Setelah Perpisahan

Rayden dan Kara kini berada di dalam honeymoon suite yang disediakan oleh pihak hotel. Meskipun Kara bekerja di hotel Star, tapi dia sendiri tidak pernah masuk ke dalam kamar yang mahal-mahal. Bukan ranahnya.

Dan sekarang keduanya berada di dalam kamar yang sudah ditata dengan penuh scented candle yang harum Jasmine. Rayden tersenyum puas melihat kamarnya tapi tidak dengan Kara.

"Kamar mandinya open begini?" protes Kara.

"Lho kamu kerja disini, tidak pernah cek dan ricek gitu kamar-kamarnya?" tanya balik Rayden.

"Tidak pernah. Kan divisiku berbeda" jawab Kara.

Rayden pun masuk ke dalam kamar mandi dan mendapatkan tombol yang bisa menurunkan tirai kaca yang memisahkan dengan tempat tidur.

"Bisa ditutup kok, sayang. Don't worry, be happy lah!" ucap Rayden sambil melepaskan jasnya.

Kara memincingkan matanya. "Aku mandi dulu, gerah!" Kara membuka kopernya dan mengambil pakaiannya lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Rayden membuka kancing kemejanya dan mengeluarkannya dari celana panjangnya. Pria itu menunggu Kara keluar dari kamar mandi.

Setengah jam kemudian, gadis itu keluar mengenakan bathrobe dan memandang suaminya yang menatap dirinya dengan tatapan entah tidak jelas.

"Mas Ray nggak mandi?" tanya Kara.

Rayden mengerjap-kerjapkan matanya. "A...apa tadi kamu bilang?"

"Mas Ray? Memang ada..." Bibir Kara langsung ditutup oleh bibir tipis Rayden yang memberikan French kiss pertamanya. Tangan pria itu memeluk tubuh langsing itu dengan posesif.

"Aku suka panggilan itu..." bisik Rayden dengan suara serak. "Kamu manggil aku 'mas' hanya kepadaku!"

"Ehem kalau tukang ojol gimana?" tanya Kara yang merasa bibirnya mulai bengkak. Bule satu ini main ciumnya niat banget! Eh tapi ini kan suami aku!

"Jangan panggil 'mas' ke pria lain pokoknya! Termasuk mantanmu!" tegas Rayden.

"Iya mas. Udah sekarang mas mandi dulu" senyum Kara. Rayden pun langsung sumringah dan membuka koper miliknya lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Kara pun menyiapkan sajadah untuk melakukan sholat isya berdua pertama kalinya. Kara sudah siap memakai mukena dan dia sudah menyiapkan baju Koko dan sarung suaminya yang diambilnya dari dalam kopernya.

Rayden pun selesai mandi melihat istrinya sudah siap merasa terharu. Akhirnya aku jadi imammu. Rayden yang keluar hanya memakai kaos dan celana pendek, mengambil baju Koko baru baru yang disiapkan istrinya. Duh gini ya rasanya punya istri.

Senyum Rayden mengembang ketika melihat Kara menunggu dirinya. "Yuk sayang, kita mulai."

Rayden pun menjadi imam buat istrinya dan usai sholat, keduanya berdoa bersama, berharap agar kehidupan rumah tangga mereka selalu harmonis tanpa ada gangguan. Kara pun mencium tangan Rayden dan suaminya mencium pucuk kepalanya.

Suara ponsel Rayden membuat dirinya mengumpat dan Kara terkikik. "Mas tuh habis sholat kok ngumpat."

"Sialan! Aku lupa mematikan ponselku!" Rayden pun melihat siapa yang menelpon pun memasang muka malas. "Apa Jake?"

Rayden mendengarkan dengan ogah-ogahan lalu wajahnya berubah serius. "Aku akan ke lobby sekarang!" Rayden mematikan ponselnya.

"Sayang, maaf urusan kerjaan. Aku tinggal dulu tak apa?" Rayden melepaskan kemeja kokonya dan mengambil kemeja dari kopernya lalu memakainya asal. Sarungnya dia lepas dan diambilnya celana jeans dan dipakainya.

"Tak apa mas. Diurus saja dulu" jawab Kara santai.

"Brengsek si Jake! Bikin orang dongkol saja!" omel Rayden sambil mengambil card key kamar. "Oh kalau mau makan, room service saja." Rayden mencium pipi Kara dan bibirnya sekilas lalu keluar kamar.

Kara tersenyum dan membuka mukenanya. 'Kayaknya lingerie dari mbak Rayna bakalan nggak kepakai nih.'

***

Hampir dua jam Rayden bersama Jake dan Rafli mengurus pekerjaan karena ada yang hendak bermain dengan perusahaan Takahashi di Jakarta. Kedua hacker itu pun memasang firewall dan jebakan untuk tikus-tikus yang mencoba meretas mereka.

Ketiganya pun tahu siapa dalang dibalik semua ini tapi mereka berusaha menahan diri karena ini adalah malam pengantin si Boss. Jake dan Rafli memilih membuat pertahanan IT mereka lebih kuat daripada si Boss mengirim mereka ke Tibet karena gagal unboxing si janda kembang yang sudah resmi jadi istri kembali.

Rayden pun masuk ke dalam kamarnya sambil bersungut-sungut. Brengsek tuh si cacing kremi! Bikin aku hampir gagal unboxing mantan janda! Setelah menempelkan card keynya, Rayden pun masuk lalu mematikan ponselnya.

Netra abu-abunya membelalak ketika melihat sang istri berpakaian seksih dengan posisi tengkurap sedang membaca novel.

"Kara..." panggil Rayden dengan suara parau.

Kara menjatuhkan novelnya. "Mas sudah selesai?"

Rayden tidak menjawab tapi dia melepaskan kemejanya, celana jeans-nya dan kaosnya menyisakan boxer hitam. Kara membelalak melihat bagaimana tubuh suaminya sangat body goals banget.

"Mas...?" Rayden langsung duduk di tempat tidur dan mulai menciumi punggung mulus istrinya. Nafas Kara mulai tidak beraturan ketika pertama kalinya seorang pria menciuminya sein*tim ini.

"Kamu ingat nggak waktu hujan-hujan aku antar kamu pulang. Aku menunggu kamu di ruang tamu dan melihat kamu keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk..."

Kara berbalik. "Mas lihat aku?"

Rayden mengangguk. "Aku ingin mencium punggung mu saat itu juga!"

Rayden langsung Melu*mat bibir Kara yang kemudian menyusuri rahang, leher dan dadanya. "Ternyata punyamu lumayan ya sayang... aduh!" Bahu Rayden terkena keplakan Kara.

"Apaan sih mas!" Kara langsung menutup dua squishy nya dengan tangannya.

" Jangan ditutup dong sayang, aset kamu tuh nyenengin banget!" Rayden membenamkan wajahnya di dada Kara sambil menurunkan tali lingerie istrinya dan semakin menunjukkan dua gundukan yang menurut Rayden sangat indah.

Perlahan Rayden pun melepaskan lingerie itu dan keduanya sama-sama Shirtless hanya mengenakan boxer dan pants. Rayden semakin semangat menjelajahi tubuh Kara dengan bibir dan tangannya. Adi bodoh! Tubuh Kara paripurna begini dianggurin! Rugi! Berkah di aku! Mana masih bersegel pula!

Kara membusungkan dadanya ketika Rayden menemukan spot yang membuatnya melayang. Entah sejak kapan Rayden melepaskan pants Kara dan boxernya.

"Sayang, boleh?" bisik Rayden di sisi telinga Kara dengan nafas memburu.

"Boleh" jawab Kara dengan nafas tersengal menikmati sensasi yang diberikan Rayden.

Rayden pun mulai memasukkan miliknya dan mengumpat. "Damn It! Sempitnya!" Kara menggigit bibir bawahnya dan mengerang kesakitan ketika milik Rayden menembus hymennya.

"Oh shi**t! Kara!" ceracau Rayden yang merasakan kenikmatan dari dalam inti Kara.

Keduanya saling memberi, menge*rang, dan mende*sah menikmati surga dunia hingga. keduanya sama-sama saling mendapatkan puncaknya.

Rayden ambruk diatas tubuh Kara, keringat membanjiri tubuh keduanya.

"Whoah Kara! Terimakasih" ucap Rayden sambil menciumi wajah Kara. Benar-benar janda rasa perawan! Rayden melirik ke arah seprai yang terdapat bercak darah. Perawan beneran pula! Alhamdulillah rejeki buat Rayden ini!

***

Fuuuuuhhhhh... Capeeeekkk h.o.t 🤣🤣🤣

Lunas hutang yeeee

Yuhuuu Up Malam Yaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote n gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️