Novel ini diilhami dari kisah hidup Nofiya Hayati dan dibalut dengan imajinasi penulis.
🍁🍁🍁
Semestinya seorang wanita adalah tulang rusuk, bukan tulang punggung.
Namun terkadang, ujian hidup memaksa seorang wanita menjadi tangguh dan harus terjun menjadi tulang punggung. Seperti yang dialami oleh Nofiya.
Kisah cinta yang berawal manis, ternyata menyeretnya ke palung duka karena coba dan uji yang datang silih berganti.
Nofiya terpaksa memilih jalan yang tak terbayangkan selama ini. Meninggalkan dua insan yang teramat berarti.
"Mama yang semangat ya. Adek wes mbeneh. Adek nggak bakal nakal. Tapi, Mama nggak oleh sui-sui lungone. Adek susah ngko." Kenzie--putra Nofiya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18 Hati Yang Lain
Happy reading 😘
Malam ini Nofiya berdandan cantik, dengan polesan make up flawless. Ia sengaja belajar memakai make up dari salah satu chanel di You-Tub* karena ingin terlihat cantik di hadapan sang kekasih dan calon mertua.
Nofiya mematut diri di depan cermin. Wajahnya terbingkai senyum kala melihat pantulan diri yang tampak cantik dan anggun dengan balutan gaun berwarna biru muda, sangat cocok dengan warna kulitnya yang putih.
Sesuai kesepakatan, malam ini kedua orang tua Nofiya dan kedua orang tua Zaenal akan bertemu di Kafe K & R untuk berkenalan, sekaligus bersilaturahim.
Zaenal dan kedua orang tuanya telah bersiap untuk berangkat ke Kafe K & R. Begitu juga dengan Nofiya dan kedua orang tuanya.
Pramudya sudah menyiapkan mobil Lamborghini Aventador berwarna white untuk berangkat ke Kafe K & R. Namun Zaenal melarang dengan halus.
Zaenal beralasan bahwa ia lebih nyaman mengendarai mobil Honda Jazz berwarna merah. Mobil yang biasa digunakannya untuk menjemput dan mengantar Nofiya, tiap mereka berangkat ke kampus atau sekedar kencan.
Bagi Zaenal, mobil Honda Jazz yang sering ditungganginya tidak terlalu 'wah' jika dibanding dengan mobil Lamborghini milik papanya.
Sebenarnya, Zaenal lebih memilih berpenampilan sederhana, karena itu membuatnya nyaman.
Semua teman yang sefrekuensi dengannya pun sama. Mereka lebih nyaman berpenampilan sederhana ketimbang 'wah'.
Toh, di atas langit masih ada langit. Tidak perlu mempertontonkan kekayaan atau kemewahan, karena sebenarnya ada yang lebih kaya dari mereka.
Dia-lah Yang Maha Kaya. Pemilik semua harta yang dititipkan pada seluruh makhluk di dunia fana.
"Di sini kafe nya?" Mata seruni berbinar begitu menyaksikan pemandangan yang tersaji di hadapan. Terlihat bangunan kafe yang estetik dan berkelas.
Tampak deretan mobil mewah berjajar rapi di tempat parkir yang berada di sisi kafe. Yang menunjukkan bahwa kafe itu adalah tempat nongkrong orang-orang berkantong tebal.
Tanpa ia tahu, Kafe K & R memiliki tempat parkir khusus untuk sepeda motor yang berada di ruang bawah tanah.
Selain itu, harga minuman dan makanan yang tertera di daftar menu terjangkau untuk semua kalangan. Tak terkecuali kalangan menengah ke bawah. Tentunya tergantung menu yang dipesan.
"Ayo kita masuk ke dalam! Zen, papi, dan maminya sudah menunggu," ucap Nofiya tanpa menjawab tanya yang terlontar dari bibir Seruni.
Nofiya lantas menggamit lengan Ridwan dan memandu kedua orang tuanya untuk masuk ke dalam kafe.
Dengan pandangan takjub, Seruni terus mengayun langkah, mengikuti ayunan kaki Ridwan dan Nofiya.
"Woahhh, sepertinya calon mertuamu kaya raya, Fi."
Nofiya terus melangkah menaiki anak tangga tanpa merespon ucapan Seruni. Begitu juga Ridwan.
Setibanya di lantai dua, seorang waiters menyambut kedatangan Nofiya dan kedua orang tuanya dengan tersenyum ramah. Kemudian mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam private room yang dipesan oleh Pramudya.
"Assalamu'alaikum --" Nofiya mengucap salam ketika langkahnya terhenti di depan pintu. Terdengar balasan salam dari dalam ruang seiring pintu yang terbuka lebar.
"Fiya sayang." Ratna menyambut kedatangan Nofiya dengan memberinya pelukan sayang.
Netra Nofiya berbinar. Hatinya terasa hangat. Ia merasa teramat disayang.
Nofiya lantas mengangkat kedua tangannya yang menjuntai, lalu membalas pelukan Ratna.
Sepasang manik mata Ridwan terbingkai kaca-kaca kala menyaksikan Nofiya dan Ratna saling berpeluk erat. Ia merasa terharu karena calon besannya terlihat sangat menyayangi Nofiya.
Ridwan meyakini, kelak kehidupan Nofiya akan jauh lebih baik dibanding saat ini, jika benar dipersunting oleh Zaenal.
Tiada terlintas di pikirannya, goresan takdir telah menulis jalan yang akan dititi. Bahkan, coba dan uji telah siap hadir silih berganti.
Setelah pelukannya terurai, Nofiya berjalan menghampiri Pramudya.
"Papi." Nofiya menyapa, lalu mencium punggung tangan Pramudya dengan takzim.
Bibir Pramudya melengkung membentuk seutas senyum, seiring usapan lembut yang berlabuh di pucuk kepala gadis yang kelak akan menjadi pasangan hidup putra semata wayangnya--Zaenal Alfariz.
Perlakuan manis yang ditunjukkan oleh Pramudya, membuat Ridwan semakin terharu dan bersyukur. Tak henti batinnya berbisik lirih, melafazkan rasa syukur pada Illahi yang telah menyentuhkan bahagia di malam ini.
Sama seperti Nofiya, Zaenal melangkah maju untuk menyapa kedua calon mertuanya.
Dengan penuh rasa hormat, Zaenal mencium punggung tangan Ridwan dan Seruni secara bergantian. Kemudian memperkenalkan papi dan maminya pada kedua orang tua Nofiya.
Ridwan dan Pramudya saling berjabat tangan diiringi senyum yang membingkai wajah. Begitu juga Seruni dan Ratna.
Pramudya lantas mempersilahkan ketiga tamunya untuk duduk di sofa yang telah disediakan.
Mereka pun duduk bersama dan mulai berbincang tentang banyak hal, tak terkecuali mengenai hubungan Zaenal dan Nofiya, sambil menikmati hidangan yang telah tersaji di atas meja.
"Kata Zen, Mas Pram dan Mbak Ratna seorang pengusaha batu bata. Kebetulan di desa kami banyak warga yang sedang membangun rumah. Siapa tau Mas Pram dan Mbak Ratna tertarik untuk menawari mereka."
Pramudya dan Ratna terkekeh mendengar perkataan Ridwan. Keduanya sudah teramat hafal dengan putra mereka yang suka merendah.
"Yang dikatakan oleh Zen memang benar. Kami ... pengusaha batu-bata," ucap Ridwan sambil melirik putranya yang tengah menikmati cumi krispi.
Zaenal tak acuh dengan lirikan sang papa. Ia tetap menikmati cumi krispi sambil menatap wajah Nofiya yang tampak lebih cantik dari biasanya.
"Kalau boleh tau, batu-bata nya diproduksi sendiri atau --"
"Ya, kami memproduksi sendiri. Selain batu bata, kami juga memproduksi berbagai macam bahan bangunan lainnya. Seperti semen dan besi beton."
"Berarti, Mas Pram memiliki pabrik?"
"Iya, kami memang memiliki pabrik. Tapi tidak begitu besar," jawab Pramudya--sedikit merendah.
"Bagi saya, itu sudah luar biasa."
"Terima kasih, Mas. Mohon doanya, semoga usaha kami terus berkembang dan langgeng."
"Aamiin. Pasti saya doakan."
Pramudya menerbitkan senyum dan mengucap kata terima kasih, lalu kembali menyambung obrolan mereka.
"Oya, kata Fiya ... Mas Ridwan memiliki mini market."
"Iya. Seperti namanya, 'Mini Market'. Toko yang saya miliki tidak terlalu besar, dan bisa dibilang kecil jika dibanding swalayan-swalayan yang ada di kota."
"Ada keinginan membuka cabang di kota?"
"Untuk saat ini, tidak. Hasil keuntungan toko yang saya kumpulkan, belum bisa jika dipergunakan untuk membuka cabang. Apalagi cabang di kota."
"Apa perlu kami bantu?"
Ridwan mengulas senyum dan menggeleng pelan. "Tidak usah, Mas. Saya takut kewalahan mengurus toko, kalau tokonya bercabang-cabang seperti hati saya di masa lalu," celotehnya seraya bercanda dan sukses membuat semua orang yang berada di ruangan itu mengudarakan tawa, terkecuali Seruni.
Seruni merengut. Ia merasa teramat kesal dan marah pada Ridwan karena membahas tentang hati yang bercabang-cabang.
Seruni berpikir jika suaminya itu masih belum bisa move on dari istri pertama. Wanita yang telah melahirkan Nofiya dan dua saudaranya, Langit dan Jingga.
Rasa-rasanya, Seruni ingin meluapkan kekesalan dengan menggebrak meja, atau melempar piring hingga pecah dan hancur berserakan seperti hatinya saat ini.
Hiperbola? Memang. Karena inilah yang dirasa oleh seorang wanita yang terlalu dalam mencinta.
Ia akan kesal dan marah setiap prianya mengungkit tentang masa lalu dengan wanita lain. Terlebih jika wanita itu adalah cinta pertama yang pernah merajai relung rasa.
...🌹🌹🌹...
Butuh waktu puluhan tahun, bahkan ratusan tahun untuk melupakan cinta pertama. Orang yang telah menorehkan kisah terindah dalam hidup dan melahirkan kenangan yang tak bisa terhapus oleh waktu.
🍁🍁🍁
Bersambung ....
Jangan lupa untuk meninggalkan like dan subscribe. Terima kasih 😊🙏🏻
ada2 gajah deh
dasar Conal
Dia otaknya encer...hehehege
Ampuunnn Dahhh
sini di belakang rumahku..sambil ngingu pitik
Dari tadi, aku baca di Zaenal manggilnya YANG..YANG..terus..
itu nama pacarnya Zaenal, Fiya apa Mayang sih..
Aku juga ketawa nihh
Aku pikir Kirana putri cantiknya Author
yang gantengnya sejagad jiwa..yang kumisnya bikin Author gak bisa lupa