mayang kini sedang bersiap untuk berangkat ke kampus. Ia sedang sarapan dengan menu yang di masak pelayan.
Ketika sedang sarapan, terdengar bell berbunyi.
"Biar saya yang buka non!" ucap seorang pelayan berusia muda.
Mayang mengangguk lalu kembali menyantap makanannya.
Samar samar dari ruang makan Mayang mendengar suara seorang wanita. Ia menenggak minumnya lalu menuju ke ruang tamu.
Sampai di ruang tamu, Mayang terkejut melihat kedatangan mama Lintang.
Ia segera menghampiri Lintang dan menyalami tangannya dengan hormat.
"Mama! Kok mau datang nggak bilang-bilang?" tanya Mayang dengan suara bergetar. Karena ia merasa gugup dengan ibu sang kekasih.
Sang pelayan kembali ke belakang, meninggalkan Mayang dan Lintang berdua.
"Mama cuma mampir May, kebetulan waktu itu sempat bertanya sama Rion, dimana dia membelikanmu rumah. Dan Rion mengatakan di komplek ini."
"Mama mau arisan, jadi sekalian aja mampir sebentar. Mama nggak ganggu kan May?" tanya Lintang. Yang kini sudah duduk di sofa ruang tamu.
Mayang yang duduk di sofa sebelahnya tersenyum dan mengangguk kikuk. "Nggak kok mah! Tapi pagi-pagi arisan?" tanya Mayang penasaran.
"Arisan ibu-ibu komplek May, kebetulan acaranya di dekat perumahan ini." terang Lintang.
Mayang kembali mengangguk paham, masih dengan perasaan canggung. Karena dirinya memang seorang yang introvert. Tidak mudah bagi Mayang bergaul dengan orang yang baru di kenalnya.
"Eemm mama udah sarapan belum?" tanya Mayang, berusaha mencairkan suasana.
"Mama sudah sarapan. Kamu kalau mau sarapan sana. Mama nggak papa di tinggal." ucap Lintang lalu berdiri dari kursinya.
"Mama lihat-lihat rumahnya nggak papa kan May?" lanjutnya, sambil melihat-lihat hiasan di dinding dan berjalan menuju kebagian tengah rumah.
"Eeh, nggak papa mah. Ini kan rumah mas Rion yang beli, Mayang hanya menumpang." jawab Mayang. Ia kemudian menemani sang calon mertua melihat-lihat rumah yang ia tempati.
"Rion hanya menyewa May, nggak membelinya." jawab Lintang tanpa menatap Mayang. Ia masih fokus menelisik rumah yang di tempati Mayang.
"Sewa?"
"Hmm! Mama nggak izinkan dia beli rumah ini. Untuk apa beli rumah kalau nanti kalian akan tinggal di rumah Utama milik Rion. Sewa beberapa bulan sampai masa Iddah mu selesai."
"Bukannya setelah itu kalian akan menikah." ucapnya. Kemudian membalikkan tubuhnya menatap Mayang dengan serius.
Mayang mengangguk ragu. "Emm! Iya mah. Mama benar, buang-buang uang kalau harus membeli rumah padahal hanya sebentar di tempati." jawab Mayang. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Karena merasa malu pada calon mertuanya.
Hidupnya saat ini benar-benar di tanggung oleh Rion.
"Jangan berpikir yang tidak-tidak May, mama sama sekali tidak bermaksud jelek karena melarang Rion membelikan rumah untukmu."
"Toh setelah kalian menikah semua harta Rion juga akan menjadi milikmu!"
"Hanya saja sayang jika harus membuang-buang uang untuk membeli rumah yang hanya sebentar di tempati." ucap Lintang, dan kembali berjalan menuju taman di samping ruang tengah. Ia menatap taman mini yang terlihat nyaman.
Lintang mengerti perasaan tidak nyaman yang menggelayuti Mayang. Maka dari itu ia berkata begitu.
"Iya mah! Mayang mengerti kok. Sama sekali nggak berpikir apapun."
Setelah melihat taman samping, Lintang duduk di sofa ruang tengah. "Sini." Lintang menepuk sofa di sebelahnya.
Meminta Mayang untuk duduk tepat di sebelahnya.
Mayang yang tengah berdiri di penghubung ruang tengah dan ruang tamu mengangguk patuh.
"Ada yang mama ingin katakan." ucap Lintang. Ketika Mayang sudah duduk di sebelahnya.
Mayang diam, menunggu perkataan Lintang selanjutnya.
"Kakak mu Sonya mulai kemarin tinggal di rumah utama."
"Hah?"
Lintang tersenyum tipis melihat keterkejutan Mayang.
Ia mengusap pundak Mayang dengan lembut.
"Abang memintanya menjadi pelayan di rumah. Karena dengan begitu bisa memudahkan Abang untuk mencari bukti korupsi kakak dan ibu tirimu."
"Abang dan Rion sedang berusaha mengembalikan kejayaan perusahaan orang tuamu. Jadi mama harap kamu bisa bersabar ya."
Mendengar penjelasan Lintang, Mayang di buat terharu. Matanya berkaca-kaca. Ia lalu memeluk tubuh Lintang dengan erat.
Mayang tidak tau jika ternyata Rion menceritakan permasalahan hidupnya pada keluarganya. Dan membuatnya merasa memiliki keluarga.