Jatuh cinta pada pandangan pertama ? siapa yang percaya ?
Ziva bersyukur bisa terlepas dari mantan toxicnya atas bantuan Arshaka, tapi suatu ketika karena mantan toxicnya juga hubungan yang sedang mereka jalin harus berakhir.
Setelah kejadian buruk itu Ziva jadi trauma berat. Dan semakin berat pula hidupnya karena hubungannya dengan Arshaka berakhir di waktu yang sama.
Satu tahun terlewati tanpa saling berkomunikasi, mereka tidak sengaja di pertemukan lagi.
Akankah cinta yang selama ini Ziva jaga dan tertanam untuk Arshaka harus dia perjuangkan atau harus dia relakan ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyiem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi, satu persatu kelompok peserta magang sudah kembali ke ruang training.
Dan kelompok Ziva terakhir kembali. Mungkin itu disebabkan karena beberapa pertanyaan singkat Ziva agar mendapatkan penjelasan lebih detail tentang magangnya nanti.
Setelah meneguk minumannya, Ziva beralih pada buku catatannya yang sedari awal berada di atas meja.
Dia ingin mencatat kembali poin-poin penting yang tadi dia catat di buku catatan Bianca.
Baru membuka halaman per halaman buku catatannya, Ziva langsung terdiam dengan raut wajah yang terlihat sedikit gelisah.
Dia sampai membalikkan posisi buku catatannya, berharap secarik kertas yang dia selipkan disana terjatuh.
Sayangnya hal itu tidak terjadi.
Ziva beralih pada tas nya. Dia mengecek setiap sisi sampai ke pouch make up ataupun kotak alat tulisnya. Barangkali dia lupa meletakkan kertas itu.
Dan lagi, tidak ada.
“Lo cari apa sih Zi ?” tanya Bianca, dia heran melihat tingkah Ziva yang kehilangan sesuatu
“Kertas Bi” jawabnya dengan kedua tangan dan mata fokus menelisik setiap sisi tas nya
“Kertas apaan ? catatan lo ?”
“I-Itu.. pokoknya penting buat gue Bi”
“Kaya gimana sih ?”
“Itu gue tulis di kertas hvs warna gitu, gue potong lebih kecil dari ukuran buku catatan gue ini”
“Lo ingat gak ditaruh dimana ?”
“Seingat gue, gue taruh di buku catatan gue ini, orang sampai gue selotip kok biar gak hilang”
“Catatan yg mana sih Zi ? nih lo salin aja dari catatan gue”
“Gak usah Bi.. huft ya udahlah”
Arshaka diam saja seolah tidak melihat ataupun mendengar kepanikan di kursi depannya.
Jelas-jelas dia mendengar semua keresahan Ziva mencari kertas yang dia curi tadi.
Pintar sekali dirinya seolah terlihat sedang fokus pada laptopnya. Nyatanya pikirannya tidak berada disana.
“Semua udah kembali ya ?” seru Bagas bertanya, dia sendiri baru kembali setelah menyelesaikan hajatnya
“Udah, pak”
“Gimana pertemuan pertamanya sama tim kalian ?”
“Seru pak”
“Seram”
“Galak”
Begitulah sahutan para peserta. Ziva diam saja, masih memikirkan hilangnya sajak puisi yang baru dia buat 2 hari lalu.
“Ayo Zi”
“Eh ?”
“Dih malah melamun, lo gak dengar apa kata pak Bagas tadi ?”
“Sorry”
“Kita istirahat lebih awal, nanti jam 12 udah masuk lagi”
“Kita istirahat 2 jam ?”
Bianca langsung menoyor kening Ziva, “ini udah jam 11 Zivana”
“Ya biasa aja sih” ketus Ziva lantaran kesal ditoyor
“Ya elu lagian bisa-bisanya sejam melamun, mikirin apa sih ? kertas catatan itu ?”
Ziva menarik nafas pelan, “ayo istirahat”
Sepanjang makan siang, terlihat sekali Ziva tidak nafsu menikmati makan siangnya.
“Lo sakit Zi ?”
Ziva menggeleng pelan, “gue duluan ya”
“Mau ke mana ?”
“Ke mana lagi”
“Nanti aja bareng”
“Gue gak mau lo makan buru-buru lagi”
“Yah, tapi nanti lo sendirian disana, emang berani ?”
“Dah jangan mikirin gue, makan pelan-pelan, gue duluan”
Entah sudah berapa lama Ziva duduk penuh kebimbangan di kursinya.
Ponsel sedari tadi berada di tangannya dan terus menampakkan jendela percakapan dirinya dengan Arshaka.
“Kok gak dikirim ?”
Ziva terkejut sampai mengelus dadanya yang berdegup cepat akibat ulah Arshaka itu.
“K-Kakak” gugupnya menatap mata tajam Arshaka yang masih berdiri disampingnya
“Aku tanya kenapa gak dikirim ?”
Ziva mengikuti arah tatapan Arshaka. Buru-buru dia menghapus pesannya dan mematikan layar ponselnya.
“Apa yang mau kamu bicarakan ?”
Kali ini Arshaka sudah berpindah berdiri bersandar di mejanya dengan kedua tangan bersedekap dan tatapannya hanya fokus pada Ziva.
“Euh.. itu..”
Haish jangan begitu bisa gak sih ?!
Duduk aja kan bisa !!!!!!
Kesal Ziva. Hanya begitu saja Arshaka mampu membuat Ziva terpesona.
“Malah bengong”
“I-Iya itu kak.. eum.. aku mau tanya selama kita pergi tadi apa ada yang masuk selain kakak sama pak Bagas ?”
“Kenapa ?”
“Eum.. aku kehilangan sesuatu kak”
"Barang berharga kamu ?”
“Iya”
“Apa ?”
“Ka-Kakak jawab dulu aja ada orang yang masuk apa gak”
“Gak ada”
“Haish, hilang ke mana ya ?” gumam Ziva
“Kamu belum jawab pertanyaanku tadi”
“Itu.. sebenarnya, ck gimana ya”
“Kalau memang penting, habis istirahat nanti kita bisa geledah tas mereka satu persatu, mungkin yang kamu cari ada disana”
“G-Gak usah kak, makasih banyak”
“Kenapa ? bukannya itu penting ?”
“I-Iya sih” cicit Ziva